SEMINGGU KEMUDIAN
Fares sedang berada di toko bunganya. Berjualan sambil duduk-dukuk di dalam atau di depan. Terkadang masuk ke rumah saat sudah bosan. Kini, yang dilakukannya merapikan stok bunga-bunga lily putih yang baru saja datang dari supplier. Ada lavender ungu juga dan beberapa bungkus bibit tanaman pot. Fares jarang membeli langsung ke tempat supplier. Ia memercayakan stok-stok bunga dan tanamannya lewat pemesanan lewat pesan chat dengan suppliernya yang sudah kenal dekat.
"Hai, Res." Tiba-tiba, suara yang tak asing namun sudah lama tak didengar datang menginterupsi konsentrasinya.
Fares yang sedikit membungkuk itu pun menegakkan tubuh, lalu menoleh ke belakang. "Zahra?" ujarnya sedikit terkejut.
Itu Zahra Cynthia, mantan pacar Fares yang berusia 24 tahun. Sekedar info, Zahra adalah adik tingkat Fares saat kuliah dulu.
"Iyah. Kok kaget banget?" Zahra tersenyum lebar.
"Ya enggak... cuma nanya aja, kan aku taunya kamu di Medan," jawab Fares.
"Aku sama orangtuaku udah dua minggu di Jakarta, Res. Di rumah omku."
"Oh." Fares mengangguk-angguk sekadar, lalu kembali pada pekerjaannya.
Sementara Zahra, tengah menatap Fares begitu lamat, menelisik wajah pemuda itu dalam-dalam. Wajah yang pernah membuat Zahra berkali-kali menangis karena sakit hati, rindu, dan gagal move on.
Fares memutuskan Zahra yang sedang bucin-bucinnya itu karena lelah dengan Zahra yang amat sangat posesif 24/7. Mengekang setiap sudut kehidupan Fares saat itu.
"Kamu gitu, ya... nikah gak bilang-bilang aku," kata Zahra lagi, sambil memasang wajah kecewa yang begitu cantik.
Fares kembali menengok dan menatap Zahra agak lelah. "Kenapa harus bilang kamu, Ra? Kita aja udah gak pernah ngobrol. Lagian, aku kan sempet post di Instastory tentang rencana pernikahanku. Pas acara nikah pun aku post beberapa story-story. Kamu kan juga liat story-story aku," jelas Fares tenang.
"Aku kan maunya kamu bilang langsung!" Zahra mengerucutkan bibirnya.
Ya begitulah. Sudah tidak ada hubungan apa-apa saja Zahra masih semenyebalkan ini, bayangkan saja ketika dirinya masih berstatus sebagai pacar Fares, dulu.
"Ra, kita ini udah gak saling chatting. Aku mana inget."
"Kita gak saling chatting lagi kan gara-gara kamu." Zahra kembali menyerang.
"Maksudnya?"
"Kamu sengaja bikin kita lost contact."
"Enggak, Zahra."
"Iya, Fares."
Lalu, mereka berdua terdiam. Saling menatap sengit dengan dahi yang sama-sama tak lagi rata.
Fares menghela napas lelah. "Ra, kamu tuh gak capek-capek apa berantem terus sama aku dari dulu?"
Zahra hanya diam sambil menatap Fares dengan nanar.
"Kamu mau apa sebenernya?" Suara Fares memelan, dengan pandangan yang kembali lelah.
Raut wajah cantik Zahra perlahan memerah, matanya juga memerah dan lama-kelaman jadi berair juga.
Fares melihat, lantas ia menggosok wajahnya sendiri dengan kasar. "Sekarang apa lagi? Kenapa kamu nangis?"
"Kamu bisa-bisanya ya, Res... lebih milih Bu Diana yang udah tua itu dibanding aku," ujarnya bergetar menahan airmata dan emosi.
"Jaga mulut kamu, Zahra–"
"Fares. Dengerin aku! Dengerin aku baik-baik." Zahra mendikte penuh penekanan. Telunjuknya teracung di depan wajah mantan pacarnya. Menyuruh lelaki itu untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ASEXUAL WIFE ✔️
RomanceDiana tidak tertarik baik pada lawan jenis atau sesama jenis. Apalagi kepada yang lebih muda, makin tidak berminat tentu saja. Hingga menginjak usia 32 tahun dan bekerja sebagai dosen pun masih tak ada minat pada asmara. Namun suatu ketika karena su...