[COMPLETED]
Song Yerin tidak bisa menjadi model. Itu fakta telak yang harus diterima oleh gadis berusia 21 tahun itu. Baru lulus dari pendidikan hukumnya namun teringin sekali mengikuti jejak kakaknya sebagai publik figur.
Keadaan memaksa untuk mene...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kita tidak salah, hanya saja takdir yang terlalu lebar memberi celah agar semuanya nampak semu seperti bayangan."
___
"Kak, siapa?" itu suara lirih yang berhasil membuat Taehyung kembali merapatkan lengannya setelah meletakkan kembali ponselnya diatas nakas yang berada disisi sebelah kiri ranjang tidurnya.
Taehyung memang masih sangat mengantuk saat mengangkat telepon yang sangat asing untuknya masuk kedalam ponselnya malam-malam. Itu dari ayahnya dan sangat tidak jelas kenapa juga ayahnya menelponnya malam-malam hanya untuk mengatakan bahwa besok pagi ayahnya ingin berangkat bersama dan katanya ingin membicarakan sesuatu. Pembicaraan yang entah nantinya akan menjadi penting atau tidak menurut Taehyung, semuanya akan terjawab esok.
Namun, bukan itu yang membuat Taehyung heran, melainkan sangat anti sekali biasanya bagi ayahnya menelfon hanya karena kepentingan yang bisa ditunda esok saja. Perkara berangkat bersama tentu bisa dibahas saat sarapan, tetapi malam ini tidak berlaku, ayahnya menelfonnya hanya dengan satu kalimat lalu mengakhirinya bahkan saat dirinya belum sempat menyahut apapun. Ayahnya memang seperti itu, semaunya sendiri dan jelas berbeda dengan saat dikantor dimana seluruh karyawan dan kolega sangat segan padanya.
Atensi Taehyung kembali pada sebuah wajah yang mendongak menatapnya setelah bertanya pertanyaan singkat yang entah kenapa enggan sekali ia jawab. Padahal hanya sebatas menjawab 'ayah yang menelpon' atau 'nomor salah sambung', itu mudah, tetapi Taehyung memilih untuk menggeleng. Ia tidak ingin membuat tidur adiknya terganggu.
Yerin datang ke kamarnya dua jam yang lalu, dengan membawa sebuah bantal dan selimutnya yang berwarna indigo itu sambil menekuk wajah. Taehyung tidak tahu apa masalah yang sedang Yerin hadapi hingga tidak sama sekali ada raut ceria yang ia tangkap. Hanya lesu dan bibirnya yang mengerucut gemas. Jalannya juga sedikit menghentak-hentak lantai sembari matanya berkaca-kaca seperti akan menangis. Taehyung tidak mungkin tega membiarkan adiknya kesepian, walaupun dirinya juga butuh waktu sendiri, tetapi untuk segala situasi saat ini, Yerin tetaplah menjadi prioritas utamanya. Tidak pedulipun selelah apapun ia sebenarnya, ia tetap ingin membuat adiknya tersenyum kembali.
Semakin Yerin memasuki area kamarnya, mengunci pintu kamarnya lalu setelah dekat Yerin melompat kearah Taehyung dan memeluknya dari samping, semakin jauh pula pikiran Taehyung melanglang buana. Bukan tentang hal-hal buruk karena Yerin adiknya, jelas ia tidak bisa jika membiarkan Yerin terus menerus bergantung padanya. Taehyung tetap memikirkan bagaimana hidup Yerin jika Taehyung memutuskan untuk memiliki kehidupan sendiri. Jauh dari Yerin dan jauh dari jangkauan adik manisnya. Ia ingin Yerin hidup dengan baik, setidaknya jika tidak dengan karir yang akan menyibukkannya membuatnya tidak terlalu larut dalam sepinya, Yerin harusnya mulai membuka hati untuk orang lain.
"Kak, aku ingin tidur bersamamu..."
Taehyung sangat tidak terkejut dengan apa yang ia dengar dari mulut adiknya. Itu adalah hal biasa, bahkan sampai terbawa dewasa, mereka masih menganggap itu adalah hal biasa.