Hai Dok!

1.3K 104 1
                                    

Point Of View from Camille.

9.30 AM
Coba dipikir deh. Tadi di sekolah ada kejadian malu-malu in yang nimpa diri aku sendiri, udah gitu ada orang yang turun tangan buat nolongin aku waktu pingsan, bahkan Si Orang ini bela-belain lari untuk manggil anggota PMR yang lagi piket waktu dilangsungkannya Upacara dan mereka siap siaga membawa Tandu. Ya untuk aku lah..... siapa lagi coba.

Masalahnya, i feel ashamed about the incedent............kenapa? Karena aku merasa, dia SANGAT dibuat repot gara gara aku sendiri. Padahal aku sama sekali gak minta bantuannya.

Yaudahlah yah, udah terjadi ini. Seharusnya aku berterimakasih. Tapi aku masih kesel sama orang ini gimana dong? Dan Daddy ngapain sih ajak dia kesini! Bikin kesel aja.

I just murmured.

Haah....bisa dilihat, sekarang kita bertiga sedang berada di tempat prakteknya dr. Iman. Dokter ini selalu aku temui setiap 1 bulan sekali. Gak bosen kok, malahan aku seneng banget kalau beliau udah senantiasa mendengarkan cerita hidup aku. Mulai dari cerita yang ada di sekolah sampai cerita apa yang dirasakan terhadap penyakit yang di Diagnosa aku sekarang.

"Ananda Camille Calypsy Archianto." suster tadi yang memanggil namaku yang seketika buat aku kesal, karena, "Pfffttt, ananda? Masa anak segede ini sebutannya masih ananda?" diiringi gelak tawa Daddy.

"Ya mana aku tau Dad. Kirain perawat tadi bakal manggil aku Ny. Camille.... eh ternyata."

"Udahlah, kenyataannya kamu itu emang belum pantes jadi remaja yang umurnya 17 tahun. Kamu itu masih umur 5 tahun."

"Dad...don't tease me!!"

Setelah kejadian perdebatan kecil tadi, dengan malasnya aku berjalan sambil menghentakan langkahku menuju ruangan dokter. Tentu saja aku langsung meninggalkan mereka berdua di ruang tunggu, karena aku ya males aja deket-deket mereka.

"HAI DOKKKKKKKKKKKKKK!", teriak ku girang, girang kek tente-tante, bercanda seyeng.

"Ya ampun kamu ini bikin terkejeot orang tua yah!", ucapan dokter yang membuat aku terkekeh.

"Awolkwolk."

"Dok Cammie barusaaaan pingsan di sekolah, bangun-bangun nangis gegara kambuh lagi, kenapa pas waktu disini girang banget huh?" Ujar Daddy.

"Gapapa dong Mas, namanya juga anak kamu. Sikapnya gak jauh beda sama bapaknya, selalu girang." Si Nenek Lampir ikut-ikutan.

Si anjir Daddy dipanggil 'Mas'......

"Waduh! Seriusan tadi dia pingsan di sekolah? Kenapa lagi atuh, kamu mah aneh-aneh waé."

Pertanyaan dokter hanya dijawab senyuman jahil dariku.

"Seriusan dok! Lihat aja anak ini, masih pake seragam sekolahnya." Ucap Daddy. "Astagfirullah....yasudah mari duduk." Perintah dokter kpd kita bertiga

Point Of View from Me.

Saat Camille menceritakan semua kejadian tadi di sekolah, dokter hanya mangut-mangut saja saat menerima cerita yang keluar dari mulut Camille. Setelah itu dokter memberikan resep obat Camille kepada Marteen untuk diambil di tempat farmasi yang telah disediakan.

"Okay, terima kasih banyak ya dok, Selamat pagi!"

Tepat dimana Camille dan Vivica keluar dari ruangan terlebih dahulu. "Pak Marteen!" Tiba-tiba Marteen di tahan oleh tangannya dr. Iman.

"Iya dok?"

"Camille kelihatannya jarang makan sayuran sama buah-buahan ya? Saya tadi denger, sampai sekarang  ini dia susah untuk buang air besar selama 5 hari. Itu bahaya lho pak. Jadi, Saya beri obat yang mengandung Veggies dan disitu udah dicantumkan resep yang akan dimasukkan ke dalam dubur nantinya." Kalimat dr. Iman terdengar membingungkan bagi Marteen.

"Maksudnya obat yang di masukkan ke dalam dubur apa ya dok?"

"Itu lho pak, pill yang kalau dimasukkan ke dalam anus, sisa makanan yang ada di kolon dan rektum akan keluar langsung cepat." Jelas dokter.

"Ohhh, Saya ngerti sekarang dok. Kalau begitu Saya permisi."

Saat Marteen berlalu dari ruangan dr. Iman, Marteen menyuruh mereka berdua masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Kerena, menunggu hasil pengecekan resep obat dari lab akan memakan waktu yang lama.

"Vi! Kamu tungguin Camille di mobil duluan aja, aku mau ambil ini.", sambil menunjukkan kertas yang berisikan tulisan dari dokter.

"Mmm, yaudah. Mana kunci mobilnya?"

Marteen memberikan kunci mobilnya dan langsung diambil oleh Vivi. Saat Vivi menuju ke parkiran ia mendapatkan Camille yang sedang menunggu tepat di depan mobil.

"Cam, ayo masuk dulu." Titah Vivica

"Lho! Daddy mana?"

"Daddy lagi ambil resep dulu."

"Ok. Mana kunci?" Pertanyaan nya membuat Vivi bingung.

"Huh? Sini biar tante aja yang bukain, kamu tinggal masuk aja."

"Ini mobil kan punya aku. Jadi, bebas dong!"

Vivi tidak mengubris pernyataan yang ia dapatkan dari Camille. Dirinya langsung meng-Click tanda Open di keyless system tersebut.

Nyebelin banget jadi orang, untung cantik. gumam Camille.

Ke-bodo amat an dari Camille meronta-ronta. Dia langsung masuk dan duduk saja ke Sit paling belakang karena mobil-nya ini hanya memiliki 2 baris.

Camille yang berada di belakang sit pengemudi, hanya duduk sambil memejamkan mata karena lelah. Tiba-tiba saja ada seseorang yang sudah berada tepat di sebelah Camille. Siapa lagi kalau bukan Vivi.

"Kok duduk di sini sih! Kenapa gak sama Daddy aja di depan? Aku mau tidur disini awas." Kekesalan Camille berujung maut.

Entahlah.....dirinya sekarang merasa terganggu terus-menerus oleh kehadiran Vivi.

"Makanya, tante bakal jagain kamu disini. Mau tidur atau mau ngapain juga, kamu tetep harus dijaga Camille. Gimana kalo nanti kamu muntah-muntah lagi kayak tadi di sekolah."

OH shoot!.......does she makes me feel embrassed again?! -Camille

Di kepalanya otomatis merekam kejadian yang dimana dirinya masih berada di UKS. "Yaudah terserah." Ucapnya dingin dan memejamkan matanya kembali untuk tidur padahal dirinya menahan rasa malu.

"Mau dinyalain gak mobilnya? Biar AC-nya nyala, kalau enggak nanti pengap disini.", Argumen Vivi.

"Ofc."

Yaampun anak ini cuek banget, apa selamanya sikap dia akan seperti ini walaupun aku nanti sudah menikah dengan Marteen. Huufftt ini baru Orientasi Vi, sabar saja. Dalam hati Vivi berbicara seperti itu.

"Masih gerah? Kok kamu keringetan sih Cam? Padahal ini suhunya 17° lho." Vivi yang menyaksikan Camille sedang mengibas-kibaskan kemeja seragamnya karena merasa gerah. Somehow, kemeja yang digunakan Camille menjadi penuh keringat.

Ouh Sexy.

"Ya mau gimana lagi. Kaca mobil udah terlanjur panas, jadi percuma kalau AC-nya di gede in." Camille hanya bisa menjawab dengan kalimat itu dan masih enggan membuka matanya.

Suddenly.....

There is Unexpected moment between them....

"Whut the.....WHAT THE HELL R U DOIN' TO ME?!"

Mata Camille yang tadinya masih terpejam, jadi membulat sempurna.

"Did I just hear a rude curse from you? Tante cuman mau bukain kemeja kamu yang basah. Nanti kamu masuk angin Cammie!"

INI SIH BAKALAN SAKIT JANTUNG BENTAR LAGI! - Camille



























🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚

Nanti aja ya Wleheheh.

I'm The Dying Girl -《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang