Akhirnya, Yuga menyeret kedua orang berisik itu ke kantin. Tepat setelah itu, bel istirahat kedua pun berbunyi. Jadi, mereka tidak bisa dihitung cabut."Duduk, dan tutup mulut kalian." Yuga menghela napas, setelah berhasil membuat kedua orang itu duduk bersebelahan di depannya.
"Serius, kalian kenapa tiba-tiba bisa akrab?" tanya Ringgo sekian kalinya.
"Jadi gini, tadi pas gue lagi sibuk main game, anak-anak ternyata pada ngomongin gue. Ada yang nyebar gosip kalo gue dan Tomy baru jadian, dan bilang jijik segala macem."
"Pasti Riska!" seru Ringgo.
"Tepat sekali."
"Wah, nenek sihir itu berani ngomongin lo di saat gue terbaring sakit. Dasar licik," dengus Ringgo. "Kalo ada gue, padahal mereka sok manis muji-muji lo."
"Makanya, lo harus berterima kasih ke Aga. Dia udah marahin mereka, di saat lo nggak ada. Dan, di saat gue nggak denger."
"Oh, ya?" Ringgo menaikkan satu alisnya, melirik Aga. "Thanks."
"Apa? Nggak kedengeran," balas Aga ketus.
"Thanks! Kapan-kapan gue traktir."
"Serius, nih? Oke!" Aga akhirnya tersenyum puas. "By the way, kalian udah berapa lama kenal? Kalian kayak deket banget."
"Hmm, sejak SD. Kebetulan rumah kita deket," jawab Yuga setelah mengingat-ingat sekeras tenaga.
"Iya, karena rumah kita deket, kita jadi selalu pulang bareng. Dan sebagai informasi, pas SD tuh Yuga jauh lebih imut lagi dibanding sekarang. Lo bakal gemes banget kalo liat foto masa kecilnya. Haha."
"Shut up." Yuga melirik Ringgo dengan tajam. Masa kecilnya memang terlalu imut, sampai-sampai teman mamanya sering mengira Yuga itu perempuan.
"Gue nggak suka anak kecil," balas Aga santai. "Jadi, kayaknya gue nggak bakal gemes."
"Oh, jadi lo benci anak kecil? Kenapa? Apa salah anak-anak tidak berdosa itu?"
Aga menghela napas. "Gue nggak suka, tapi nggak benci juga."
"Ya, kenapaaa? Jawab aja ribet amat, sih?!"
"Suka-suka gue mau suka kek, nggak suka kek. Kepo amat lo!"
"Heh, selow dong! Kenapa lo jadi ngegas?!"
"Lo juga ngegas, kampret."
Yuga menunduk, menghela napas, lalu bangkit berdiri. "Diam kalian berdua."
"Lo mau ke mana?" tanya Ringgo sedikit ngeri. Rasanya seperti de Javu.
"Mau pesen es teh buat ngeguyur kepala kalian."
Aga mendengus. "Lo pasti bercanda."
Ringgo menggeleng. "Yuga nggak suka bercanda, Ga."
"Hah?"
"Ampun, Yuga. Kami janji akan berusaha akrab dan tidak bertengkar di depan Anda lagi. Tolong, ampuni kami berdua yang mudah tersulut emosi ini...."
Aga pun mendekatkan mulutnya ke telinga Ringgo. "Lo setakut itu diguyur es teh?"
"Ya, gue nggak mau seragam baru gue basah kuyup. Masalah?"
"Jadi, kita harus akur?"
"Ya. Kita harus akur, dan jangan sampai buat Yuga marah."
"Hmm, kayaknya susah, ya."
[]
Sekarang, mereka udah lumayan akur dan sering mampir ke rumah gue buat numpang makan mie instan. Sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Pie [Short version]
Teen FictionTentang Yuga, yang nama belakangnya dirahasiakan. Yuga bosan dibilang imut, padahal sifatnya berbanding terbalik dengan wajahnya. Lalu, masalah terbesar Yuga adalah ... sudah ada tiga cowok memberikannya surat cinta sejak ia masuk SMA. Padahal, Yuga...