TWENTY-SIX

1K 111 4
                                    

Nesryn's Point Of View

"Bisakah aku tidur di kamar milikmu? Aku tidak ingin menghadapi Bella malam ini." Ucapku dengan gugup, bertemu Bella akan menjadi mimpi buruk dengan telinga vampir yang sensitif.

Carlisle diam membeku. Aku menahan diri untuk tidak meringis. Permintaan itu terdengar Vulgar, tapi tidak mungkin aku meminjam kamar Alice, Rosalie dan Esme. Itu bukan pilihan yang baik mengingat mereka semua sudah menikah. Jelas aku cukup waras. Lagipula Carlisle tidak butuh tidur jadi tidak ada masalah.

Dia membuka mulut sebelum menutup nya kembali. Seperti nya jawabannya tidak. "Kalau begitu bisakah aku menggunakan ruang tamu-"

"Tentu saja kau bisa tidur di kamarku, hanya saja hanya ada bed sofa. Itu tidak begitu nyaman." Jelasnya.

"Tidak masalah aku bisa tidur bahkan di lantai. Itu cukup nyaman sebenarnya" Itu tidak bohong. Selama aku cukup lelah dan sudah putus asa tidak ada tempat yang tidak nyaman. Terkadang setelah ledakan emosiku aku hanya berbaring di samping ranjang. Menunggu matahari terbit dan mulai rutinitas pagi yang terasa semakin mudah.

Carlisle akhirnya berdiri. "Mungkin kau ingin tur kecil?" Dia menawarkan. Aku mengangguk mengambil uluran tangannya.

Listrik statis kembali terasa. Aku mati-matian mengatur raut wajahku seolah sentuhan itu tidak berpengaruh apa-apa dan seolah dia tidak mendengarkan perubahan detak jantungku. Sial hanya pegangan tangan Nesryn, mengapa kau begitu lemah? Seharusnya aku mencoba berkencan untuk setidaknya menghilangkan kecanggungan antar-spesies.

Aku di bawah ke sebuah ruangan di lantai bawah. Si sisi tangga. "Aku tidak menyangka ada ruangan di sini." Ucapku heran sekaligus terpukau.

Sebuah pintu bercorak putih yang kontras dengan dinding abu-abu. Ketika ruangan di buka aku menatap lukisan Volturi terpajang jelas. "Volturi." Bisikku secara tidak sengaja.

"Yah mereka, Aro, Caius dan Marcus."

Aku menatap Carlisle. "Kau juga ada di sana." Aku menunjuk dirinya yang berada dalam lukisan.

Dia mengangguk. "Kau tahu tentang mereka?" Carlisle bertanya.

Dengan ragu aku mengangguk. "Ya, agak." Aku berbalik dari lukisan ke rak-rak buku di sudut ruangan. The picture of Dorian Gray aku terkejut ketika melihat itu. Aku tidak menyangka Carlisle membaca buku ini.

"Ini edisi ke 4?" Mataku menatap dengan terkejut. Dia membeli ini saat masa-masa kontroversial buku ini.

Aku meletakkan nya kembali takut akan merusak nya dengan kecerobohan ku. Setelah sedikit memeriksa sana-sini dengan menatap raut wajah Carlisle, jika dia mengangguk aku akan menyentuh benda-benda itu dan memeriksa nya. Setelah beberapa hal dia tidak melarang ku memeriksa apapun yang ada di ruangan nya.

"Ruangan di sana berisi sofa yang ku maksud." Dia membawaku ke pintu lain di dalam ruangan kecil miliknya. Ruangan itu nampak indah dengan jendela di sisi luarnya dan sebuah sofa serta meja kecil di dalamnya. Aku berjalan di belakang dan menatap sofa bed itu, ya jujur itu terlihat bagus. Meskipun ranjang Edward lebih menarik tapi aku tidak ingin berbicara dengan Bella. Reaksinya diluar nalar, aku tidak ingin menanggung semua nya dalam satu malam.

"Well masih bisa membuatku tertidur." Aku berjalan ke arah meja menggesernya sedikit kemudian duduk di atas sofa. Jauh lebih nyaman dari dugaan ku.

Aku menatap jam yang ada di kantornya menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Belum jam tidurku sejujurnya, tapi aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghilangkan kebosanan. Atmosfer canggung antara aku dan patriark vampir yang seperti nya memandangku tanpa berhenti mulai berkurang.

𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang