08 - Sebelum Sah

7.7K 561 119
                                    

SEMINGGU KEMUDIAN

Setelah segala persetujuan dibuat, akhirnya Fares datang ke rumah Diana ditemani motor kesayangannya. Begitu gugup, namun yang lebih gugup sebenarnya adalah si tuan rumah.

*tok tok tok

Fares mengetuk daun pintu rumah dua tingkat tersebut, yang kebetulannya sedang terbuka.

"Assalamualaikum."

Tak ada jawaban, Fares mengucapkan salam sekali lagi sampai akhirnya seorang wanita paruh baya muncul dan membalasnya. "Waalaikumsalam. Mau cari siapa, Mas?" tanya wanita yang ternyata adalah Bu Ratna dengan ramah.

"Bu Diana-nya ada, Tante?"

"Ada, di dalem," jawab Bu Ratna sambil menyelidiki wajah Fares yang menurutnya sangat tampan dan manis ini. "Masuk, Mas," lanjutnya tersenyum, mempersilakan.

Dengan sopan, Fares tersenyum, seraya masuk ke dalam rumah yang lebih besar dari rumah miliknya tersebut.

"Maaf, Masnya... siapa, ya? Mahasiswanya Diana?" tanya Bu Ratna lagi, sebab mendengar Fares memanggil Diana dengan sebutan 'Bu'.

"Iya. Dulu, Tante. Tapi ini saya udah lulus 2 tahun yang lalu." Fares menjawab, tentu saja dengan sopan.

"Oh...." Bu Ratna mengangguk-angguk. Ia kira, si Fares mencari Diana karena Diana adalah dosen pembimbingnya. Ternyata bukan.

"Saya Faresta, Tante. Ke sini mau... membicarakan soal pernikahan. Bu Diana-nya, udah cerita?" Fares berujar lagi, dengan lembut dan tertata. Senyumannya manis sekali meskipun agak sedikit salah-salah tingkah.

Dan mata Bu Ratna langsung terbuka lebih lebar, berbinar bahagia penuh kemerdekaan.

Tapi...

"Oh, iya. Udah, Diana udah cerita. Tapi, Mas Faresta ini... kalau boleh tau, umurnya berapa, ya?"

"Dua lima, Tante."

"Eh?" Senyuman gembira Bu Ratna kontan menghilang dari bibirnya.

"Jadi selama ini Diana sukanya sama berondong?"

"Eh? Faresta?" Ini Diana, yang tiba-tiba muncul dari arah ruang tengah.

Hati Fares yang bucin itu pun sedikit meloncat kaget bercampur senang kala melihat si pujaan hati akhirnya keluar dan menampakkan diri.

"Bu." Fares menegur, mengangguk, dan tersenyum canggung pada Diana.

Diana tersenyum sekilas, sembari menuju sofa yang Fares dan Bu Ratna duduki. Namun teringat sesuatu yang lantas menghentikan langkahnya. "Aku panggilin Ayah juga, ya. Sekalian," katanya, lalu berbalik badan.

Fares dan Bu Ratna hanya tersenyum dan mengangguk bersamaan, sebelum Diana memanggil Pak Dirgan untuk bergabung dalam grup obrolan.

Setelah Pak Dirgan bergabung, akhirnya pembicaraan serius pun diadakan. Fares mengatakan ia akan datang beserta bapaknya juga saat pembicaraan akan menuju ke arah yang lebih serius lagi.

"Faresta masih 25 tahun, tapi Diana ini sudah 32 tahun, kamu sudah tau?" Ini Pak Dirgan, yang bertanya begitu fokus dan serius. Dahinya sampai agak berkerut.

"Sudah tau, Om. Gak apa-apa." Fares tersenyum sopan.

Diana pun melirik Fares, memerhatikan ekspresinya lamat-lamat. Melihat wajah polos dan tulus itu, menimbulkan sedikit rasa bersalah di hati sebab ia tak bisa membalas cinta pemuda manis itu meski seluruh dunia menyuruhnya.

"Faresta, rumahnya kata Diana gak terlalu jauh dari sini, ya?"

"Iya, saya di Jatimurni, Om."

"Oooh." Pak Rama meng-oh sedikit heboh, "Cuma beda kelurahan ya kita berarti." Kemudian beliau tersenyum lebar.

MY ASEXUAL WIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang