Satu kelemahan Diana, ia sangat takut melihat orang sakit. Sewaktu SD dulu, ia pernah kehilangan sahabatnya karena sakit parah. Memori masa kecilnya itu, ternyata membawa sedikit trauma yang membuatnya selalu takut setiap melihat orang sakit, rumah sakit, pokoknya yang berbau-bau penyakit.
Ia tengah berdiri gelisah di luar ruang perawatan. Bermondar-mandir dengan wajah tak tenang. Mengabaikan manusia-manusia lain yang tengah berlalu-lalang.
Beberapa menit menunggu, akhirnya dokter yang menangani Fares keluar dari ruang perawatan.
"Gimana suami saya, dok?" Tanya sang istri tanpa basa-basi.
"Berat dugaan Tifus, Mbak."
"Tifus?" Diana mengulangi.
"Iya, cuma belum pasti karena harus tunggu hasil tes darahnya dulu. Besok atau paling lambat lusa, sudah keluar hasilnya, Mbak."
"Oh, iya iya, Dok."
"Biasanya ini karena infeksi bakteri, makan tidak teratur dan sekalinya makan, makanannya kotor, tidak bersih atau mengandung bakteri salmonella typhii. Nanti setelah ini, tolong perhatikan makanannya Mas Fares ya, Mbak. Supaya tidak kambuh lagi di kemudian hari."
Rasanya ada yang mendorong Diana dengan keras hingga tubuhnya membentur lantai. Ia sadar, selama 6 bulan lebih ini tak pernah memerhatikan makanan Fares. Selalu malas memedulikan lelaki yang bersatus sebagai suami sahnya tersebut.
"I-iya, Dok."
"Ya sudah, saya permisi dulu, Mbak. Nanti resep obatnya bisa langsung ditebus di apotek lantai bawah, ya."
Diana mengangguk. "Iya, Dok."
Setelah itu, dokter pun pergi, meninggalkan Diana yang langsung masuk ke dalam ruang rawat yang berisikan 3 orang.
Ia melihat suaminya masih menutup mata belum sadarkan diri, padahal sudah satu jam ia pingsan. Diana pun menghampiri, duduk di samping ranjang Fares, lantas menatap iras pucat pasi milik suaminya itu dengan begitu sedih.
....
Sudah berjam-jam menunggu, pemuda yang napasnya kini dibantu oleh alat bantu pernapasan itu masih enggan membuka matanya.
"Res... kamu kok gak bangun-bangun, sih? Aku nungguin dari tadi...." Diana berucap begitu lirih, diikuti air mata yang mengalir dari ujung pelupuk tanpa disadari.
Ini sudah jam 1 pagi, Diana masih menanti suaminya untuk membuka mata sejak pingsan pada pukul 9 malam tadi. Namun, belum ada tanda ketidaksadaran akan berakhir.
Seketika Diana teringat, dirinya belum mengabari keluarganya dan keluarga Fares. Ia pun mengangkat kepala, menyeka air mata, sebelum menghubungi sanak keluarga.
🌼🍂🌼🍂
Jam 6 pagi
Malam telah berganti terang. Diana tengah duduk tanpa ekspresi ketika Bu Ratna, mamanya, datang ke ruang perawatan.
"Na. Gimana Fares?" tanya Bu Ratna begitu dirinya sampai di hadapan anak perempuannya yang tengah duduk di samping ranjang Fares.
"Belum sadar, Ma." Diana begitu lesu. Wajahnya kuyu tak ada rona. Matanya juga terlihat lelah dan menghitam sebab tidak tidur dan banyak pikiran.
Bu Ratna berjalan lebih dekat ke ranjang Fares, hendak melihat kondisi sang menantu yang terbaring di sana.
"Dia tidur kali, Na, bukannya belum sadar," ucap Bu Ratna berusaha berpikiran positif. Ia memandang sendu si anak laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomansaDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...