29 - Suami Istri

11.7K 561 149
                                    

Seperti yang dikatakan suaminya beberapa hari lalu, bahwa Diana akan baik-baik saja setelah diberi sedikit obat. Ternyata, benar. Ini adalah hari ketiga, dan rasa tak nyaman itu sudah sirna tanpa bekas setelah Fares membelikan salep yang direkomendasikan petugas apotek tempo hari.

Namun jejak-jejak kriminal Fares di sekitaran leher Diana masih ada, belum pudar seluruhnya. Tetapi Diana sudah tak mengenakan turtle neck lagi, sebab Jakarta dan Bekasi itu panas. Ia mengakalinya dengan foundation dan bedak. Hm.

Sore ini, seperti biasa, Diana pulang kampus dengan mobilnya. Tidak diantar-jemput oleh Fares sebab Diana pikir tidak perlu juga suaminya mengantar-jemputnya setiap hari. Cukup di saat-saat tertentu saja.

Di jalan pulang, tepatnya sebelum toko bunga sang suami, Diana mendapati sebuah pemandangan janggal yang membuatnya menepi dan berhenti sebentar untuk menelaah lebih dalam.

"Itu siapa?" tanyanya pada setir mobil, lalu diam mengamati.

"Kok duduknya deketan banget, sih? Mana ketawa-ketawa." Masih setia menerka-nerka sendiri. Bukannya langsung menghampiri.

Setelah pusing sendiri selama satu menit, Diana memutuskan untuk menjalankan mobilnya lagi. Berhenti tepat di depan toko bunga sang suami.

Fares yang sedang duduk dengan seorang perempuan itu pun mengubah atensinya menuju satu unit mobil yang tentunya ia tahu milik siapa. Tidak lama kemudian, yang punya mobil pun turun dan menampakkan diri.

"Assalamualaikum," salam Diana kepada suaminya saja.

"Waalaikumsalam." Fares menjawab dengan senyuman. Senang istrinya mau mampir setelah tidak pernah mampir selama mereka menikah. Orang yang sedang duduk dengan Fares itu juga menjawab salam Diana.

Lantas Diana pun mendekat, mengulurkan tangan kanannya pada Fares yang tengah duduk dengan santai. Biasa... cium tangan.

Fares memberikan tangannya dengan senang hati. Seketika, perasaan senangnya meroket tajam dibanding biasanya. Pasalnya, baru kali ini Diana mencium tangannya di depan orang lain juga.

Tanpa diduga-duga, perempuan yang agaknya berusia sama dengan Fares itu mengulurkan tangannya juga. Bukan, bukan ingin mencium tangan Fares. Melainkan ingin mencium tangan Diana.

Diana menatap gadis itu agak bingung.

"Iren, Bu Diana. Masa udah lupa?" ucap gadis yang bernama Iren tersebut pada Diana.

"Iren... Iren mana, ya?" tanya Diana sambil memberikan tangannya.

Iren mencium tangan Diana, formalitas antara murid dan guru. "Irenata Putri, Bu. Dulu pernah sekelas sama Fares pas semester 6," jawabnya, lengkap dengan senyuman ramah.

"Oh," Diana mengangguk-angguk, namun belum ingat. Diana ini entah karena memiliki banyak mahasiswa atau karena kecemburuannya, jadi melupakan Iren?

"Selamat ya, Bu. Saya baru tau kalau Fares nikahnya sama Bu Diana." Iren berujar ramah.

"Iya, makasih. Oh, ya? Emang kamu ngiranya Fares nikah sama siapa?" Diana bertanya dengan senyuman, namun entah mengapa nadanya agak-agak... sesuatu.

Fares sontak melirik, menatap Diana yang sekilas menatap dirinya juga, sebelum menatap pada Iren lagi.

"Emm, saya... gak tau sih, Bu." Iren tersenyum kikuk. "Saya gak pernah nanya ke Fares. Ini baru tau karena baru diceritain sama Fares."

Diana hanya mengangguk-angguk lagi sambil tersenyum. "Ini kamu dari mana?" tanyanya pada Iren.

"Kebetulan, saya baru pindah rumah dari Keramat Jati ke sini. Di komplek itu, Bu." Iren menunjuk sebuah gapura yang letaknya sekitar 20 meter dari tempat mereka bertiga berada.

MY ASEXUAL WIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang