TWENTY-FIVE

1.1K 130 3
                                    

Your hand touching mine. This is how galaxy collide.

-Sanober Khan

. · . · . · . · . · . ·. · . · .

Perkiraan awal mengenai apa yang terjadi setelah aku menceritakan masa lalu Alice dan masalah pelacak ternyata meleset, setelah menceritakan seluruh nya pada the Cullen aku tidak dilibatkan dalam percakapan Problem solving akan tetapi di arahkan oleh Pixie untuk pergi menaruh barang ku tapi sayang sepertinya itu bukan tujuan utamanya. Nyatanya aku berakhir di kamar miliknya dan Jasper. Alice memelukku erat sambil terus-menerus mengucapkan terimakasih. Aku berkali-kali menghela nafas.

"Tidak apa-apa Alice, aku melanggar privasi mu seharusnya kau tidak begitu berterima kasih." Ucapku sambil menatap Jasper dengan tatapan meminta tolong.

Dia terlihat geli melihat aku yang memelas ingin di jauhkan dari Alice. Physical Touch mungkin masuk ke dalam Love Language ku tapi dalam kasus ini baterai sosialku mulai seperti disedot habis. Bisakah seseorang mengerti diriku ini?

"Alice? Kupikir saat yang bagus untuk mencoba mencari tahu seputar Massissipi sekarang. Jadi bisa lepaskan Nesryn yang malang?" Bujuk Jasper pada istrinya. Alice seperti nya tersadar dan melepaskan pelukannya dariku, aku bernafas lega.

"Seperti aku akan mencari angin Alice,  bisa pinjam kamar mandi mu sebentar aku agak ingin ganti baju." Aku bertanya menatap pakaianku selain itu aku butuh menenangkan diri. Mereka semua sudah tahu kemampuanku.

"Tentu saja Ness. Apakah kau butuh pakaian aku yakin bisa menemukan ukuran mu di salah satu── "

"Tidak, tidak perlu Alice terimakasih." Aku menolak dengan cepat dan segera berlari masuk ke kamar mandi itu.

Cukup besar, terdapat bath up dan shower serta peralatan mandi Alice dan Jasper di dinding nya. Kemudian cermin raksasa di dalam kamar mandi di atas wastafel nya. Aku membasuh wajahku dengan air. "Shit, aku tidak membawa sabun wajah. Apakah vampir memiliki sabun wajah?" Aku bergumam. Mereka good looking, tidak akan ada jerawat di wajah mereka. Tidak ada bruntusan atau komedo di wajah, hal-hal keabadian yang cukup menguntungkan.

Suara kamar mandi di ketuk membuatku kembali ke dunia nyata, kakiku melangkah ke pintu dan membukanya. Alice menodong ku dengan pouch. "Ini aku sudah tahu merek sabun muka, Toner, Eye Cream, Night Cream milikmu. Aku yakin kau akan sering menginap." Alisku terangkat karena kepercayaan dirinya yang memang pantas dia dapatkan karena dia seorang pelihat.

"Terimakasih lagi Alice, aku sangat menghargai ini." Ucapku sambi menutup kembali pintu.

Tapi mengapa aku akan sering berada di sini? Ada masalah lagi yang akan terjadi? Aku mengangkat bahu, well aku akan mengetahui nya nanti. Setelah melakukan Skincare dasar aku mengambil pakaian dari ranselku, sebuah tanktop dan Cardigan kebesaran yang aku dapatkan dari Thrift dipadukan dengan Sweatpants yang nyaman dan lembut.

Aku keluar dari kamar mandi sambil memegang tasku. "Jadi dimana aku akan tidur?" Aku bertanya pada suami istri yang sibuk berkutat dengan laptop itu.

"Kamar Edward, kami menambahkan kasur di sana." Ucapnya. Aku meringis benar Edward sendirian yang tidak mempunyai pasangan kemungkinan besar ranjang digunakan untuk— tidak—jangan pikirkan hal-hal itu. Tapi tunggu Carlisle juga? Dia lajang bukan? Apakah dia juga tidak memiliki kasur?

"Oh okay. Dia tidak keberatan kan?" Aku bertanya akhir nya.

"Tidak tentu saja tidak, dia cukup senang memiliki orang yang benar-benar tidur di kamarnya." Ucap Alice sambil masih berkutat mencari informasi.

𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang