Leoniel menutup toples kaca miliknya dan berbalik melihat Jetamine yang duduk didekat pohon beringin tua sambil memilin-milin sebuah bunga ditangannya. Setelah insiden lumpur tadi, mood gadis cantik itu menurun drastis dan menolak ikut untuk mengumpulkan kunang-kunang.
Kekanakan, katanya. Leoniel hanya tersenyum maklum. Membiarkan Jetamine menyenggolnya kecil, lalu duduk diantara akar-akar besar pohon beringin dan mengambil bunga-bunga liar dan membuat flower crown.
"Sudah belum?" Tanya Jetamine tanpa memandang kearah Leoniel. Tangannya masih sibuk membuat pola-pola rumit membentuk sebuah lingkaran yang cukup besar untuk dihadikan hiasan kepala.
"Yaps. Aku menangkap sebagian besar mereka." Ujar Leoniel sambil menggoyangkan toplesnya depan wajah Jetamine. Gadis itu tak menyahut. Masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sambil merengut, Leoniel berkata, "Kau sedang buat apa sih?"
Ada jeda tak mengenakkan sampai akhirnya Jetamine berkata, "flower crown."
Leoniel terdiam. Tak ada lagi yang berbicara diantara mereka, Jetamine masih saja memilin-milin berbagai tangkai bunga untuk dijadikan mahkota. Gadis itu tak berkata apapun. Leoniel mengigit bibirnya tak enak hati.
"Kau masih marah tentang lumpur tadi?"
"Aku takkan marah kalau kau tidak berbohong." Jetamine mencebikkan bibirnya kearah Leoniel, sedangkan pemuda itu hanya balas memandang kakinya.
"Oke." Tukas Leoniel sambil tiba-tiba berdiri.
Jetamine yang masih sibuk memfokuskan dirinya kearah simoulan bunga terakhir hanya menjawab acuh tak acuh. "Oke apa?"
"Kau boleh menghukumku." Leoniel menepukkan tangannya sekali. Tersenyum senang kearah Jetamine.
Jetamine yang mendengar itu hanya menaikkan alis tebalnya sebelah, memandang Leoniel dari bawah. "Hah? Untuk apa aku menghukummu-" Perkataan Jetamine terhenti, dan Leoniel sontak merasa tak enak saat gadis itu menyeringai. Tampaknya dia memikirkan sesuatu yang jahat dan tampak sangat menghiburnya karna gadis cantik itu sudah bangkit berdiri dengan semangat.
"Oke." Jetamine menekan bahu Leoniel dengan dua tangan. "Kau takkan lari kan, Leon?"
"Pastinya."
"Serius?"
"Apa kau gila? Iyalah."
"Berjanjilah"
Leoniel menatap lurus mata Jetamine lagi. Lalu mengangkat tangan kanannya sendiri ke dada, "Aku janji."
"Bersumpahlah" bisik Jetamine. Leoniel memiringkan kepalanya, "Aku tak mau kau mundur kali ini. Benar-benar tak mau."
Leoniel masih menatap lurus mata Jetamine, "Aku bersumpah" balas Leoniel berbisik. Setidaknya dia yakin Jetamine tak akan membuatnya dalam bahaya.
"Hukumanku berlaku untuk apa saja yang menyangkut dirimu kan?"
Leoniel semakin curiga akan apa yang terjadi kedepannya. Dia hendak membantah kalau tak melihat kilau menakjubkan dari mata Jetamine yang sudah terpantul bulan. Hanya menghela dan mengangguk sekali lagi; pasrah. Leoniel hanya bisa berdoa Jetamine tak melakukan sesuatu yang gila.
***
Leoniel terperangah melihat ruko kecil yang terletak di sepinggiran kota yang kumuh di Paris. Bahkan Leoniel baru tahu ada jalan seperti ini setelah hampir lima tahun lamanya tinggal di Paris. Jalan masuk kesini sempit sekali, hanya bisa dilalui satu mobil. Sampah bertebaran. Singkatnya, menjijikkan.Pemuda itu melirik tangannya yang digenggam erat Jetamine dan gadis didepannya bergantian. Jetamine memutuskan pegangan tangan lebih efisien untuk membutktikan Leoniel takkan lari, yang pastinya, memang tidak mungkin, mengingat kunci mobilnya masih ada di gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH AND RICHER
RomanceJetamine Noarch, seorang gadis berumur hampir dua puluh tahun tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah mulutnya yang sombong secara sengaja menghina seorang pria asing yang baru saja dijumpainya dalam lift. "Kau tampak miskin." "Maaf, aku lebih...