Jika pada awalnya aku berpikir bahwa aku akan mudah untuk menyesuaikan dan menyembuhkan diriku sendiri dari Kecemasan dan depresi yang kumiliki pada awal hidupku yang sebelumnya, itu ternyata salah. Depresiku menghilang perlahan, aku selalu tahu itu bisa muncul kapan saja. Tapi kecemasan itu masih terus menggerayangiku di setiap kesempatan.
Aku masih sering merasakan takut, takut segala hal yang kumiliki sekarang tiba-tiba lenyap begitu saja. Takut jika segalanya meninggalkan ku sendirian. Kesedihanku meninggalkan Kiara masih terasa hingga saat ini. Takut dengan segala pemikiran orang tentang diriku, bagaimana jika seharusnya bagian dari diriku tidak menyatu dengan diriku yang ada di sini?
Bagaimana jika aku lupa pada diriku sendiri?
Bagaimana jika aku akan menyesali sesuatu?
Tapi tidak bisa memutar waktu?
Bagaimana jika aku tidak pernah menyesali kesalahanku?
Bagaimana jika diriku tidak pernah ada?
Tangan ku terkepal dengan erat, mencoba mengambil alih kendali dari pikiranku yang mulai membuat pertanyaan tanpa ada jawaban yang bisa memuaskan nya. Pikiranku terkadang mencoba untuk menjadi musuh diriku sendiri, entah aku yang terlalu cemas atau memang pikiran yang suka menyiksa diriku sendiri.
Di hari ini hal-hal itu makin sering terjadi.
Ini adalah hari terakhir ku di sini sebelum berangkat ke Forks. Bukan hanya Bella yang akan di paksa beradaptasi dengan cuaca dingin, berkabut, penuh hujan tapi aku juga harus. Sebagian besar bajuku untuk musim panas, dan aku yakin ayah tidak akan membiarkanku memakai pakaian seperti itu. Sekalipun aku mengatakan bahwa aku tidak kedinginan.
Satu tarikan nafas panjang sebelum aku bergegas berlari ke bawah untuk menghentikan ibu yang mencoba untuk melakukan hal berbahaya. Suara kompor yang di nyalakan dan suara besi bertemu besi terdengar dari tangga.
Aku sampai di dapur tepat saat ibu memasak roti pertama, yang membuatku lega.
Tangannya memegang pan dengan kaku dan tidak terlatih, api kompor yang dia gunakan juga terlalu besar yang membuatku cemas akan terjadi pembuangan makanan karena tak layak konsumsi berkat ulah ibuku, lagi.
Tidak jika aku menggantikannya, roti berharga itu akan selamat.
"Hei mom! biarkan aku yang melakukannya. Aku suka memasak." Ucapku padanya, itu lebih seperti mengusirnya secara tidak langsung.
"Kau mengusirku dari dapurku Ryn?" Tanya nya dengan nada kesal yang dibuat-buat.
"Aku rasanya tidak mengusirmu, mungkin hanya perasaanmu mom, selain itu akan lebih baik jika menjauh 12 kaki dari kompor ini." ucapku dengan jujur, Phil yang ada di sana hanya tertawa melihat tingkah laku kami.
Menilai dari perawakannya dia agak menyeramkan jujur saja, tubuh berotot dengan tato dan tindik menghiasi tubuhnya, tapi setelah aku mengenalnya nyatanya kepribadian nya begitu ramah dan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLEN
Fanfictionૢ་༘࿐Apa yang terjadi jika seorang wanita muda berhasil melarikan diri ke realita twilight? Menjadi kakak angkat Isabella Marie Swan dan berhasil merusak struktur peran anggota keluarga Cullen karena fakta bahwa dia adalah pasangan Carlisle. Or In wh...