Murid baru muncul di pertengahan semester. Wajahnya seperti orang asing. Rambutnya berwarna abu-abu, matanya biru, dan kulitnya sangat pucat. Namun, saat murid baru itu mulai berbicara, ia ternyata sangat fasih berbahasa Indonesia.
"Nama saya Keishin Kentaro. Sebelumnya, saya minta maaf karena belum sempat mengganti warna rambut saya."
"Gapapa, gapapa! Kalo orang ganteng, nggak pernah salah!" seru murid perempuan yang duduk di belakang.
"Iya, cocok banget warna rambutnya!"
Kei hanya tersenyum. "Tetap aja itu melanggar aturan. Secepatnya, akan saya warnai hitam."
Banyak murid perempuan berbisik-bisik senang, bahkan banyak yang bertopang dagu memandang ketampanan murid baru tersebut.
Namun, mata Yuga menyipit. "Dia tuh orang apa, sih? Mukanya sedikit bule, nama kayak orang Jepang, tapi ngomongnya bahasa Indonesia."
Sedetik kemudian, Ringgo dengan cepat mengangkat tangan. "Kata Yuga, lo tuh sebenernya orang apa, sih? Muka bule, nama kayak orang Jepang, tapi ngomongnya lancar bahasa Indonesia."
Yuga menepuk dahinya. Ia padahal hanya bergumam pelan, tapi Ringgo malah mengulang pertanyaannya dengan kencang hingga semua murid tahu.
"Hmm, sebenarnya lumayan rumit," jawab Kei serius, "Nyokap gue orang Jepang, bokap Kanada, tapi gue lahir dan tinggal di Indonesia dari kecil. Rambut gue abu-abu karena seminggu lalu gue habis dari Jepang dan ikut suatu acara gitu. Rambut asli gue hitam, kok."
"Acara cosplay?" tanya Yuga sedikit kencang.
Tanpa disangka, Kei tersenyum. "Ya, betul."
Yuga terlihat semakin tertarik untuk mengenal Kei lebih jauh. "Keren, Lo cosplay jadi siapa?" tanya Yuga mulai bersemangat.
"Lo tahu ... Kakashi?"
"Tau, wah gue mau lihat fotonya ya nanti!"
"Sure," jawab Kei, sama sekali tidak keberatan.
Ringgo melirik Yuga yang duduk di sebelahnya. "Lo jarang muji cowok, loh. Gue nggak salah denger, kan? Tadi lo muji dia keren?"
"Kalo layak dipuji, pasti gue puji."
Jleb.
Dada Ringgo mendadak terasa sakit. Jadi, selama ini, dirinya tidak layak dipuji? Wah, fakta yang sangat menarik.
"Keishin, silakan duduk di kursi kosong depan Yuga dan Ringgo," ujar wali kelasnya dengan ramah. "Yuga, tolong bimbing murid baru, ya. Kayaknya kalian bisa cepat akrab."
"Baik, Pak!" seru Yuga semangat.
Kei berjalan menuju kursinya, menyapa teman sebangkunya dengan sopan lalu menoleh ke belakang. "Lo juga suka cosplay?"
Yuga cukup terkejut dengan pertanyaan Kei. "Bukan gitu, gue tuh cuma tau dan tertarik sama budaya Jepang."
"Tertarik dalam hal apa?"
"Anime, maybe?"
"Oh, terus Comfort Anime lo apa? Anime yang nggak bosen walau lo nonton berulang kali."
"Hmm, mungkin Haikyuu. Kayaknya gue udah nonton ulang tiga kali, deh."
"Well, me too."
Ringgo tiba-tiba mendengus, karena merasa diabaikan. "Gue juga suka Haikyuu, loh."
"Bohong. Lo cuma nonton sampai episode tiga," sela Yuga memasang wajah bete.
"Walau cuma tiga episode, menurut gue itu bagus."
"Oh, ya?"
"Iya, jadi please, ajak gue ngobrol juga!"
Yuga dan Kei hanya terkekeh, lalu lanjut membicarakan anime favorit mereka yang lain. Sedangkan Ringgo hanya mengangguk-angguk, sok mengerti.
Dari tempat duduk yang cukup jauh, Aga merasa terganggu dengan kedekatan ketiga orang itu. Karena terlihat seru sekali. "Kenapa tempat duduk gue di sini, sih?"
[]
Setiap Ringgo dan Aga bertengkar, Kei sering bertugas melerai mereka dengan tenang.Beda banget sama gue yang lebih milih kabur atau nyiram air.
Kei memang keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Pie [Short version]
Teen FictionTentang Yuga, yang nama belakangnya dirahasiakan. Yuga bosan dibilang imut, padahal sifatnya berbanding terbalik dengan wajahnya. Lalu, masalah terbesar Yuga adalah ... sudah ada tiga cowok memberikannya surat cinta sejak ia masuk SMA. Padahal, Yuga...