17 - Siapa Yang Salah?

6.3K 608 205
                                    

Jam 10 malam

Sudah 2 minggu, bibit mangga yang Fares tanam sudah bertunas dengan lucu. Diana yang melihat itu tersenyum senang, bayang-bayang mangga harum manis yang begitu nikmat sudah berkelana riang di dalam benaknya.

Ia menutup pintu rumahnya lagi, mengucinya, lantas mulai masuk ke dalam rumah. Wanita itu baru saja memasukkan sepatunya ke dalam rumah dan tidak sengaja mendapati penampakan si tunas mangga.

"Res." Diana memanggil suaminya yang sedang menonton TV di ruang tengah.

"Ya, Kak?"

"Mangganya udah bertunas!" Diana tersenyum lebar.

Fares ikut tersenyum melihat senyuman bahagia istrinya. "Iya, tapi sabar dulu ya, Kak. Berbuahnya masih lama."

"Iya, gak apa-apa. Aku tau, kok." Diana duduk di sebelah Fares, mengambil toples kacang telur yang sedari tadi dikunyah-kunyah oleh suaminya.

Fares menatap Diana yang tengah mengunyah kacang telur itu dengan dalam. Dan sesaat kemudian, sebuah keinginan pun tiba-tiba mencuat begitu saja.

"Kak."

Diana pun mengangkat kepalanya sedikit, setelah tertunduk menatap kacang-kacang yang ada di dalam toples. "Hm?" gumamnya bertanya.

"Aku pingin punya anak, Kak." Fares berujar serius, namun sorot matanya sedikit redup.

Diana terkesiap, tidak tahu harus merespons apa.

Ya, Diana hanya diam. Namun, tatapan Fares tak lepas-lepas darinya. Suaminya menatap begitu dalam, membuat Diana sedikit terintimidasi sebab lelaki itu tak pernah menatap sedalam ini sebelumnya.

Akhirnya, yang wanita pun memilih menyudahi kontak mata, berusaha lari dari sorot Fares yang membikin begitu serba salah.

"Orangtua kita juga udah pingin banget punya cucu." Fares berujar lagi. "Tapi... Kak Diana pasti gak mau, kan?" tanyanya getir.

Diana diam sesaat, sibuk merangkai kata dan menata pikiran.

"Aku... mau, Res," ujarnya sedikit menunduk.

Fares cukup terkejut. Ternyata meskipun Diana seperti ini, ia masih ingin memiliki anak? Tapi... tetap saja, sulit.

"Aku tau Kak Diana gak suka seks," ujarnya to the point. "Tapi gak ada cari lain supaya kita bisa punya anak kecuali melakukan itu. Masa harus ikut program bayi tabung?"

Diana diam. Ia juga merasa akan sangat konyol jika mereka berdua mengikuti program tersebut. Sebab mereka kan belum pernah mencoba cara yang alami. Sementara orang-orang yang mengikuti program tersebut adalah mereka yang memiliki masalah kesehatan di bagian reproduksi. Yang sudah berusaha ini dan itu, tetapi tetap tidak membuahkan hasil.

Apalagi biayanya juga tidak murah. Kalau bisa dengan cara yang mudah, enak dan gratis, mengapa harus pakai cara yang rumit dan mahal? Iya, kan?

"Kak?"

"Aku belum bisa." Diana berujar pelan, tanpa menatap suaminya.

"Tapi udah mau setengah tahun kita tinggal sama-sama, Kak. Kak Diana juga udah kenal deket sama aku." Fares berujar pelan, lembut, tidak kasar.

Diana kian terbungkam. Kepalanya semakin tertunduk dalam. Fares yang melihat itu pun segera mendekat dengan perlahan, menatap wajah tertunduk istrinya penuh perhatian.

Rambut-rambut Diana berjatuhan menutup sebagian wajahnya. Fares menyingkap rambut itu dengan perlahan, namun Diana sudah tersentak hanya karena itu.

"Shuuus. Aku cuma mau taro rambut Kakak ke sini," Fares menyelipkan rambut Diana ke belakang telinga, "Biar muka cantiknya Kakak gak ketutup," tambahnya, lalu tersenyum begitu manis.

MY ASEXUAL WIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang