11 - Video

7.2K 541 158
                                    

Sudah satu bulan lebih umur pernikahan. Ada Faresta Damachandra yang masih setia bersabar dan berusaha menggenggam hati istrinya.

Sore hari ini, sang pemeran utama laki-laki tengah menonton sesuatu di ponselnya. Ia memegang benda itu dengan gaya landscape. Mengenakan earphone juga supaya suara-suara dari videonya tidak menyeruak ke mana-mana.

Ia duduk sambil meluruskan kaki di atas sofa ruang tamu rumahnya—bukan rumahnya dan Diana. Ada Baim, si ART, yang menjaga tokonya sebentar. Kebetulan, si Baim sedang berpacaran dengan Yuni, anak dari pemilik warkop sebelah toko bunga Fares.

Lalu, Rafa si abang sepupu muncul. Baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai pramuniaga di salah satu Department Store yang lumayan terkenal di Jakarta. Begitu masuk rumah, ia memerhatikan si adik sepupu tengah serius menatap layar ponsel.

"Assalamualaikum, Res."

Karena menggunakan earphone, otomatis Fares menjadi budek sesaat.

"Assalamualaikum! Woy!"

Fares sedikit terkaget. Membuka earphone dan mengunci ponselnya. "Waalaikumsalam. Gak usah teriak-teriak kalau ngasih salam!" katanya sinis.

"Lagian lo budek." Rafa mencibir, seraya mendekati Fares yang sedang duduk di sofa. "Nonton ape lo? Nonton b*kep, yak?" tanyanya dengan senyuman meledek.

"Sembarangan lo."

"Komuk lo ketara banget lagi nonton b*kep. Lo gigit-gigit bibir tadi gue liat." Rafa tetap bersikukuh dengan teorinya, membuat Fares mulai sebal.

Kenapa kesal, Fares? Berarti benar, ya?

"Udah punya istri masih nonton bokep aja sih, Res. Gak puas-puas apa gimane?" Rafa masih saja menggoda.

Boro-boro puas.

"Berisik lo ah." Fares menyahut malas.

Wahai, Rafdian.. anda tidak tahu saja apa yang dihadapi Fares.

Seorang wanita dewasa nan cantik, yang sialnya adalah wanita yang Fares cintai. Yang selalu menggelitik birahinya kala berduaan, yang sebenarnya sudah teramat sangat halal untuknya, namun tidak dapat ia sentuh meski hanya sedikit. Itulah yang dihadapi Fares selama sebulan ini.

Akan tetapi Fares tidak akan menceritakan aib rumah tangganya sendiri, sebab selain memalukan, Pak Rama sempat berpesan demikian di malam sebelum Fares menikah.

"Fares."

Fares pun menoleh pada sumber suara, yang ternyata bapaknya, sedang mengintip di pintu kamar ditopang oleh tongkat kruknya.

"Ya, Pak?"

"Sini sebentar."

Fares pun menurut, lantas berdiri dari sofa dan berjalan menuju kamar sang Bapak. "Kenapa, Pak? Mau makan?" tanyanya begitu memasuki kamar.

Pak Rama tersenyum kecil, lalu menggeleng. "Enggak. Bapak mau tanya sesuatu."

"Apa, Pak?" Fares semakin mendekat, duduk di kursi depan tepi ranjang.

"Gimana sebulan ini? Sama Diana?"

Manik Fares meredup otomatis, namun begitu sebentar, sebab di detik selanjutnya, ia sudah membuat lengkungan manis pada bibirnya. Berusaha menutupi gulana-gulana yang hatinya kini rasakan.

"Baik-baik aja kok, Pak," dustanya lembut.

"Dia baik gak sama kamu?"

"Baik, kok."

"Perhatian, gak?"

Bagaimana, ya...
Selama sebulan lebih ini, Diana tidak pernah mau membuatkan atau membelikan satu makanan pun untuk Fares, tidak pernah membawakan meski hanya secangkir air hangat untuknya, tidak pernah menyetrikakan satu helai pakaian pun untuknya, tidak pernah sekalipun menanyakan bagaimana harinya selama berjualan dari pagi sampai malam.

MY ASEXUAL WIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang