"Manusia memang punya keinginan, tapi jangan lupakan bahwa semesta selalu punya kenyataan."
___
Takdir akan selalu menjadi takdir. Sesulit apapun hidup, pasti semesta telah menyiapkan sedikitnya beberapa porsi untuk kebahagiaan. Jangan menyerah kendati hanya beberapa titik harapan yang dimiliki, hidup biasanya akan membawa pada apa yang semula terasa mustahil. Tangan Tuhan adalah apa yang diharapkan terulur saat tangan sendiri membawa benda tajam untuk memutus nadi di pergelangan tangan sendiri. Tentu saja mati bukan suatu keinginan jika uang ada disana sebagai penolong walau sesaat.
Uang bukan segalanya, Tuhan adalah segalanya, tetapi ada kalanya uang sedikit memberi sebuah harap akan kehidupan dimana masih bisa makan dan berteduh hari ini. Terasa itu sudah lebih baik daripada berjalan menyusuri setiap trotoar tanpa tahu tujuan mana yang akan dituju untuk merebahkan tubuh dan terpejam. Menghabiskan malam bersama nyamuk-nyamuk yang dengan rakusnya memakan apa yang mengalir dalam diri; darah.
Terkadang bukan semesta yang memberimu kurang, tetapi tanpa sadar ada sesuatu dalam dirimu yang menuntut untuk tak pernah merasa cukup; insting, ego, hedonis. Semua manusia memiliki 3 kualifikasi sialan itu dalam dirinya, hanya saja ada orang yang bisa mengontrolnya dan ada juga yang selalu gagal mengontrolnya, sehingga tidak sedikit orang yang akhirnya termakan sifat sialan yang selalu menuntut dan mencecar semesta dengan kalimat; kenapa hidupku tidak bahagia? Kenapa hidupku selalu menderita?
Manusia hidup dengan 3 sifat itu dalam diri, tinggal tergantung intensitas besar dan kecilnya. Meskipun begitu, ada kalanya sifat naluriah manusia menjalar menyamarkan 3 sifat itu; kesederhanaan sebagai fitrah asli manusia yang bisa membawa mereka kembali pada kemanusiaan yang sempat tertutup awan tebal tentang keharusan kesempurnaan. Sadarlah bahwa kesempurnaan hanyalah milik pemilik semesta, sedangkan manusia hanyalah bentuk ketidak sempurnaan yang hampir sempurna jika dibandingkan dengan hewan dan pemilik otak dungu yang bisanya hanya memaki semesta.
Han Jungkook, pria berusia 23 tahun yang berangkat dari kota kecil di Busan. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan menjadi seorang trainer seperti ini. Ia dulu bermimpi akan menjadi atlet lari marathon saja, setelah menjuarai sebuah turnamen renang dan mendapatkan medali perak sebagai hasilnya. Jungkook juga sempat berpikir akan menetap di Busan dan meneruskan lahan pertanian milik keluarganya saja, tetapi ayahnya melarangnya dan mengatakan ingin Jungkook pergi dari Busan dan mengejar mimpinya.
Jika Jungkook pernah berpikir bahwa ia mungkin tidak akan pernah bisa hidup hanya dengan keterampilannya saja, manusia butuh orang yamg menantingnya sedangkan dirinya tidak punya siapapun kecuali dirinya sendiri. Ia hanya punya dirinya sendiri dan selalu seorang diri. Dia memiliki dorongan dan penyemangat, yaitu ayahnya dan mamanya yang selalu mendukungnya. Bersama yang ia yakini dan ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke Seoul, memaksa takdir untuk berkata lain.
Jungkook berasal dari keluarga biasa di Busan. Ia berhenti setelah lulus Sekolah menengah atas. Dia bertekad dengan berbekal ijasah sekolah menengah ke Seoul. Mengadu nasib dengan mengikuti audisi di salah satu agensi model. Ia ingin jadi model karena ia mengira dunia entertain adalah dunia yang menjanjikan. Ia bisa mendapatkan uang dan dia bisa meneruskan pendidikan dan membantu keuangan keluarganya dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Trainer ✓
Fanfiction[COMPLETED] Song Yerin tidak bisa menjadi model. Itu fakta telak yang harus diterima oleh gadis berusia 21 tahun itu. Baru lulus dari pendidikan hukumnya namun teringin sekali mengikuti jejak kakaknya sebagai publik figur. Keadaan memaksa untuk mene...