.........
"Mau nonton bareng sama aku, gak?"
"Hah?!" Diana langsung saja meng-hah dengan kasar. Suaminya sampai kaget dibuatnya. "Gak jelas kamu," katanya lagi, sinis. Seraya berdiri dari kursi makan untuk meninggalkan Fares.
"Kok gak jelas sih, Kak?" Fares spontan melayangkan perlawanan.
"Masa kamu nyuruh aku nonton video kayak gitu?!"
"Emang kenapa? Kan nontonnya juga sama aku."
Diana sontak mendelik tajam. "Nonton sendiri aja aku geli apalagi nonton sama kamu!" serangnya ketus.
Fares yang masih duduk di kursi makan itu pun menghela napas kasar, lantas menggosok wajahnya dengan pelan dan penuh tekanan. "Kak, aku tuh suami Kakak...." Fares berujar sabar.
"Tapi aku gak mau nonton video kayak gitu, Faresta. Maksud kamu apa sih nyuruh aku nonton video kayak gitu, hah?" Diana bertanya penuh emosi.
"Ya menurut Kakak maksudku apa?"
Untuk sejenak, manik mereka bertemu dengan intens. Diana berusaha membaca apa yang Fares maksudkan, dan hanya butuh 2 detik untuk Diana mengerti.
Diana pun menatap suaminya semakin jengkel. "Aku gak mau!" sentaknya.
"Sampai kapan kita begini terus, Kak?" Fares berdiri dari kursi. Suaranya tetap lembut, enggan meninggi.
"Gak tau sampai kapan. Pokoknya aku gak akan mau. Stop omongin hal-hal kayak gini. Aku jijik tau, gak?!"
"Ini udah satu bulan lebih, Kak. Kita udah nikah, gak salah kalau kita mau melakukan itu...."
"Tapi aku gak mau melakukan itu!"
Fares kembali menghela napas sambil memejamkan mata, kemudian ia mendekati Diana dan menyentuh lengannya. "Kak, dengerin aku sebentar, ya."
Diana menepis tangan Fares dengan kasar. "Mau ngapain kamu? Jangan macem-macem sama aku!"
Fares tersenyum getir. "Macem-macem?"
"Iya!"
"Astaghfirullah...," ucap Fares panjang, lalu tersenyum sarkas, "kita ini harusnya udah lebih dari macem-macem, Kak."
"Faresta! Jangan kurang ajar ya mulut kamu."
"Kurang ajar gimana? Mana ada suami yang ngajak istrinya berhubungan dibilang kurang ajar? Kalau ngajak istri orang, baru kurang ajar."
Diana pun terbungkam, namun matanya semakin menatap Fares penuh amarah.
Melihat itu, Fares melembutkan tatapannya. Kembali menatap istrinya dengan penuh perasaan. "Kak, aku tau Kak Diana gak suka sama aku. Aku tau Kakak gak tertarik sama semua itu. Tapi apa salahnya dicoba, Kak? Aku gak akan kasar atau semacamnya, aku sayang sama Kak Diana.... Siapa tau, habis itu... Kak Diana bisa punya pandangan baru, bisa punya pendapat baru, tentang cinta. Atau setidaknya... tentang aku."
Manik Fares berkilau sendu penuh harap, sementara manik Diana masih dingin menahan kesal.
"Maaf, Res. Aku gak bisa," tandas Diana datar, sebelum pergi begitu saja dari hadapan Fares yang masih berdiri membeku. Memikirkan nasibnya yang begitu menyedihkan.
Fares terduduk kembali di kursi makan. Meletakkan siku di atas meja makan, menahan kepalanya dengan tangan. Sungguhan, Fares sudah tidak karuan lagi bingungnya.
Apa benar aseksualitas tidak bisa berganti menjadi yang biasa-biasa saja? Seperti diri Fares, yang biasa-biasa saja—tertarik pada lawan jenis.
Mengapa semua ini begitu rumit?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomanceDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...