TWENTY-FOUR

1.1K 121 6
                                    

Aku duduk berhadapan dengan Carlisle sedangkan Bella ada di sisiku. Suasananya terasa mencekam jujur saja. "James, salah satu dari pengembara itu dulunya mengincar Alice." Ucapku dengan tenang.

Carlisle tidak memberikan reaksi apapun. Dia tidak menanyakan dari mana aku mengetahui itu. Tapi matanya terus menatapku."Victoria, kami bertatapan saat mereka mengikuti ku. Dia menyebrang jalan mata merahnya langsung menatapku, itu mengerikan jujur sana. Masa lalunya kemudian milik James terlihat. Victoria bersama Heidi sebelum akhirnya Volturi menghancurkan Coven nya, dia mempunyai kemampuan melarikan diri. Kemudian James seorang diri bertemu Victoria setelah membunuh seorang perawat yang merupakan perawat yang merawat Alice dalam rumah sakit jiwa." Aku terdiam sejenak.

"Kau melihat masa lalu Alice?" Aku mengangguk.

"Ada yang salah dengan itu?" Adikku bertanya, ah Alice tidak memberitahu nya soal itu.

"Alice kehilangan ingatannya setelah berubah dia tidak tahu bagaimana latar belakangnya selain namanya dan apapun yang telah terjadi padanya." Carlisle menjelaskan pada Bella.

"Alice memiliki kemampuan melihat masa depan sejak dia manusia. Orang asing dalam penglihatan mencoba membunuh ibunya dan Alice berusaha menghentikan itu, ayahnya tidak terima halusinasi itu kemudian ibu Alice meninggal. Ayahnya menikah, pembunuhan itu berkaitan dengan Istri baru ayahnya Alice sekali lagi melihat pembunuhan kali ini dia. Pembunuh ibunya dan ayahnya mencoba membunuhnya. Dia berakhir di rumah sakit jiwa tapi lebih baik daripada dibunuh. Kesialan kembali pada Alice, James berpapasan dengan nya dia adalah penyanyinya. Perawat yang menjaga Alice adalah vampir dan dia mengubah Alice sebelum bisa dibunuh oleh James."

Aku menjelaskan nya dengan mata menatap meja. Huft.... Alice berada di rumah yang beracun seperti aku yang dulu. Aku sebelum menjadi saudara Bella. Aku mengangkat kembali kepalaku dan menatap Carlisle. "Mary Alice Brandon. Aku, aku tidak tahu bagaimana tapi aku melihat kehidupan Alice dengan jelas. Aku juga melihat Alice memiliki seorang saudara di mississippi, dia pasti memiliki kerabat yang masih hidup di sana." Aku berkata dengan ragu, separuhnya benar. Ingatan tentang kehidupan Alice tiba-tiba saja mendobrak kepalaku.

Dewi yang mengirim ku ke sini rupanya masih mengawasi ku.

"Intinya adalah James tidak akan meninggalkan forks dalam waktu dekat. Dia mungkin akan mencoba membalas dendam, dia masih tidak menerima kesempatan langka nya hilang. Jika dia mengetahui tentang Bella atau yeah bisa saja aku. Kami tidak akan ditinggalkan sendirian." Suaraku bergetar di akhir.

"Lakukan sesuatu tentang mereka, tolong Carlisle." Ucapku dengan hampir memelas.

"Aku memberitahukan mu pertama karena kau adalah pemimpin coven Cullen. Keputusan di tanganmu dan aku hanya, ya tidak ingin aku ataupun adikku dalam bahaya."

Mereka juga yang membunuh Cora. Mereka yang membunuh Cora. Suara itu terdengar di kepalaku. Mereka pantas mati.

Bella menggenggam erat tanganku. "Kita akan membicarakan hal ini bersama." Ujar Carlisle.

"Kalian bisa menginap di rumah untuk malam ini." Suara wanita terdengar.

Aku mengalihkan pandangan ku pada Esme yang berada di depan pintu. "Maafkan aku mendengar semuanya." Aku tersenyum tipis padanya. "Ini bukan dimaksudkan sebagai rahasia, Esme. Aku berencana memberitahukan yang lain."

"Alice akan senang mengetahui dia mungkin memiliki kerabat yang hidup." Ujar Esme sambil berjalan duduk di sampingku. Membawaku ke pelukannya.

Aku terkekeh. "Dia bahkan akan menemukan dia memiliki kuburan yang masih terjaga di Bolixi Massissipi." Esme mengusap rambutku. Goodness don't cry, don't cry.

𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang