"HEI!.......... semua siswa dan guru sedang melangsungkan Upacara, mereka masih berdiri tegap disana sambil menahan terik-nya Matahari dan kepanasan. Sedangkan kamu, enak-enaknya sendirian seraya bisa main main disini. Kamu kira suara pantulan bola dari kamu itu tidak terdengar sama Saya huh?!! Saya akan laporkan kamu ke guru BK dan juga Bapak Kepsek S.E.K.A.R.A.N.G!"
.
.
.
.
.
.
.
Suara-Nya itu....yang membuatku ingin berteriak langsung di depan wajahnya dengan kata kasar. Dialah seseorang yang selama ini Daddy dibuat sibuk karenanya. Sejak hari dimana aku dan Daddy ke sekolah untuk mengambil raport dan semenjak kejadian ketidaksenganjaan mereka dipertemukan (kembali),Daddy jadi sering ninggalin rumah, keseringan hang-out bareng Si Witch, bahkan Daddy mengurangi family time sama putrinya ini. Dan lebih pilih abaikan aku dibandingkan Miss Vivi.
Aku yang masih membelakangi nya, langsung berdiri, menyimpan terlebih dahulu bola basket ku, dan setelah itu membalikan tubuh ku melihat siapa yang berani-beraninya meneriaki ku seorang diri.
"Haahhhhh silahkan! Dengan senang hati! Laporkan Saya pada mereka, kalau bisa kemsemua warga sekolah, bahwa kelakuan Saya emang seperti ini......Tapi Saya ingin, Anda juga menghindari orangtua Saya. SE.LA.MA.NYA!", Ucapku tajam seraya mengikuti gaya bahasa-Nya dengan permainan ancamannya dengan kata terakhir yang sengaja ditekan.
Look! How shocked she was, so funny
Jadi kepingin cubit. EH KOK!
Dia beranggapan bahwa aku adalah seorang gadis pendiam yang setiap harinya mogok bicara bahkan disebut-sebut manusia sedikit kata. Cih sok tau, belom tau aja dia kalau aku cerewetnya kayak gimana.
"Wow here she is, please welcome ladies n gentlemen My Daddy's Girlfriend." Sahutku sambil menepuk tangan kecil.
"Cam-Camille?", tanya dia dengan memasang wajah yang sulit diartikan. "Yeah, why? ", jawabku datar.
"Kamu, ng-ngapain sendirian disini?", pffttt dia mengubah intonasi suaranya menjadi gugup seketika.
"Kenapa Miss? Gak boleh!? Tadi Saya udah di lapangan, tapi Saya mengurungkan niat untuk ke lapangan, hak-hak Saya, apa salahnya Saya kemari?!"
Oh Lord, kenapa aku jadi banjiri keringet dingin gini sih! Saat di dalam kondisi seperti ini....Aku mual
Saat dirinya mendengar ucapanku. Dia sempat kebingungan apa yang terjadi padaku. Miss Vivi melangkahkan kakinya mengarah kepadaku. Entah bagaimana pun juga ia terlihat cemas melihatku saat ini.
"Kamu sakit? Muka kamu pucet! Kalau dari awal kamu bilang gak enak badan, Miss bakal antar kamu ke UKS. Nanti Miss tungguin kamu disana dan Miss bakalan kasih tau Daddy kamu Camille!"
"Ahahah, PENCITRAAN BANGET SIH HIDUPNYA!"
"Camille ini serius. Astaga! Wajah kamu jadi pucat gini, mata kamu juga merah, kamu lagi sakit Camille. Jangan habiskan tenaga kamu buat teriak-teriak kayak gini. Bibir kamu juga--------------"
Beberapa detik saat dia menyentuh bibirku dengan ibu jari-nya. Aku mempunyai kesempatan untuk melihat wajahnya yang berada di atasku, karena tinggi badannya melebihi diriku yang 1,71 m. (Hmmmm memang benar adanya).
Aku tersadar bahwa yang sedang aku lakukan bukanlah hal wajar. Aku segera menepis tangannya dari bibirku secara kasar, sehingga ia merasa kesakitan.
"APA-APAAN! ohhh jadi kayak gini ya, kalau udah merasa dekat dengan Saya? Enggak, ENGGAK MUNGKIN! Asalkan Miss tau. Anda tidak akan pernah menjadi pendamping hidup dari Ayah Saya nanti, dan Anda juga tidak akan pernah bisa menjadi peran pengganti ibu Saya! Enggak! GAK AKAN PER--------------nah."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Dying Girl -《END》
Novela JuvenilGadis itu adalah murid-nya sekaligus putri tirinya. Gadis itu adalah teman yang selalu membencinya. Camille Sang Gadis, sedang berusaha membuat Pusara Hati-Nya seorang diri. Ingin berjuang untuk melawan parasit yang berada di tubuhnya. Tidak hanya...