Point Of View from Me
Lampu-lampu taman di sekitaran komplek kali ini sudah menyala untuk menerangi halaman rumah-rumah besar yang ada, bisa dikatakan kondisi saat ini, hari sudah mulai menyambut malamnya.
Langit yang sudah mulai berwarna hitam berpadukan biru, tandanya Sang malam tidak memiliki pencahayaan yang kuat.
"Aduh lama amat."
"Ssttt jangan berisik-berisik."
"iye iyeee dahh."
"Makanya, jalannya pelan."
"Cam, awas lo salah injek itu ada tai."
"Ckk apaan sih."Sayup-sayup terdengar bisikan yang berasalkan dari dua orang gadis, terlihat sedang sembunyi-sembunyi untuk tidak tertangkap basah oleh orang tua mereka.
Why not? Baru kali ini mereka pulang tidak tepat waktu.
Mau tak mau, Camille dan Stellare akan terkena amuk oleh kedua orang tuanya.
"Kok malah, buntutin aku sih? Bukannya rumah kamu yang itu.", tanya Camille pada Stellare sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah rumah yang berwarna putih di seberang sana.
Camille baru mengetahui Stellare yang masih mengekori-nya untuk masuk ke dalam perkarangan rumah sahabatnya yang satu ini.
"Aduh, gue ngikut ke rumah lo aja deh. Papah sama Mamah gue ada di rumah nih.", jawab Stellare.
"Harusnya aku gak usah bantuin kamu tadi."
"Dih kok nyalahin gue."
"Emang kamu yang salah."
"Tadi itu cuman kecelakaan kecil"
"Lain kali jangan nyusahin."
"siapa juga yang mau nyusahin lo."
"tuh kan baru aja di bilangin."
"Emangnya lo bilang apa ke gue."
"Kalau gini caranya, kapan kita masuknya?Keburu ketahuan."
"Elo sih rese."
"sini jidatnya, mau di jitak sama aku hah!"Okay, mungkin mereka lupa dengan strategi apa yang akan dilakukannya dan keduanya pun belum menyadari dimana mereka sekarang.
"Eekhmm."
Suara dehaman itu sukses membuat Camille dan Stellare memberhentikan ocehannya masing-masing, saat keberadaan mereka sudah berada tepat di depan teras kediaman Marteen.
"Pulang telat? Bagus...Masuk! Now!". Mereka akhirnya pasrah dengan penderitaan. Marteen menyuruh kedua insan ini masuk ke dalam rumah tersebut secara paksa.
Flashback On
Siswa-siswi kelas XI MIPA 6 ini bersikap tidak karuan.
Bisa dilihat....
Gerah, suhu cuaca yang menunjukkan 33°, keringat yang mulai bercucuran, mereka tidak ada semangat-semangatnya untuk melakukan aktivitas di luar kelas. Seharusnya mereka sedang bersiap-siap untuk memulai kegiatan pelajaran olahraga.
Siapa sih yang mau olahraga di siang hari terang benderang kayak gini?
Terkecualikan Camille dan juga Jagannath yang sangat bersemangat, karena materi baru yang akan mereka pelajari yaitu BASKETBALL, yuhhuuuuuu.
"Cam, gue gak kuat sumpah, panas.", ucap Stellare lemah.
"Iya, Cam. Aku sama Stellare ke UKS ya, kalau Pak Audi nanyain kita, bilang aja sakit.", tak kalah lemahnya, Agnes pun tidak lagi berkuasa oleh raganya ini.
"Dasar lemah. Gibah aja disemangatin, masa olahraga diacuhin.", ucap Camille frontal.
"Enak aja lo, gue gini-gini aja pinter jadi orang. Jadi gue tau, mana yang harus digibahin mana yang enggak---"
"Udahan yuk berantemnya, karena ini bukan waktunya acara FTV", Pak Audi sang guru olahraga pun datang ke lapangan untuk menemui muridnya.
"Okay! Duduk! Jangan ada yang berisik dulu ya! bapak mau absen kalian.", guru tersebut mulai memanggil nama-nama muridnya yang berada di daftar list satu persatu, mereka pun mengangkatkan tangannya saat nama mereka merasa terpanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Dying Girl -《END》
Teen FictionGadis itu adalah murid-nya sekaligus putri tirinya. Gadis itu adalah teman yang selalu membencinya. Camille Sang Gadis, sedang berusaha membuat Pusara Hati-Nya seorang diri. Ingin berjuang untuk melawan parasit yang berada di tubuhnya. Tidak hanya...