I Feel Sorry for You

789 63 0
                                    


Point Of View from Camille

Udah 1 bulan aku jadi anak 18 tahun, ah wait, Anak? I mean a teen into adult....dan diumur 18 tahun ini kalau di Amrik, mereka yang udah punya pacar pasti udah 'melakukan', sebagaimana aku dan Audrey. Kalau membayangkan waktu malam itu bikin aku malu!

Sejak malam itu juga aku dan Audrey jadi sering main dan belajar bareng sampe malem, apalagi sekarang musim nya anak kelas 3 ujian. Mereka yang mau masuk PTN pasti mati-matian belajar. Kalau aku sama Stellare sih santai aja guys, karena kita mau ke Univ swasta hehe. Beda sama Audrey dan sahabat ku yang lain, katanya sih mereka mau masuk UI-lah UGM-lah ITB-lah, yah semoga aja mereka keterima Amin,,

PRANGGGGG!!

"Astaga subuh-subuh gini, ada aja yang ribut di dapur, hufffttt." Gumamku.

Sebenarnya kita punya pembantu tapi Bi Siti bantu-bantu kita cuman 9 jam. Nah sekarang, Daddy udah gak butuh lagi Bi Siti lagi karena tergantikan oleh 'Dia'. Ya siapa lagi kalau bukan Nyonya di rumah ini.

Aku keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Pandangan yang udah gak aneh lagi. Pasti ada aja orang yang bikin suara berisik di dapur hanya karena dia gak bisa masak!

"Mau aku bantu?" Sahutku dari belakang. Padahal aku gak bisa masak juga, formalitas aja :)

"Ah...eenggak usah, bisa sendiri kok." Jawabnya.

"Oh yaudah, hati-hati." Nasihatku.

"Iya..kok kamu udah bangun jam segini? Bukannya Ekskul Basket jam 9?" Tanyanya saat aku terduduk di kursi yang ada di island table.

Biasanya kita makan bareng di meja ini supaya lebih dekat ke dapur. Jadi aku bisa mantau dia dari belakang sekarang.

"Ehmmm gakpapa sih cuman tadi kebangun aja." Ucapku. Btw, kalau hari Sabtu aku biasanya bangun jam 8-an, tapi ini masih jam setengah 5 subuh.

"Oh! Maaf ya kayaknya kamu kebangun gara-gara suara piring tadi."

Ya emang! Tuh situ nyadar -_-

"Kenapa sih akhir-akhir ini Mami suka teledor? Kurang fokus, gak manage waktu, ngelamun terus, jadi pendiem, kalau diajak bicara suka gak nyaut, is there something you tryin' to hide?"

"AKHHH!!" Serunya. Aku kaget dengar suara teriakannya. Aku menghampirinya segera dan lebih kaget lagi waktu aku liat apa yang terjadi.

Salahsatu jari nya teriris pisau sehingga darah yang mengalir begitu banyak.

"Bentar aku ambil P3K, duduk dulu di kursi!" Diantara panik dan ketakutan aku berlari mengambil kotak P3K.

"Duhh aduhhh, mana Daddy belom bangun lagi." Gumamku sambil berlari-lari kecil.

Saat aku sampai di dapur, aku melihat dia yang masih menahan kesakitan di area jarinya. Darah yang mengalir sudah hampir sampai ke siku tangannya.

"Aku bersihin dulu darahnya ya." Ucapku, dia hanya mengangguk.

"Sshhh ahh pelan-pelan Cam perih.." rintihnya.

Kayaknya dia kesakitan banget sampe air matanya keluar.

"Ahh iya maaf, aku gugup kalau liat darah." Ujarku.

"Kenapa bisa gak fokus gini sih? Kalau gak bisa motongin bawang pake alat chopper aja, kan ada di lemari." Sambil aku masangin kapas dan plester, aku ajak dia ngobrol.

Ya Tuhan untung aku SD pernah jadi dokter cilik. Pikirku

"Iya maaf, tadi lagi kepikiran sesuatu aja." Paparnya.

I'm The Dying Girl -《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang