Pagi ini begitu cerah, sang surya terbit menampilkan warna oranye kekuningan yang begitu hangat. Namun, ada sepasang manusia yang masih belum bisa terjaga, sibuk terlelap di atas pembaringan meski matahari sudah menyoroti tubuh mereka.
Setelah tadi malam akhirnya mereka melakukan hal itu. Hal yang selama ini selalu dikhayalkan oleh Faresta Damachandra. Hal yang selalu digadang-gadang menjijikkan oleh Diana Agrailia.
Nahas, tadi malam wanita itu lumpuh tak berkutik, setelah dihempaskan sesuatu yang sangat ia benci sebelumnya. Iya, sebelumnya. Harus digarisbawahi sebab mulai hari ini, Diana tak berpikir demikian lagi.
Faresta berhasil mematahkan pola pikir istrinya.
Ia berhasil membuat Diana tertarik padanya lalu menyayanginya. Tinggal satu anak tangga lagi yang harus Fares usahakan supaya wanita itu dapat mencintainya, supaya mereka dapat berdiri bersama di tempat yang sejajar.
Sebenarnya, aseksualitas bukan sesuatu yang harus dipatahkan, sebab aseksualitas adalah sebuah jalan pikir atau pilihan hidup seseorang. Namun, rasanya tidak salah juga jika ada seseorang yang tulus mencinta 'berusaha' menepiskan pilihan hidup tersebut. Selama tidak dengan cara menyakiti, mendiskriminasi, dan mencoba selalu bersikap mengerti.
Contohnya Fares, ia berhasil mengubah sesuatu yang sulit diubah. Dengan tanpa menyakiti pun mendiskriminasi. Malah Fares lah yang banyak tersakiti selama prosesnya.
Aseksual adalah sebuah orientasi seksual. Selayaknya orang yang straight bisa berubah menjadi biseksual atau homoseksual. Atau orang yang tadinya homoseksual, dapat berubah menjadi heteroseksual/straight. Meskipun sulit, namun tak berarti mustahil. Seseorang bisa saja berubah orientasi karena situasi-situasi tertentu, baik karena faktor internal maupun eksternal.
Kembali lagi pada Fares dan Diana.
Sang pemuda membuka matanya lebih dulu, menatap wajah wanita tercintanya dengan perasaan yang penuh. Teringat bagaimana suara sang puan memanggil namanya begitu merdu, bersatu dalam balutan asmara yang bergemuruh.
Fares tersenyum sendiri, mengecup kedua mata sang istri, sebelum memanggil dengan suara serak lembutnya. "Kak...."
"...."
"Kak Diana...."
Bagaimana mau terbangun kalau membangunkannya saja berbisik-bisik seperti tidak niat membangunkan begitu. Maklum, terlalu sayang.
"Kak Diana... Cantik... Sayang...," panggilnya halus sekali.
"Eummh."
Fares tersenyum lagi, melihat wanita dalam dekapannya sudah terbangun sedikit, sedang menggeliat kecil dan mengerjap-ngerjap mencari kesadaran.
Pemandangan pertama Diana di pagi ini adalah senyum suaminya yang teramat manis bak gulali. "Res," gumamnya pelan sambil mengucek-ngucek mata.
"Udah jam setengah delapan lewat," kata si suami.
Kedua mata mengantuk Diana pun melebar sempurna, lantas membalik tubuhnya kasar guna melihat jam dinding kamar. "Ya ampun... telat deh kalau kayak gini," rengeknya penuh sesal, lalu mendudukkan diri dengan cepat. "Aduh," keluhnya kemudian.
"Kenapa, Kak?" Fares ikut duduk.
"Sakit, Res...," rengek istrinya manja.
Fares lantas berpikir sejenak, lalu berkata, "Kak Diana gak usah ngajar dulu hari ini, minta izin."
Diana masih mengerutkan wajah, menahan pedih pada area bawahnya, kemudian ia menatap Fares lagi. "Gitu, ya? Tapi emangnya ini gak bisa hilang kalau dibawa gerak?" tanyanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomanceDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...