Keesokan harinya...
Diana pernah mengatakan kepada Fares bahwa dirinya menyukai bunga yang berwarna merah, putih, dan oranye ketika suaminya menanyakan tentang warna favoritnya dalam dunia perbungaan. Maka, pemuda itu langsung teringat pada istrinya saat melihat bunga warna oranye yang baru saja masuk ke tokonya tadi siang.
Bunga Cosmos namanya. Kalau bahasa lokalnya, Bunga Kenikir. Warnanya oranye, kelopaknya sempurna—seperti bunga-bunga pada gambar animasi.
Fares pun berniat untuk membawa satu pot bunga itu ke rumahnya, sebagai tambahan dekorasi dan pastinya untuk ia berikan kepada istri tercintanya.
🌼🍂🌼🍂
Sepulang Fares dari toko bunganya, ia langsung disambut oleh sang istri yang mengenakan daster tali segaris. Panjangnya hanya sampai di atas lutut, berbahan satin navy yang begitu licin dan dingin jika disentuh.
Fares sudah terbiasa, sebab Diana memang hampir selalu mengenakan pakaian yang pendek-pendek seperti itu jika di rumah.
"Aku bawain bunga baru. Tapi pakai pot tanah, jadi aku taro di luar," ujar si suami sambil tersenyum.
"Oh, ya? Bunga apa?"
Melihat istrinya yang antusias, Fares jadi ikut antusias juga. "Mau liat di luar sebentar?" tanyanya.
Diana hanya tersenyum, lalu mengangguk. Kemudian, kedua orang yang sudah sampai di ruang tengah itu pun kembali berjalan ke pintu untuk keluar, ke teras.
*Klek
Pintu kembali terbuka dengan Fares yang berjalan di depan. Dan baru saja istrinya hendak keluar ke teras bersama, Fares sudah mencegah. "Gak usah keluar, di situ aja. Kak Diana bajunya pendek banget," ucapnya tanpa menatap, sebab sedang berhadapan dengan si pot bunga untuk ia angkat ke dalam.
Langkah Diana pun kontan terhenti mendengar sebuah kalimat yang... entah bagaimana mengungkapkannya.
Pokoknya ada yang bergetar di dalam relungnya ketika Fares mengatakan kalimat singkat barusan. Terdengar seperti sebuah perintah dan peringatan yang tidak bisa diganggu gugat. Pelan, tidak kasar, tapi rasanya sangat kuat.
Diana seketika merasa seperti direngkuh dengan erat. Seolah Fares tengah mengatakan kalau Diana hanya milik Fares seorang, tiada yang boleh melihat Diana berpenampilan seperti itu kecuali dirinya.
Ya, memang seperti itu, namanya juga suami. Namun esensi dan sensasi itu baru dirasakan Diana malam ini. Membuatnya sejenak terdiam melamun, sambil menatapi punggung Fares yang tengah membelakanginya, hingga pemuda itu berbalik sambil mengangkat pot kecil itu dengan senyuman manis pada bibirnya.
"Ini, Kak," ujar Fares setelah berdiri di depan pintu. Sementara Diana, berdiri di balik pintu.
Diana tersenyum melihat bunga oranye yang berada dalam genggaman suaminya tersebut. "Nama bunganya apa, Res?" tanyanya kemudian.
"Bunga Cosmos, kalau bahasa Indonesia-nya, Bunga Kenikir."
Diana tersenyum lagi. "Lucu namanya."
"Kayak merk magic jar, ya?" Fares menyambung.
"Hehe, iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomanceDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...