"Saat gue tinggal di Jepang satu tahun yang lalu, ada kakak kelas yang deket banget sama gue. He's really handsome, not cute at all. Hmm, dia juga lebih tinggi dari gue. Dan awalnya, gue cuma menganggap dia sebagai kakak yang gue kagumi."
Yuga, Aga, dan Ringgo menyimak cerita Kei dengan serius.
"Terus, gue mulai sadar kalau gue suka sama dia karena ... gue merasa cemburu setiap dia dideketin sama cewek. Terus saat gue mulai sadar perasaan gue ke dia ternyata lebih dari seorang adik kelas, perlahan gue malah berusaha menghindari dia. Gue menjauh, karena berpikir perasan gue aneh dan nggak akan terbalas."
Alis Yuga mulai berkerut. "Terus terus?"
"Setelah sekitar seminggu gue menghindar terus, akhirnya dia ngajak gue ngobrol berdua. Dan saat gue jujur bilang suka sama dia, dia malah senyum terus meluk gue. OKE, TAMAT." Kei terkekeh hambar di akhir kalimat, tapi ketiga sahabatnya itu tahu bahwa ada kesedihan di balik tawanya.
"Lah? Kok tamat? Katanya cerita Lo panjang, Kei?" Ralat, kecuali Ringgo. Ia tidak sadar bahwa Kei tidak ingin bercerita lebih jauh karena takut akan menangis.
"Oh, cerita gue kurang panjang ya?" Kei hanya tersenyum tipis. "Sorry."
Yuga pun menyikut pinggang Ringgo cukup keras. "It's okay, Kei."
"Dia orang Jepang asli?" tanya Aga serius. "Jadi, lo bisa bahasa Jepang?"
"Bisa, kan gue pas kecil sempat tinggal di Jepang. Hmm, ya dia orang Jepang asli."
"Terus, kenapa kalian bisa putus?" tanya Ringgo tambah tidak peka.
Yuga ingin memukul Ringgo, tapi sebenarnya ia juga penasaran alasan Kei dan pacarnya itu putus.
"Kenapa, ya?" Kei tersenyum masam. "Nyokapnya tahu kalau kita pacaran, dan nyuruh gue putusin anaknya. Ha-ha, gue nggak mungkin bisa nolak karena nyokapnya nangis-nangis di depan gue."
"Tapi, pacar lo itu tahu kalo nyokapnya itu alasan kalian putus?" tanya Yuga.
Kei menggeleng. "Tentu aja nggak. Gue nggak mau merusak hubungan mereka, jadi gue mutusin dia dengan alasan ... keluarga gue mau pindah ke Indonesia dan nggak akan balik ke Jepang lagi."
Aga mengernyit. "Dia percaya?"
"Awalnya nggak percaya, bahkan dia bilang mau ikut pindah ke Indo juga.", Kei terkekeh. "Tapi, tentu aja sama gue nggak boleh. Keluarganya juga nggak akan ngabulin permintaan dia."
"Terus sekarang ... apa kalian masih komunikasi?" tanya Yuga. Aga dan Ringgo juga terlihat penasaran.
"Setiap seminggu sekali, dia nanyain kabar gue. Cuma kayak gitu."
"Dia pasti masih sayang sama lo, ya?" tanya Aga merasa prihatin. Yuga saja cukup terkejut melihat ekspresi Aga.
"Kayaknya masih, tapi gue udah bilang ke dia buat move on dan anggap gue sebagai teman aja. Kalian mau lihat fotonya?" tanya Kei berpura-pura semangat. Ia pun membuka galeri ponselnya dan menunjukkan pada yang lain.
"Whoaaa!" seru ketiga sahabatnya kompak.
"Anjir, pantes aja lo nggak tertarik sama kita, Kei! Kita cuma butiran debu kalo dibandingin mantan lo!" seru Ringgo tahu diri, tumben.
"Gila, kayak artis banget wajahnya." Reaksi Aga ternyata di luar ekspektasi Yuga.
"Tapi, Kei, apa lo juga udah move on dari dia?" tanya Yuga penasaran.
Kei mendengus pelan. "Udah, kok. Walau, yah ... mungkin bakal susah buat gue nyari pengganti dia."
"Thanks, Kei. Karena lo udah mau terbuka sama kita. Pasti berat buat ceritain semuanya ke kita. Thanks," ucap Yuga serius.
"That's okay." Kei lagi-lagi tersenyum, "kalian berhak tahu."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Pie [Short version]
Teen FictionTentang Yuga, yang nama belakangnya dirahasiakan. Yuga bosan dibilang imut, padahal sifatnya berbanding terbalik dengan wajahnya. Lalu, masalah terbesar Yuga adalah ... sudah ada tiga cowok memberikannya surat cinta sejak ia masuk SMA. Padahal, Yuga...