9 bulan sudah terlewat. Suka-duka pun sudah dirasakan bersama. Fares yang sabar sudah menuai buahnya. Namun, tidak dengan pohon mangga Diana yang belum juga berbuah, sebab memang belum waktunya.
Pohon mangga membutuhkan waktu 1 sampai 2 tahun baru bisa berbuah. Jadi, Diana harus bersabar. Sesabar suaminya yang menunggu cintanya terbalaskan.
Hingga detik ini, Diana masih bingung dengan perasaannya. Apakah sudah cinta atau hanya sekadar sayang, ia tak bisa membedakan. Sementara Fares, tidak terlalu peduli. Yang penting, ia merasa bahwa Diana sudah benar-benar seperti istrinya sekarang. Bukan hanya di atas buku nikah, namun di mana pun mereka berada—sebagaimana tujuannya selama ini.
Sore cerah di hari Minggu, dua insan itu tengah menyusuri sebuah jalan. Melangkah santai sambil berpegang tangan.
"Fotoin aku, dong."
Dan yang disuruh pun langsung melakukan apa yang disuruhkan.
Fares terkekeh melihat hasil foto istrinya, sementara Diana biasa saja. Hanya tersenyum sambil kembali menggenggam tangan suaminya. Melanjutkan perjalanan santai mereka di jalanan area Plaza Pondok Gede. Mereka berdua baru saja membeli kursi teras baru, yang akan diantar oleh sang petugas toko nantinya.
"Res."
"Hm?"
"Kamu pernah dengar mellifluous?" tanya Diana kepada suaminya.
"Itu bahasa Inggris, kan?"
Diana mengangguk. Tak lupa untuk menyamakan irama langkahnya dengan langkah lelaki di sebelahnya.
"Emm...." Fares bergumam, berpikir. "Kayak pernah denger, tapi gak tau artinya. Kayaknya jarang dipakai, ya? Mungkin itu semacam kata yang estetik, yang jarang dipakai sehari-hari?" Fares menjabarkan alasan ketidaktahuannya.
Diana hanya tersenyum, sambil menatap si teman hidup.
"Kenapa?" Fares tersenyum malu, sedikit salah tingkah ditatap seperti itu.
"Mellifluous itu artinya suara merdu, lembut, halus, enak didengar," jawab Diana.
"Oh," Fares mengangguk-angguk.
"Itu kamu. Maksud aku, itu kamu." Diana kembali memperjelas.
Rasanya anggota tubuh Fares ingin berhenti bergerak. Ia menatap Diana yang ada di sampingnya. "Tapi aku kan bukan penyanyi," katanya. Tersenyum halus, kembali melihat ke bawah, memerhatikan langkahnya dan langkah istrinya.
Diana menggeleng sambil tersenyum. "Gak perlu jadi penyanyi untuk bersuara merdu, Res."
Fares Diam. Bibirnya tersenyum tipis. Hatinya sudah dipenuhi bunga-bunga cinta yang bermekaran indah. Ia memandang ke depan, lalu memandang ujung sepatu mereka lagi secara bergantian.
"Jadi maksudnya...."
"Aku suka suara kamu. Ketika kamu ngobrol, cerita, ketawa. Pokoknya aku suka denger suara kamu." Diana menjelaskan dengan santai.
Fares merasa dadanya menghangat. Senyuman pun tak kunjung pupus dari bibirnya. Seperti jiwanya juga, sedang tersenyum, menahan perasaan yang entah bagaimana mengutarakannya.
"Makasih, Kak," ucap Fares singkat, halu, dan sarat akan rasa.
Diana tersenyum, menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan.
"Kak Diana mau tau arti nama aku, gak?" tanya Fares kemudian.
"Apa?" Diana membenarkan kacamata hitamnya.
"Kata Bapak, Faresta artinya malaikat, Dama artinya cinta kasih, Chandra artinya bulan atau cahaya." Sang suami menjelaskan.
Diana menghentikan langkah, membuat suaminya pun melakukan hal yang sama. Ia menoleh, menatap Diana yang kini membuka kacamata hitamnya. "Kenapa, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomanceDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...