40

34.3K 2K 173
                                    

Kamu merasa lelah? Jangan patah semangat. Dibalik itu semua, ada orang yang selalu setia memantau dan memastikan bahwa keadaanmu baik-baik saja.

Happy Reading❤

Dara menatap linglung pada deretan handphone mahal yang ada di hadapannya sekarang. Sepulang sekolah bukannya mengantarkan Dara pulang, Bintang malah membawa gadis itu ke konter.

"Ambil mana aja yang lo mau," suruh Bintang agar Dara memilih ponsel mana yang diinginkan.

Dara berjinjit, mendekatkan wajahnya ke samping telinga Bintang karena memang pemuda itu lebih tinggi darinya. "Ini pasti mahal-mahal ya?" bisiknya pelan.

Bintang menatap Dara dengan satu alis yang terangkat. "Terus?"

Dara menunduk. "Mendingan gak usah deh. Dari kemarin udah ngerepotin kak Bintang terus."

Cowok itu menatap banyaknya jajaran ponsel di depan mereka.

"Saya ambil yang ini," tunjuknya pada sebuah ponsel yang harganya sudah jelas mahal.

Ibarat kata, memilih deretan ponsel itu dengan mata tertutup pun tidak akan menyesal. Semua model handphone disini sangatlah berkualitas.

Mata Dara mengerjap beberapa kali. Menatap tak percaya ke arah Bintang.

***

"Buk, Dara bukan pembunuh kan?"

Mila yang sedang mengelus lembut rambut putrinya itu pun menggeleng pelan. Entah sudah berapa kali Dara melontarkan pertanyaan itu.

"Kamu bukan pembunuh sayang," sahut Mila lembut.

"Tapi... Temen-temen di sekolah semua bilang kayak gitu. Semuanya jadi benci sama Dara."

Mata Dara memanas saat mengingat kejadian itu.

Mila menghela napas sejenak. "Memang kita tau, kalau akhirnya bakal seperti ini? Enggak kan?"

Gadis itu menggeleng.

"Dara, berhenti nyalahin diri sendiri ya sayang. Gak baik kalau kita terus berlarut-larut dalam kesedihan. Pokoknya anak Ibu harus semangat, oke!"

Dara memejamkan mata sebentar, lalu beralih menatap wanita paruh baya di sebelahnya.

"Makasih ya buk," ucapnya yang dibalas anggukan serta senyuman hangat dari Mila.

Wanita itu mengelus puncuk kepala putrinya dengan penuh sayang saat Dara memeluknya. Gadis itu menangis di pelukan Mila. Ia bersyukur, masih memiliki Mila yang selalu setia memberinya semangat. Dara tersadar akan satu hal. Ia tidak sendirian.

Namun, Dara tiba-tiba segera menyudahi pelukan tersebut. Hidungnya mengendus udara di sekitar, seperti mencium bau-bau aneh.

"Buk? Kok kayak bau gosong?"

Hening.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"INNALILLAHI! IKAN IBU RA!"

Mila baru ingat kalau tadi ia sedang menggoreng ikan mas pemberian dari tetangganya. Wanita itu langsung buru-buru lari ke dapur.

Mata Dara mengerjap-ngerjap polos. Jadi? Ini bau ikan gosong?!

"Makan seadanya," kata Mila saat sudah kembali dengan sepiring ikan mas gosong yang ia taruh di meja. Warna ikan itu semuanya sudah menghitam. Dara melongo.

Seadanya sih seadanya. Tapi... Ya kalik sih makan ikan gosong!! Yang ada bisa ngamuk lambungku! sahut Dara dalam hati.

"Ya Allah buk. Kenapa bisa sampe lupa kalau tadi lagi goreng ikan?"

Bad Boy Is My Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang