"Hubungan seperti itu wajar, tetapi jelas memiliki batasan. Dimana batas itu adalah kasih protektif yang tidak melibatkan fantasi seksual."
___
Sudah lebih dari setengah jam Jungkook hanya diam dibalik shower box tanpa melakukan apapun. Tidak ada kucuran air, tidak ada sabun yang membalur tubuh, dan juga tidak ada handuk yang membalut tubuh bagian bawahnya. Jungkook masih berpakaian lengkap meskipun hanya kaus tipis dan celana pendek ketatnya. Ia memang berniat akan mandi setelah ia pulang dari pertemuannya dengan Song Yerin. Ia pulang dengan ratusan pertanyaan yang belum terjawab. Mungkin juga faktor itulah yang sekarang membuat Jungkook seperti tidak fokus melakukan apapun. Ia menunda mandi padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tidak biasanya ia mandi saat masih sore, ia terbiasa mandi saat jarum panjang jam dindingnya melewati ambang tengah malam.
Berkali-kali Jungkook mencoba mengenyahkan pembicaraan dengan Yerin walaupun hanya sejenak. Ia mencoba membuat pikirannya sebentar menjadi kosong tanpa Yerin. Ia ingin setidaknya membuat sesi mandinya selesai tanpa umpatan dan sesekali tangannya mengepal memukul kaca yang sedari tadi menjadi sandarannya. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Yerin terlalu rumit untuk dipahami, apalagi diselami, karena tanpa disadari pun Yerin lebih kelam dari apapun masa lalunya, termasuk juga saat Jungkook mengingat kakak sepupunya, Han Jimin, yang sekarang juga berada di Seoul untuk menjalankan bisnis klub nya.
Tidak bisa. Sekalipun ia tidak bisa membuat kepalanya diam tanpa mengingat wajah manis itu dengan mata berkaca-kaca. Yerin memang tidak mengatakan banyak hal, tetapi cukup satu kalimat saja yang perlu Jungkook telaah sampai ia menangis sendiri. Jungkook tahu rasanya diperlakukan seolah orang yang hanya pantas dilindungi dan diperlakukan seperti orang yang tidak bisa melakukan apapun. Ia tahu rasanya menerima sikap posesif dari seseorang hingga seperti tidak bisa bebas kemanapun. Ia tahu, tahu betul, bahkan ia tahu bagaimana protektifnya seorang sepupu yang sebenarnya tak wajar. Ia tahu, makanya sekarang Jungkook mengerti apa yang dibutuhkan oleh Yerin sebenarnya.
Jungkook ingin berpikir jernih, ia akhirnya menyelesaikan sesi mandinya dan berakhir mengenakan piyama berwarna hitam dan memiliki motif bergaris berwarna putih. Ia duduk ditepian ranjang. Berselancar didunia internet sembari tangannya aktif membalas pesan dari nomor yang sama seperti siang tadi ia bertelepon. Nona Song.
Kumpulan artikel yang pernah ia baca dahulu kala sekarang ia buka kembali untuk kedua kalinya. Ia tidak berniat menjadi pahlawan kesiangan hanya karena dia berganggung jawab sebagai trainer Yerin, Jungkook hanya ingin menjadikan dirinya sebagai yang berguna untuk Yerin karena tanpa sadar Yerin telah begitu percaya padanya. Menceritakan hal yang memang sangat sensitif untuk dibicarakan. Yerin hanya mengatakan bahwa ia perlu sekali menjadi dirinya sendiri, tanpa bayang-bayang obsesi untuk menjadi seperti kakaknya apalagi ditambah ia menginginkan kakaknya yang selalu bersamanya.
"Kak, sulit. Rumit sekali..."
Jungkook masih terngiang-ngiang saat Yerin mengatakan kalimat itu dengan nada melirih dan menunduk, tangannya menggenggam begitu erat pada jemarinya. Gemetar walau tidak sepenuhnya bergetar, tetapi Jungkook langsung bisa merasakan apa yang Yerin rasakan; kekhawatiran dan rasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Trainer ✓
Fanfiction[COMPLETED] Song Yerin tidak bisa menjadi model. Itu fakta telak yang harus diterima oleh gadis berusia 21 tahun itu. Baru lulus dari pendidikan hukumnya namun teringin sekali mengikuti jejak kakaknya sebagai publik figur. Keadaan memaksa untuk mene...