Sembari menguap lebar, Jetamine merapikan kertas-kertas didepannya. Sudah seminggu semenjak Jetamine tak sengaja mengatakan bahwa Leoniel adalah miliknya, pemuda bermata hijau terang itu terus-terusan menempelinya seperti kutu.
Frekuensi mereka bertemu semakin sering. Mulai dari saat Jetamine keluar dari parkiran, masuk kedalam lift, mencuci baju, membeli cemilan dikantin yang berada di apartemen mereka, bahkan sampai saat Jetamine mengunjungi kantor satpam untuk mengatakan bahwa dia sedang diteror.
Leoniel pelakunya.
Pintu ruangannya diketuk dua kali sebelum seseorang membuka pintu lalu masuk. Titania. Gadis itu tersenyum tipis lalu melangkah masuk sembari memberikan sejilid kertas kepada Jetamine.
"Thanks." Jetamine melihat sekilas kertas tebal yang barusan diberikan Titania dan menutupnya kasar.
"Kau harus lebih banyak tidur, Jets. Kantung matamu sudah bisa jadi apartemen." Ejek Titania sambil mendudukkan bokongnya di kursi didepan Jetamine.
Gadis Noarch itu hanya tersenyum maksa, "Sepertinya iya. Akhir-akhir ini aku capek sekali."
Walaupun pekerjaan yang dia pegang sekarang adalah hal mudah untuk Jetamine. Tapi, gadis itu tak pernah mengerjakan hal seperti ini berturut-turut sampai seminggu lamanya. Kepala ombrenya sudah hampir pecah. Bahkan hari ini dia malas menggunakan make up. Pagi ini, Jetamine hanya menggunakan bedak bayi dan lipstick merah hanya agar dia tak terlalu kelihatan pucat.
Titania melihat teman sekaligus atasannya itu kasihan lalu gadis itu berdeham, "Setelah selesai kerja, apa kau mau menemaniku?" Tanya Titania.
"Kemana?"
Titania hanya tersenyum penuh arti, "Ayo ikut saja. Hari ini kita pakai mobilku. Oke?"
"Kau membawa mobil? Kemarin kau memakai bus kan?" Jetamine mengerutkan alisnya kearah Titania. Waktu Titania hampir dirampok, bukannya dia hendak menunggu bus?
Titania menghela napas kesal, "Saat itu mobilku mogok. Ayolah... ini bagus untuk kepenatanmu itu tau.."
"Oke." Putus Jetamine sambil menghela napas kecil. "Apa aku harus membawa pistolku?" sambung Jetamine sembari mendelik jenaka kearah Titania yang dibalas gadis itu dengan pelototan tajam.
"Hei!"
***
Jetamine menghirup teh kertas nya sembari menunggu Titania mengeluarkan mobil dari parkiran. Tadi siang, Jetamine sudah meminta tolong kepada Johnny untuk mengembalikan mobil miliknya keparkiran apartemen. Pemuda itu menyetujuinya dengan syarat dia bebas menggunakan mobil Jetamine seharian.Netra coklat Jetamine melihat mobil Titania melaju perlahan lalu berhenti tepat didepannya. Tersenyum lebar, Jetamine naik kedalam mobil lalu bersiul ria, "Aku masih terkejut kau pandai bawa mobil. Kukira kau tipikal gadis muda yang polos."
Titania hanya tertawa lalu menolehkan kepalanya kekanan, "Berarti kau tak tahu banyak."
Mobil Titania berjalan dengan kecepatan sedang dijalanan Paris yang langgeng. Sepanjang jalan, Titania bercerita bahwa dia dipindahkan ke kantor Noarch yang berada di Paris sejak setahun yang lalu. Gadis itu mengaku bahwa kontraknya dengan kantor Noarch yang ada di Paris akan selesai tiga bulan mendatang, menyebabkan Titania harus pulang ke California.
"Jadi... kau hanya akan ada disini sampai tiga bulan lagi..." Jetamine menundukkan kepalanya sedih. Padahal dia kira, Titania bisa menjadi temannya saat di Paris. Ternyata gadis itu hanya dipindahkan secara sementara.
"Yaps. Jangan khawatir, saat aku pulang ke California. Kita masih bisa hubungan kok.." Titania tersenyum kecil mendengar decihan kesal dari Jetamine. Gadis Noarch itu melipat tangannya lalu mendecih lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...