Point Of View from Me
Hari pembagian Raport
+
Hari menegangkanJam tangannya baru menunjukkan pukul 7 pagi. Camille merasa kesal akibat risiko yang sekarang ia miliki. Yaitu mempunyai orang tua yang berprofesi sebagai guru.
'Kalau aja dia bukan guru, aku gak akan pergi se-pagi ini.' Batinnya.
Sedan putih Golf dari Volkswagen, melaju dengan kecepatan sedang itu dikendarai oleh Vivica, yang di sampingnya terdapat Camille terduduk dgn raut wajah masam.
"Emangnya harus se-pagi ini? Jadwal bagi raport kan jam 9." Ucapnya memecah keheningan.
"Mami kan harus cek dulu data siswa kelas kamu." Jawabnya yang masih terfokus ke depan.
Hahhh? Mami dia bilang?!! Gerutu Camille dalam hati.
"M-mma mi? Hah?" Camille mengernyitkan dahinya. Vivi menatap Camille sebentar dan kembali mentap jalanan sambil berkata,
"Sekarang kan tante orang tua kamu, itu artinya udah official kamu manggil tante 'Mami." jawabnya enteng. Sedangkan Camille merahasiakan ekspresi jijiknya terhadap Vivi.
"Inget ya, Mami! M-A Ma, M-I mi, Mami. Coba kamu panggil..." ajak Vivi.
"Emm Mm-ami." Ujar Camille tertatih.
"Good girl." Vivi mengusap rambut Camille.
"Sugar Mommy." Gumam Camille.
"Apa? tadi kamu ngomong Sugar Mommy?" Elak Vivi.
"Apa enggak! Aku gak bilang apa-apa."
Setelah sampai di sekolah, parkiran sekolah masih belum terlihat ramai, hanya ada kendaraan guru yang bisa dikategorikan guru tersebut rajin syekalyyy.
"Ikut ke ruang guru dulu yuk." Titah Vivi. Hanya kepasrahan yang Camille lakukan sekarang.
Ruang guru bidang Bahasa sangat tertata rapi, beda dengan ruang guru produktif seperti kimia biologi dan fisika, uhhhhh scary karena banyak benda aneh di sekitaran mereka.
"Lama gak....?" Tanya Camille manja dengan wajah polosnya sambil duduk di visitor chair yang ada di meja Vivi.
"Enggak Caaamm...." Vivi yang berada tepat di hadapan Camille masih menyibukkan diri menandatangani susunan raport.
Hanya suntuk yang dirasakan Camille saat ini. Awkward moment antara dirinya dan Vivi. Mereka berdua saling memiliki gengsi yang tinggi setelah terjadinya pernikahan Marteen dengan Vivi.
Selang 20 menit Vivi mengecek ulang tugasnya sebagai guru, ia melirik Camille yang terlihat gelisah, apa lagi kalau bukan lama waktu yang ia gunakan.
"Bentar lagi kok sayang, tunggu ya." Akhirnya Vivi berucap secara halus. Membuat Camille diam tak berkutik karena detak jantungnya tak karuan.
Meresahkan guys gumam Camille.
Dan....selesai juga Vivi mengerjakan tugasnya menjadi seorang guru. Setelah itu, ia merapikan semua alat tulisnya. "Boleh minta tolong gak Cammie? Bantuin Mami nya dong, bawain semua raport ini ke kelas tapi kamu harus susun dulu sesuai absen, ya?" Pinta Vivi.
Wah capek guys, udah nunggu lama, malah ditambah nyuruh yang berat-berat gumamnya tapi tak terdengar oleh Vivi.
"Iya." Jawab Camille singkat. "Mami duluan ke kelas ya." Kata Vivi sambil berlalu yang tak dibalas oleh Camille.
Saat Vivi keluar dari ruangan Camille menghelakan nafasnya berat. "Ya Tuhan gini amat punya emak tiri. Harusnya ada yang bantuin nih, gak mungkin aku bawa raport sebanyak ini." Monolog-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Dying Girl -《END》
Teen FictionGadis itu adalah murid-nya sekaligus putri tirinya. Gadis itu adalah teman yang selalu membencinya. Camille Sang Gadis, sedang berusaha membuat Pusara Hati-Nya seorang diri. Ingin berjuang untuk melawan parasit yang berada di tubuhnya. Tidak hanya...