Jam 3 sore
Waktunya Diana pulang setelah sudah selesai mengajar. Ia langsung menghubungi Fares sebab suaminya itu sendiri yang berkata demikian: jika sudah pulang, harus meneleponnya guna menjemput. Maka, itulah yang Diana lakukan sekarang.
Selesai mengabari suaminya via telepon, Diana pun menunggu kedatangan suaminya di ruang dosen. Duduk-duduk santai di kursinya sambil membaca salah satu buku yang ia beli tempo hari.
5 menit membaca, seorang rekan dosennya mendekat ke arah meja Diana, lalu menghampiri. "Bu Diana," panggilnya.
Diana pun mendongakkan kepala. "Ya, Pak?"
"Gak bawa mobil, ya? Tadi saya lihat di parkiran, mobil Ibu gak ada. Bareng sama saya aja, gimana? Kebetulan saya mau ke rumah saudara saya di Jatirahayu," kata seorang dosen lelaki berusia 40 tahunan itu.
"Iya, gak bawa, Pak. Soalnya tadi dianterin sama suami saya, ini saya lagi nungguin dia. Dia mau jemput saya." Diana menjawab lalu tersenyum.
Si Pak Dosen itu pun mengangguk-angguk. "Oh, ya udah deh, Bu. Saya duluan kalau gitu," ucapnya.
"Iya, Pak." Diana tersenyum datar.
Pria itu pun berlalu. Diana menggeleng-gelengkan kepala. "Masih aja nyari kesempatan, udah tau aku udah nikah, hih." Diana mengangkat hidungnya, sebal. "Aku bilangin Fares baru tau rasa kamu, Pak Bandi," katanya lagi, masih sebal.
Setelah mengomel sendiri dengan pelan, wanita itu pun kembali pada bacaannya. Omong-omong, buku yang ia baca kali ini adalah SEX - First Time. Dan buku ini merupakan buku terakhir yang Diana baca setelah 2 bukunya yang lain.
Sesekali, Diana bergidik geli. Sesekali juga, tubuhnya bergoyang akibat geli dan merinding kala membaca kalimat demi kalimat yang tertulis di sana. Namun, bak sebuah paradoks, setiap kalimat yang Diana bilang menggelikan itu malah membuat rasa penasarannya membesar. Apalagi, Diana ini orangnya tidak mau kalah.
"Di sampulnya ditulis ini untuk 21 tahun ke atas. Aku kan udah 32, masa aku gak bisa baca ini sampai habis? Payah dong aku? Aku harus bisa tamat juga baca buku ini," ucapnya dalam hati, begitu berkobar.
Tampaknya Diana akan menghina dirinya sendiri jika tidak lulus membaca buku tersebut. Jadi, ia akan memaksa dirinya untuk membaca buku tersebut sampai khatam.
"....ya, tentu saja akan sakit. Tapi tidak perlu khawatir, karena rasa sakit yang akan kamu alami adalah respon normal dari tubuhmu. Bukan karena kamu tersakiti atau disakiti. Memang sudah seperti itu adanya.
Tentunya, kamu harus ingatkan suami kamu untuk melakukannya dengan perlahan, supaya sakitnya tidak menjadi semakin parah.
Goodluck, ladies!"Diana tidak berkedip membaca paragraf barusan. Rasa takut dan cemasnya jadi semakin bertambah. Ia hanya bisa menggigit-gigit jari sambil terus membaca tulisan-tulisan di buku itu dengan penuh penghayatan.
drrt... drrt... drrt...
Suaminya menelepon. Diana terkaget dan tercekat sesaat sebelum menghela napas selepas membaca nama Fares di sana. Ia pun menyeka keringat yang entah sejak kapan memenuhi keningnya, seraya mengangkat telepon tersebut.
"Halo."
"Halo. Aku udah nyampe, Kak. Di deket gedung fakultas."
"O-oh. I-iya, iya Res. Bentar, aku ke sana."
"Kenapa, Kak kayak gitu ngomongnya?"
"Enggak, enggak. Hehe. Aku ke sana, ya."
"Iya, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomanceDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...