THIRTY-SEVEN

639 79 7
                                    

In love we find the strength to face anything, even if it means facing our greatest fears

Nesryn menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka pintu rumahnya, membiarkan Carlisle masuk. "Ayo," katanya sambil tersenyum tipis. Nesryn dengan lembut menarik pria itu naik ke arah kamarnya. Tentu saja hanya ada mereka berdua di rumah saat itu, dia tidak mungkin berani melakukan nya jika ayahnya berada di rumah. Charlie sedang pergi bersama Bella, dan Nesryn curiga mereka sedang membeli hadiah untuk hari kelulusannya.

"Apa yang ingin kau tunjukkan, Ryn?" tanya Carlisle ketika Nesryn sibuk mencari sesuatu di mejanya.

Nesryn akhirnya menemukan apa yang ia cari. Dia mengambil dua buah buku dan memperlihatkannya pada Carlisle. Buku-buku itu berisi catatan besar plot Twilight yang ditulis Nesryn ketika dia baru saja mengalami perpindahan jiwa. Carlisle membuka buku itu dengan hati-hati, matanya menyusuri tulisan tangan Nesryn yang agak berantakan namun rinci.

"Ini... semua yang terjadi di sini," kata Carlisle perlahan, menyadari makna dari catatan-catatan tersebut.

Nesryn mengangguk. "Pada awalnya, aku tidak yakin ingin menjadi vampir," katanya dengan suara pelan namun tegas. "Tapi aku juga memikirkan apa yang akan kau derita jika aku memilih untuk tetap manusia. Itu membuatku ragu." Mata coklatnya menatap Carlisle dengan ragu-ragu tetapi pria itu membalasnya dengan tatapan lembut dan pengertian di matanya.

Bukankah dia beruntung memiliki pria seperti Carlisle?

"Apapun pilihanmu, aku akan menerimanya, Ryn. Yang penting adalah kebahagiaanmu."

Nesryn menghela nafas, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Carlisle. "Aku juga terkadang memikirkan tentang memiliki seorang anak," lanjutnya dengan nada bimbang. "Tapi memikirkan masalah orang tua yang aku alami selama ini, aku tidak yakin. Namun, bukan berarti aku tidak ingin sama sekali."

Carlisle tersenyum lembut, berusaha menenangkan kekasihnya. "Memiliki anak adalah keputusan besar, Ryn. Dan masalah yang kau hadapi dengan orang tuamu tidak harus menghalangimu untuk menjadi orang tua yang baik. Kita bisa belajar dan tumbuh bersama."

Nesryn terkekeh sejenak, merenungkan kata-kata Carlisle. "Kita tidak menua." balas Nesryn tanpa sungkan. "Itu pengandaian Nesryn." Carlisle mengusap lembut rambut yang menghalanginya menatap wajah Nesryn sepenuhnya.

"Kadang-kadang, aku takut aku akan mengulangi kesalahan orang tuaku," katanya dengan suara serak. "Aku takut tidak bisa memberikan yang terbaik untuk seorang anak." Nesryn berkata akhirnya setelah memikirkan ini selama seharian penuh setelah api unggun.

Carlisle mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Nesryn dengan lembut. "Ketakutan itu wajar, Ryn. Tapi ingat, kau tidak sendiri. Kita akan menghadapi semuanya bersama. Kita akan belajar dari kesalahan masa lalu dan berusaha menjadi orang tua yang lebih baik." Carlisle tersenyum kecil padanya.

"Ayahku juga bukan yang terbaik dan ibuku, ibuku meninggalkanku saat aku masih sangat muda." ujar Carlisle. Nesryn tahu itu dia memberitahukan nya.

Nesryn tersenyum tipis, merasakan kekuatan dan dukungan dari Carlisle. "Kau selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik," katanya.

Carlisle tertawa kecil. "Hanya mencoba membantu, Ryn. Kau adalah bagian dari hidupku, dan aku ingin kau bahagia."

Nesryn merasa lega mendengar kata-kata Carlisle. "Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanyanya akhirnya.

Carlisle berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kita bisa mencoba menemukan keseimbangan. Kau bisa menunda keputusan untuk menjadi vampir sampai kau benar-benar yakin. Dan mengenai anak, kita bisa berbicara lebih lanjut dan merencanakan jika kau merasa siap. Kita bisa mulai dengan membicarakan hal-hal kecil yang membuatmu khawatir, dan kita akan mencari solusinya."

𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang