THIRTY - TWO

794 79 5
                                    

Nesryn membuka pintu membiarkan Carlisle masuk. Dia menggunakan pakaian non-formal yang jarang dia gunakan. Baju lengan panjang bewarna hijau dengan celana kain hitam. Nesryn menggenggam tangan nya menariknya ke tempat dimana Charlie berada. "Ayahku menunggu di depan TV." Nesryn membawa Carlisle ke ruang keluarga di sana Charlie sedang duduk sambil menyaksikan sepak bola.

"Ayah," panggil Nesryn pelan. Charlie berbalik mengalihkan pandangannya ke putri sulungnya lalu menatap Carlisle yang berada tepat di belakang putrinya.

"Kau bisa pergi Nesryn." Nesryn menatap ayah nya kemudian menatap Carlisle.

Tatapan mata topaz bertemu dengan mata coklat Nesryn, lewat tatapan nya menunjukkan kekhawatiran. Carlisle jelas tahu cara menangani ayahnya ya dia harap begitu.

Jadi Dengan ragu Nesryn meninggalkan ruangan menyisakan atmosfer canggung antara Carlisle dan ayahnya.

Hening. Carlisle duduk di sisi Charlie. Menunggu Chief itu mengatakan sesuatu atau setidaknya membentak nya. Carlisle tetap tenang, Alice mencerahkan harinya dengan berkata semuanya baik-baik saja. Maka begitulah yang akan terjadi, dia berharap.

"Aku yakin kita tidak ingin berbasa-basi di sini." Charlie memulai.

"Mengapa kau mengencani putriku di antara banyaknya orang? Mengapa harus dia ketika usianya dan pola hidupnya jauh berbeda darimu." Charlie bertanya. Menekan setiap kata dengan kuat.

Untuk memperjelas perbedaan antara mereka berdua. Carlisle tahu ini akan terjadi dan dia sudah tahu jawaban yang akan di ungkapkan. Dia menarik nafas yang tidak perlu sebelum menjawab pertanyaan dari ayah kekasihnya.

...

Nesryn menunggu dengan sabar di kamar saudarinya sambil mengabaikan putra pacarnya yang juga merupakan calon adik iparnya yang kini menahan tawa, hah pembaca pikiran benar menjengkelkan. Nesryn meliriknya tajam. Sebelum menghela nafas dengan kasar.

"Kau tahu Edward ayahku lebih tidak menyukaimu. Percakapan yang akan kau lakukan dengan nya akan jauh lebih buruk." Nesryn melontarkan ucapan itu tanpa ragu.

Bella meringis. Ucapan kakaknya tidak salah, Charlie bahkan entah sengaja atau tidak sering salah menyebut Edward dengan Edwin. Tawa Edward terhenti.

"Ya aku bukan makhluk sosial terbaik."

Edward mengakui tawanya terhenti. Matanya melembut, Nesryn menyadari nya. "Percakapan mereka selesai bukan?" Edward mengangguk.

"Itu akhir yang baik." Ucapnya.

Nesryn langsung meninggalkan kamar adiknya menuju ke lantai bawah. Dia menemukan ayahnya telah masuk ke percakapan santai bersama Carlisle. Nesryn duduk di samping ayahnya tanpa ragu.

"Jadi kalian akur?" Nesryn bertanya sambil menatap keduanya. Charlie mengangguk. "Sedikit." ungkap Charlie. Matanya tetap terfokus pada televisi di hadapannya.

Nesryn menghela nafas dan bersandar pada ayahnya. "Apakah kalian ingin melakukan sesuatu selain duduk dan menonton TV?"

"Tidak." Balas keduanya bersamaan.

Bibir Nesryn membentuk senyuman kecil sebelum mengalihkan pandangan nya ke TV dan mengambil keripik yang dia sembunyikan di balik bantal kursi. Seperti nya dia mendapatkan lampu hijau.

....

Ketika Carlisle akhirnya meninggalkan rumah bersama Edward Nesryn berada di dapur bersama Bella. Mereka sibuk berkutat dengan peralatan untuk makan malam. Charlie telah mengundang Jacob dan Billy untuk makan malam. Dia pasti butuh pencerahan atas apa yang telah dia putuskan. Nesryn berpikir demikian; ayahnya nampaknya butuh seseorang untuk membentaknya atau ya setidaknya menceramahi nya betapa buruknya keputusan nya.

𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang