32 - Simpatik

7.3K 522 127
                                    

"Jadi gimana, Dok?" Diana bertanya.

"Gak apa-apa kan, Dok?" Fares mengimbuhi.

Belum juga dokter menjelaskan, sepasang suami-istri itu sudah menyerang si dokter yang tak bersalah tersebut.

"Maaf. Mas ini... adiknya Ibu ini, atau?"

Diana berdeham, sedangkan Fares menghela napas halus. "Saya suaminya, Dok," ucap Fares lugas.

"Oh, m-maaf, Pak. Iya, ini... hasilnya bagus, kok. Gak ada masalah," ujar si dokter kandungan yang sedang memeriksa perut Diana dengan alat USG. Ia pun mengganti panggilannya juga, dari 'Mas' ke 'Pak'.

Fares mengembuskan napas lega. "Terus, Dok? Gimana? Hamil gak, Dok?" tuntutnya begitu menggebu, membuat istrinya menoleh sinis, kesal dengan suaminya yang sangat alay, tidak ada sabar-sabarnya sama sekali.

Dokter kandungan itu pun tersenyum. "Iya, Pak. Selamat, ya. Istri Bapak hamil."

"Beneran, Dok?" tanya Diana pelan.

"Serius, Dok?!" tanya Fares begitu berlebihan.

Dokter pun hanya mengangguk saja. Tersenyum pada Fares, kemudian tersenyum juga pada Diana.

"Alhamdulillah, yesss!"

Diana kembali menghela napas, sambil menutup matanya dengan sebelah tangan, sungguh malu sekali dengan tingkah suaminya.

"Maaf ya, Dok. Suami saya berisik. Emang gitu dia... kadang suka agak lebay." Diana berujar canggung.

Dokter kandungan itu hanya terkekeh. "Gak apa-apa, Bu. Wajar, namanya juga anak pertama," sahutnya sambil tersenyum.

Diana pun tersenyum juga, sebab senang dan bahagia dengan hasilnya.

Setelah selesai, mereka bertiga pun berpindah ruangan. Diana dan Fares duduk berhadapan dengan sang dokter, dibatasi meja kayu milik si dokter.

"Usia kandungan Bu Diana sekitar 6 minggu, Bu. Apa ada keluhan selama ini? Supaya saya resepkan obat selain vitamin," ucap dokter perempuan itu sebagai permulaan.

"Saya gak ada keluhan sama sekali, Dok. Malah suami saya yang akhir-akhir ini sering banget mual terus muntah, terus jadi moody banget. Sensitif gitu, Dok. Padahal dia orangnya gak kayak gitu." Diana malah curhat dadakan.

Fares melirik istrinya dengan ekor mata. Tuh, mulai sensitif.

"Oh, ya? Bener itu, Pak?" Pandangan Bu Dokter beralih pada Fares.

Fares pun menatap pada dokter itu, lantas ia mengangguk, tersenyum sedikit kikuk.

"Memang agak langka, tapi yang Bapak alami itu namanya sindrom kehamilan simpatik, Pak."

"Kehamilan simpatik?" Fares mengernyit tidak santai, "Maksudnya saya hamil juga?" tanyanya panik.

"Fares!" Diana memanggil seketika, dengan wajah yang sudah cukup kesal.

Dokter kandungan itu hanya tersenyum, lalu menggeleng. "Bukan seperti itu, Pak. Gak mungkin Bapak hamil, mau sampai kapan pun, laki-laki gak akan bisa hamil, Pak." Bu Dokter tersenyum lebar.

"Tuh, dengerin. Jangan ngasal kamu." Diana berkata pada suaminya.

Fares menghela napas lega. "Kirain... tadi kata Bu Dokter, langka."

"Begini loh, Pak, Bu." Dokter berusaha menengahi Fares dan Diana. "Jadi istilah medisnya, Couvade Syndrome. Ini masalah psikologi yang sebenarnya agak sulit dijelaskan, tapi memang ada. Biasanya karena ikatan perasaan yang sangat kuat antara suami dan istri," jelasnya kemudian, lengkap dengan senyuman khas dokternya.

MY ASEXUAL WIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang