Betapa sulitnya untuk mengungkapkan segalanya,
Seketika dirinya membisu.Betapa sulitnya untuk memandang orang yang berada di depannya,
Seketika dirinya buta.Baru saja ia mendapatkan julukan,
Sebagai manusia sosial tanpa sosial.Dirinya ke ruang hampa.
Bibirnya masih enggan berucap, tapi Sang Sahib memberikan uluran tangan kirinya untuk menggenggam tangan kanan-Nya sedangkan tangan kanan Sang Sahib menyentuh pundaknya. Dengan sesaat waktu berjalan sangat lambat.
Dirinya membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Terlihat dari jarak yang dekat, ia ingin sekali mengeluarkan cairan hangat itu dari pelupuk matanya yang sudah memerah.
Point Of View from Camille
Rasanya, aku ingin ada orang yang membunuhku untuk saat ini. Aku ingin merasakan bagaimana mati.
Stellare yang masih setia menenangkan aku yang sedang tersedu-sedu. Tak henti-hentinya ia menepuk pundak ku agar semuanya kembali tenang.
2 menit kemudian, aku rasa ini adalah waktu yang pas untuk menceritakan semuanya.
"Udah nangisnya?" Stellare bertanya selembut itu membuatku tersenyum simpul. Aku mengangguk ringan.
"Semoga dengan apa yang terjadi di kehidupan aku, akan tersampaikan secara menyeluruh." Berharap kepada diriku sendiri sebelum semuanya terucap.
Aku menghelakan nafas berat, "semuanya salah aku. Berawal dari aku yang terlalu egois untuk menjadi manusia. Orang tua, temen, dan saudara gak ada yang tau siapa sih jati diri aku yang absurd ini? Aku gak tau harus cerita ke siapa lagi, saking bingungnya aku cuman bisa memendam semua itu. Bahkan aku pernah sesekali mengutuk orang-orang di sekitar aku agar dapat merasakan apa yang aku rasakan----"
Ya tuhannn berikanlah aku kekuatan untuk mengungkapkannya.
"Aku mau mereka merasakan betapa sulitnya menjadi diri aku, diri aku yang gak normal ini Ler.......aku sering melihat perkumpulan orang yang memiliki orientasi abnormal, setelah itu aku menyaksikan kejamnya dunia, tidak adanya toleransi bahkan sifat manusiawi,
Ler....Sebenarnya sifat introvert aku ini dulu 'Pernah' ada. Semenjak kecil, Aku belum pernah dapet izin bermain, bahkan hampir tidak pernah mendapatkan izin untuk bersenang-senang seperti selayaknya anak kecil yang bahagia diluar sana, Aku adalah anak yang memiliki segala kekurangan,
Aku pernah bodoh. Aku bodoh juga sih sampai sekarang ini. Tetapi aku gak cocok tuk disebut bodoh. Aku lebih cocok di sebut 'Muna',
Kata yang sangat membuat harga diriku menurun. Gimana enggak? Disaat aku menjadi Muna, Aku pernah menyalahkan Tuhan. Aku pernah beranggapan bahwa aku ini manusia yg diciptakan untuk terlahir gagal oleh-Nya. Aku pernah.......berfikir bahwa untuk apa menjadi normal jika selama ini tidak ada orang yang membuat aku merasa bahagia,
Tapi, dengan pikiranku yang seperti itu....
Aku tersadar, I already go to hell now. Jika semua hal ini masih terpajang di prinsip kehidupanku."Stellare,
Dia masih terdiam. Apakah dia shock atas apa yang aku ungkapkan tentang fakta menjijikan ini? Tetapi aku masih ingin mengeluarkan unek-unek."Kamu tau aku dari dulu Ler, masa kecil aku cuman sama kamu doang. Kamu inget gak waktu dulu, kamu nangis kenceng banget gak mau sekolah gegara aku gak bisa nemenin kamu lagi, aku Homeschooled pas kelas 5 sampai 6 SD,
Karna dari itu, Sifat sosialisasi aku cuman 25%. Hal seperti ini mengakibatkan aku jadi anak yang pendiem, cuek, gak mau tau apa-apa, manja, jutek, ntah berantah peduli tentang lingkungan, bahkan aku gak tau pacaran itu seperti apa, laki-laki itu seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Dying Girl -《END》
Teen FictionGadis itu adalah murid-nya sekaligus putri tirinya. Gadis itu adalah teman yang selalu membencinya. Camille Sang Gadis, sedang berusaha membuat Pusara Hati-Nya seorang diri. Ingin berjuang untuk melawan parasit yang berada di tubuhnya. Tidak hanya...