Bulan demi bulan sudah terlewat. Namun tidak banyak perubahan pada Diana selain dirinya yang sudah lebih akrab dengan suaminya. Walau cinta belum bertepuk bersamaan, setidaknya ada peningkatan meski cuma 5% saja.
Mereka sungguh terlihat seperti kakak beradik, yang mana saat si adik usil, kakaknya akan marah dan mengomeli. Apalagi mereka belum pernah melakukan hubungan suami istri. Semakin terlihat seperti kakak adik saja, bukan?
Fares memang luar biasa sabar, menghadapi istri yang tidak pernah mau melayaninya baik itu di ranjang, maupun di segala bidang. Tapi entah sampai kapan ia mampu bersabar. Sebab Fares hanyalah manusia biasa, bukan seorang Nabi.
Pemuda itu kini sedang menanam sesuatu di halaman rumah, ditemani cangkul kecilnya juga. Tangan dan sebagian baju-celana sudah kotor terkena tanah.
Sudah jam 8 pagi, tetapi Fares belum bergegas pergi ke Jatimurni untuk membuka toko bunganya, lantaran masih sibuk dengan apa yang sedang ia tanam sejak tadi. Istrinya sudah pergi ke kampus sejak 15 menit silam.
Ketika sedang memadatkan tanah, Fares mendengar sebuah langkah kaki tengah mendekatinya. Ia pun menoleh ke sumber suara, ternyata Bu Ratna, sang mertua.
"Assalamualaikum, Res." Bu Ratna tersenyum, sambil menenteng rantang empat susunnya.
"Eh, Ma. Waalaikumsalam," Fares tersenyum seraya berdiri, "tanganku lagi kotor ini, Ma. Mau salim tapi nanti tangan Mama ikutan kotor," sambungnya sopan.
"Ya udah, gak usah." Bu Ratna tersenyum santai, lalu menatap ke arah tanah yang sejak tadi Fares obok-obok. "Lagi ngapain kamu? Nanem apa?"
"Bibit mangga, Ma." Fares tersenyum.
"Oooh," Bu Ratna mengangguk-angguk, "rajin ya kamu. Biar kalau pengen makan mangga, gak usah beli lagi gitu, ya?"
"Nah, betul itu. Apalagi Kak Diana suka banget mangga kan, Ma? Makanya aku tanemin aja mangga harum manis di sini."
Bu Ratna tersenyum lembut. "Baik banget sih, kamu. Oh iya, ini Mama bawain masakan Mama buat kalian berdua. Mama taruh ke dalem dulu, ya."
"Alhamdulillah, hehe. Iya iya, Ma." Fares tersenyum senang. Senang dapat makanan. Wajarlah, sang istri tak pernah menyiapkan makanan untuknya.
Bu Ratna pun masuk ke dalam rumah anaknya untuk membawa rantang makanan tersebut. Segera menuju dapur, mengambil beberapa piring dan mangkuk, lantas menyalin makan-makanan itu ke atas piring dan mangkuk.
Setelahnya... beliau menyadari sesuatu.
"Kok gak ada tanda-tanda masakan pagi meskipun cuma yang biasa-biasa aja, ya?" gumamnya sendiri.
Selanjutnya, Bu Ratna pun mulai bergerak lagi. Cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya, merapikan meja makan anak dan menantunya, lantas pergi meninggalkan dapur itu untuk menemui Fares lagi di halaman.
Terlihat Fares sudah selesai dengan penanaman bibit mangga dan sudah mencuci tangannya juga. Ada keran air di halaman sana. Kini, pemuda itu sedang duduk di depan teras sambil merokok santai.
"Res."
"Iya, Ma?"
Bu Ratna pun mendekat, lantas duduk di kursi kayu sebelah Fares. "Kamu udah sarapan?"
"Belum, Ma. Sebentar lagi." Fares menaruh rokoknya ke dalam asbak, lalu menjauhkan si asbak supaya tidak mengganggu mama mertuanya.
"Diana gak bikinin kamu sarapan? Mama liat meja makan sama lemari makanan kosong, gak ada makanan."
Hati Fares sedikit terkorek, namun ia tetap memberikan senyuman terbaiknya pada sang mertua. "Tadi... Kak Diana buru-buru, Ma. Gak sempet bikin sarapan," jawabnya penuh kebohongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomanceDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...