19 - Khawatir

7.2K 578 118
                                    

Keesokan harinya...

Lagi-lagi, Diana yang tukang tidur itu bangun kesiangan. Jam sudah menunjukkan pukul 07.55 pagi ketika ia melihat jam ponselnya. Cepat-cepat, ia turun dari tempat tidur, lantas mendapati suaminya masih tidur bergulung di bawah selimut.

Iya, mereka sudah tidur sekamar lagi, setelah peristiwa 3 hari pisah kamar.

Diana menatap Fares sekilas, tak terlalu lama. Mungkin Fares lelah makanya ia belum bangun. Sebab pada kebiasaannya, Diana selalu tidur lebih dulu namun yang bangun duluan selalu suaminya. Tapi, pagi ini agaknya berbeda.

....

Akhirnya sampai di saat Diana akan pergi ke kampus. Namun, Fares masih tak kunjung meninggalkan kasur bawahnya. Matanya sudah terbuka, namun masih berselimut sampai batas dagunya.

"Res, kamu sakit?" Diana berjongkok di depan suaminya.

Fares menatap Diana agak sayu, kemudian menggelengkan kepalanya. "Enggak, Kak. Aku cuma masih ngantuk," jawabnya mengelak.

Diana memerhatikan lelaki itu sebentar, sebelum memutuskan untuk memercayai saja kata-kata suaminya.

"Ya udah. Kalau gitu, aku ke kampus, ya. Udah mau telat, aku bangunnya kesiangan," ucap Diana, kembali berdiri.

Fares hanya tersenyum, lalu mengangguk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Diana pun keluar dari kamar, meninggalkan Fares yang sebenarnya sedang dilanda demam tinggi.

Berhubung Diana adalah orang yang anti sentuhan, ia tidak terpikir untuk memegang salah satu bagian tubuh Fares, jadi saat lelaki itu bilang ia tidak apa-apa, Diana percaya-percaya saja.

....

Berjam-jam sudah berlalu, kini waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi dan Fares masih ada di atas kasurnya, belum berpindah sebab merasa tubuhnya lemas bukan main, kepalanya berat dan tulang-tulangnya ngilu.

Ponsel yang ada di bawah bantalnya berdering. Terpaksa ia menggerakkan tangannya untuk meraih benda canggih tersebut.

"Halo."

"Halo, Res. Gak buka toko?"

"Gak dulu, Mas Baim. Gue lagi kurang sehat... mau berdiri aja pusing banget." Suara Fares terdengar agak serak dan begitu lemah, Baim di seberang sana pun tak ayal percaya.

"Oh, ya udah. Saya bukain ya tokonya. Ntar saya yang jaga."

"Ngerepotin, Mas."

"Kayak sama siapa."

"Ya udah, terserah Mas Baim aja. Makasih, ya."

"Iya, sama-sama. Istirahat, Res."

"Iya, Mas."

*pip

Setelah selesai, Fares kembali menutup matanya yang terasa begitu panas. Ia tidak bisa melakukan apa pun sepertinya. Dadanya agak sesak. Perutnya juga sakit, entah karena lapar atau apa, pokoknya ia merasa perutnya sakit, dan sakitnya seperti tidak normal.

"Aku kenapa, sih...," gumamnya lelah.

🌼🍂🌼🍂

Seharian ini Fares hanya di tempat tidur saja, tidak punya daya untuk mengangkat tubuhnya. Namun ia terpaksa bangkit dari kasurnya saat merasa ingin buang air. Dan saat terkena air di kamar mandi, rasanya seperti disengat listrik dingin. Fares tak mampu berlama-lama bersentuhan dengan air.

MY ASEXUAL WIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang