Mereka akhirnya memilih untuk ke rumah Yuga dan membahas semuanya.Tidak lupa, Yuga menyediakan camilan untuk dirinya dan juga ketiga sahabatnya. Huh, sebenarnya Yuga masih marah dengan Ringgo dan Aga, tapi rasa marahnya malah kini lebih diselimuti rasa bersalah pada Kei.
Seperti sebelum-sebelumnya, mereka duduk berkumpul di karpet abu-abu berbulu nyaman kesayangan Yuga.
"Jadi, siapa yang mau mulai ngomong?" tanya Ringgo sambil membuka keripik kentang yang disediakan Yuga. "Saat kita nggak ada di kelas, kalian ngapain? Kenapa anak-anak jadi ngomongin Kei?"
Kei dan Yuga saling melirik, lalu Kei pun memilih untuk bicara. "Gue cuma ngasih penjelasan ke semuanya, kalau Yuga bukan gay. Yang mereka denger dari kalian berdua di kantin cuma salah paham."
"Terus?" tanya Aga mulai tidak sabar. "Kenapa mereka bilang lo gay?"
Kei terkekeh. "Karena gue memang gay. Yah, gue nggak nyangka bakal seberani itu ngaku depan umum."
Mulut Ringgo terbuka cukup lebar. "Gay? Sejak kapan? Kenapa lo nggak pernah cerita ke kita?"
"Gue udah tahu," gumam Yuga, "Kei jujur ke gue, karena awalnya ngira gue benci dan jijik sama gay."
"Gue lega banget ternyata cuma salah paham dan Yuga baik banget, karena masih mau jadi teman gue." Kei terkekeh pelan. "Gue niatnya mau ngasih tau kalian berdua juga kalau waktunya udah tepat. Sorry, ya. Kalian jadi tahu duluan hal itu dari orang-orang."
"Tapi, Kei ... lo nggak naksir salah satu dari kita bertiga, kan?" tanya Ringgo sedikit ragu.
Kei dan Yuga otomatis tertawa.
Yuga menepuk punggung Ringgo cukup keras. "Gue juga sempat khawatir gitu, tapi lo tau nggak kata Kei apa?"
"Hah? Apa?"
Yuga berhenti tertawa, lalu memasang wajah serius. "Katanya, CUIH."
"Cuih?" Ringgo menaikkan satu alisnya, lalu menatap Kei dengan tajam. "Heh, Kei. Apa kita segitu jeleknya di mata lo?!"
Kei tersenyum jail. "Not really. But my type is really really high."
"Harusnya gue lega, ya. Tapi, kenapa gue merasa kesal? What's wrong with me?!" Ringgo menjambak rambutnya.
Yuga dan Kei hanya tertawa, tanpa menyadari ekspresi Aga yang tetap serius.
"Aga, do you hate me?" tanya Kei setelah beberapa saat kemudian. "Gue nggak keberatan buat jaga jarak sama lo, kalau lo benci sama gay atau semacamnya."
Aga akhirnya menatap Kei. "No. Bersikap kayak biasanya aja, gue bukan homophobic or something."
"Really? Terus kenapa lo diem aja dari tadi?" tanya Yuga, lalu merebut sebungkus keripik kentang yang Ringgo pegang.
"Gue cuma berusaha menyimak, nggak boleh?!"
"Boleh, boleh banget. Selow selow." Yuga terkekeh. "Mau keripik?"
"Gue cuma penasaran, gimana awalnya lo sadar kalau lo gay dan tipe lo kayak gimana. Tapi, gue tau itu privasi, jadi—"
Kei tersenyum lebar. "Lo penasaran? Hmm, ceritanya cukup panjang, gue takut kalian bakal ketiduran."
Aga, Ringgo, dan Yuga menggeleng dengan kompak. Ringgo bahkan melebarkan matanya agar tidak mengantuk.
"Oke, akan gue ceritain semuanya."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Pie [Short version]
Teen FictionTentang Yuga, yang nama belakangnya dirahasiakan. Yuga bosan dibilang imut, padahal sifatnya berbanding terbalik dengan wajahnya. Lalu, masalah terbesar Yuga adalah ... sudah ada tiga cowok memberikannya surat cinta sejak ia masuk SMA. Padahal, Yuga...