42. Pelukan Terakhir dari TTM

1.8K 276 32
                                    

Penasaran 'kan kira-kira bagaimana Ayah Joon-gi bisa sampai tahu soal video itu.

Malam itu, Ayah lembur kerja. Karena lapar, Ayah memutuskan untuk keluar cari makan, berhubung kafetaria kantor sudah tutup sore tadi. Ayah pergi ke sebuah restoran cepat saji.

Sayangnya, antrean cukup panjang. Saat Ayah hendak masuk ke antrean, seorang cowok bertubuh gempal menyerobot masuk sampai Ayah harus mundur. Ayah memindai tubuh cowok gendut itu dari bawah ke atas. Kayak kenal.

Ayah menepuk bahu berdaging tebal di depannya sampai cowok seumuran anak SMA itu berbalik dan tersenyum tak enak pada Ayah.

"Kamu temennya anak saya yah?"

"Apa Pak? Anak Bapak yang mana?"

"Han Seojun."

"Han Seojun?" Cowok bertubuh gempal itu mengerenyit bingung.

"Saya Ayahnya Seojun."

"Oh! Om Joon-gi, halo Om."

Chorong, ya lelaki itu adalah Chorong.  Siapa lagi yang rela malam-malam antre panjang buat makan kalo bukan Chorong. Kawan Seojun itu menunduk sedikit untuk menghormati yang lebih tua.

"Kenapa malah ketemu bapaknya Ojun sih!" Kesal Chorong dalam hati.

Walau bagaimana pun kesan pertemuan pertama Chorong dengan Ayah sahabatnya ini agak kurang baik. Saat Ayah Joon-gi sengaja menjemput Seojun pulang sekolah, disitulah mereka bertemu. Dengan geng Seojun yang kerapian seragamnya acakadut, membawa motor, juga Chorong yang menuduh Ayah Joon-gi penculik Seojun waktu itu.

"Gak mau! Gak mau pulang! Ojun 'kan bawa motor sendiri!"

Chorong dan kawan-kawan lihat Seojun waktu itu ditarik-tarik Ayah Joon-gi, tapi Si Ojun yang bersikeras menolak malah menimbulkan kesalahamfahaman.

"Wah! Wah! Goblok! Tu om-om mau nyulik Seojun kita! Gak bisa dibiarin cepet samperin!"

Chorong yang pertama kali maju, lalu menarik Seojun dan menyembunyikannya di belakang punggung tebalnya. Ayah yang waktu itu kebingungan cuma tatap Chorong datar.

"Om! Jangan macem-macem ya sama sahabat saya! Nyari yang seumuran kek, jangan degem gini, mana masih sekolah lagi!"

Mendengar pernyataan konyol itu, Seojun juga menatap kawannya datar. "Dia bokap gue, goblok!"

Chorong geleng-geleng mengingat kejadian konyol itu.

Selesai memesan, sialnya Chorong malah diajak makan bareng sama Ayah. Mereka duduk di kursi dekat kaca depan. Chorong duduk dengan tegang, apalagi tatapan Ayah yang mengintimidasi. Rasa lapar Chorong bahkan sudah menguap dari tadi.

Tapi sayang makanannya sudah di depan mata, gas sajalah. Tapi dia juga enggak bisa makan sembrono, harus elegan biar kesannya baik di depan Ayah sahabatnya. Maksudnya biar enggak dikira berandalan terus, bukan bermaksud kayak memiliki kesan baik di mata calon Ayah mertua.

"Anak saya, di sekolah sekarang gimana?"

"Ah! Seojun baik kok Om, sekarang dia udah gak sering bolos, atau kesiangan. Setelah berhubungan sama Suho, Seojun berubah banget Om."

"Walau enggak sepenuhnya berubah, halah ngerasa bersalah gue bohongin Om Joon-gi."

"Kalo di luar sekolah, Seojun orangnya gimana?"

"Kalo di luar sekolah dia enggak aneh-aneh kok Om, kita juga kalo di luar sekolah paling nongkrong, jauh kok Om dari rokok, sama alkohol apalagi narkoba."

Seme-in SemeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang