THIRTY-FIVE

647 84 6
                                    

Leah dengan sadar dan jauh dari penggunaan alkohol telah meneleponku untuk hadir dalam acara api unggun di La Push. Dia jelas gila. Aku tahu itu, siapa yang repot-repot mengundang kekasih vampir untuk api unggun? Nampaknya Leah ingin merepotkan dirinya. Meskipun begitu aku memutuskan tetap ingin datang karena ternyata Emily dan kekasihnya yang masih belum di ketahui turut hadir dalam api unggun itu. Jelas aku harus datang melihat siapa yang berhasil aku seret karena Sam dan Leah masih bersama.

"Nampaknya aku harus pergi bukan?" Aku menatap Carlisle yang sibuk menulis apapun di Laptopnya. Sedangkan aku duduk di sampingnya bersandar pad bahunya.

"Dia pasti ingin kau datang di sana, bagaimana pun Leah adalah teman masa kecilmu."

Aku terkekeh. "Setengah dari mereka ada di masa kecilku, Old Quil, paman Billy, Harry, Quil, Jacob, Seth dan mungkin Paul."

"Paul?" Carlisle bertanya.

"Lahote, yah aku bertemu dengan nya di toko buku dia terlihat baik-baik saja. Apakah ada kau tahu kontroversi tentang dia?" Carlisle menatapku sebelum mengangguk.

"Dia agak terkenal sebagai 'Pria wanita' dan beberapa kali tertangkap dalam pesta oleh Charlie."

Aku meringis ah dia masih tidak begitu berubah dari yang aslinya. "Carlisle, ingat ketika aku memberitahu mu aku mengenal mu sebagai karakter?" Carlisle menghentikan ketikannya.

"Aku membaca sebuah buku tentang kalian. Tentang Bella dan Edward utamanya." Matanya menatapku tidak menunjukkan tanda-tanda menghakimi sama sekali.

"Kau ingat kecelakaan yang aku alami?" Carlisle mengangguk. "Aku merasakan sakitnya pada waktu itu. Aku tidak akan bisa melupakan nya" Aku tersenyum kecil.

"Aku melebur, diriku di dunia paralel berbeda dimana kalian adalah cerita dalam buku menyatu dengan diriku di sini. Menjadi saudara angkat Bella Swan."

Air mata tak terasa menetes dari mataku. "Kehidupan ku sebelum di sini adalah mereka Carlisle. Itu mimpi buruk setiap anak, ayahku pecandu dan ibuku, ibuku suka memukul. Bukan berarti ayahku tidak suka melakukan nya." Matanya melembut menatapku dia mengusap air mataku dengan jari jempolnya dengan lembut.

"Maafkan aku kau harus melalui itu Nesryn." Carlisle memelukku lembut. Aku menggelengkan kepalaku dalam pelukannya. "Itu salah mereka. Seharusnya langsung membawaku ke panti asuhan atau rumah salah satu orang kaya di Australia." Carlisle terkekeh kecil karena ucapanku tapi matanya memancarkan kekhawatiran. "Aku bersungguh-sungguh mereka sangat-sangat membenciku Carlisle. Aku menderita, ada ribuan obat serangan panik yang aku punya bahkan beberapa sudah di tingkat narkoba. Itu mengabiskan gajiku." Aku memberitahu nya.

"Itu alasan permen?" Aku mengangguk sambil menepuk saku jaketku, permen akan selalu ada. "Itu juga untuk pengganti narkoba dan rokok." Lanjutku. Carlisle mengusap kepalaku lembut. "Kau tidak perlu melakukan itu lagi kan? Kita semua baik-baik saja sekarang. Maafkan aku tidak menjadi orang nyata di dunia mu sebelumnya." Aku mengangguk sambil tertawa kecil. "Membaca buku itu setiap hari sangat membantuku melarikan diri dari kenyataan.... tapi ya semuanya baik-baik saja sekarang."

"Jadi itulah alasan kau tahu banyak hal" Aku mengangguk. "Aku tidak ingin memanfaat pengetahuan ku tentang mu untuk mendekatimu, aku bahkan kau tahu? Saat awal berharap bertemu denganmu dan Esme sebagai pasangan bahagia. Nyatanya berbeda."

Carlisle mengangkat dari kursi membuatku terkejut. "Hei." Dia tersenyum kecil ketika melihatku masih dengan mata berkaca-kaca karena menangis. Di menepatkan ku di pangkuannya membuatku bersandar di sisinya.

Aku takut bagaimana dia akan menilai keadaannya?

Aku tidak ingin di cap pencuri tubuh ketika aku bahkan tidak ingin bermaksud mengambil tubuh Nesryn Swan. Ingatannya masih menjadi milikku sifatnya? Mungkin berbeda karena aku.

𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang