44

27K 1.8K 61
                                    

             Happy Reading❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

             Happy Reading❤

Dara berjalan dengan lesu menyusuri lorong. Ia terus menunduk, berusaha menetralkan hati dan pikirannya.

Tap.

Langkah Dara terhenti ketika melihat kedua kaki seseorang di depannya dengan sepasang sepatu cowok yang sangat ia kenal. Gadis itu mendongak, mendapati Bintang tengah berdiri dihadapannya dengan raut wajah datar.

Berusaha untuk tidak peduli, Bintang hendak pergi melewati Dara begitu saja. Namun suara gadis itu menghentikan langkah lebarnya.

"Kamu beneran percaya sama semua itu?"

Bintang membalikkan tubuhnya. "Menurut lo?"

Dara berjalan mendekat. Ia berdiri tepat dihadapan pemuda itu lagi. Dara sedikit mendongak untuk menatap Bintang yang saat ini sedang membuang muka ke arah lain.

"Tolong kamu percaya sama aku. Kali ini aja," ucap Dara.

Entahlah. Rasanya Dara masih sangat tidak terima. Masalah itu bisa dengan mudahnya mengambil kepercayaan Bintang. Perkataan Bintang tadi pagi seakan bukan masalah besar bagi Dara. Ya, katakanlah bahwa dirinya naif.

Yang sangat Dara inginkan sekarang adalah Bintang kembali seperti dulu lagi. Hanya itu, tidak lebih.

"Gak bisa," balas Bintang datar.

Kedua bahu Dara langsung turun perlahan. Apakah sudah tidak ada kesempatan untuknya?

Bintang melenggang pergi tanpa sepatah kata lagi. Dara menghembuskan napas kasar ditempatnya. Hubungan mereka benar-benar kacau sekarang.

***

Lapangan basket in dor. Disinilah Bintang berada. Ia memantulkan bola basketnya, lalu memasukkan ke ring. Kegiatan itu terus-menerus dilakukan sedari tadi. Tidak peduli dengan keringat yang sudah mengucur deras membasahi seragam sekolahnya. Terkadang, cowok itu terlihat memantulkan bola dengan gerakan emosi. Seperti sedang menyalurkan amarahnya kepada bola basket itu.

Bruk.

Bintang menjatuhkan tubuhnya dengan posisi telentang di tengah-tengah lapangan. Sambil sesekali mengatur deru napasnya yang memburu. Peluh pun sudah membanjiri tubuhnya.

"Ternyata lo disini?"

Suara seorang gadis membuat atensi Bintang teralihkan. Dia adalah Fely.

"Kenapa?" tanya Bintang.

Fely duduk di sebelah Bintang yang sedang berbaring. Ia tersenyum. "Gak papa, cuma khawatir aja. Gue takut lo nyakitin diri sendiri lagi."

Bintang menghela napas. "Gue butuh waktu sendiri," balasnya seraya menatap langit-langit gedung basket.

Fely mengangguk pelan. Namun ia tetap tidak berniat untuk beranjak dari sana. Suasana mendadak hening. Dan itu berlangsung cukup lama.

"Udah pensiun ngebully orang lo?" tanya Bintang santai sekaligus menyindir gadis di sebelahnya.

Bad Boy Is My Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang