06 - Minta Tolong

6.5K 624 111
                                    

SEMINGGU KEMUDIAN

Di hari ketiga perawatan, Pak Dirgan yang dirawat di rumah sakit kala itu sudah diperbolehkan pulang, meski keadaannya masih agak lemah dan diharuskan rawat jalan. Harus melakukan check-up rutin seminggu dua kali.

Dan kini, Diana tengah dirundung dilema, ia bimbang akan janjinya sendiri. Okelah ia sudah berjanji untuk menikah. Tapi dengan siapa Diana harus menikah sebab pacar pun ia tak punya.

Mengembuskan napas kasar, Diana mengacak rambutnya sendiri sampai berantakan. Begitu frustasi memikirkan masalah hidupnya.

tring tring tring....

"Halo, Bu Sita."

"Bu Diana? Gak ke kampus?"

"Hah? Emang ini jam berapa...," gumamnya linglung, lalu melihat jam dinding yang sudah menampakkan pukul 8.

"Astaga! Iya iya, Bu. Saya lupa ada kelas jam 9." Diana sudah begitu panik. Kemudian, setelah mematikan sambungan telepon, ia bergerak layaknya kesetanan menuju kamar mandi.

Memikirkan tentang masalah pernikahan yang sungguh sangat tidak diinginkan ternyata benar-benar mengganggu sistem kerja otak Diana Agrailia.

🌼🍂🌼🍂

Jam 3 sore

Diana akhirnya bisa pulang setelah mengajar sejak pagi di kampus Purna Bangsa. Setelah ini, sudah tak ada kelas lagi untuknya. Ia pun bergegas dengan mobil ayahnya. Ya begitulah, terkadang wanita itu naik ojek online, terkadang naik angkot, terkadang meminjam mobil besar ayahnya.


Diana sempat menginginkan membeli mobil sendiri. Namun karena ia adalah salah satu jenis manusia hemat, menggunakan mobil yang masih ada kedengaran lebih bijak menurutnya. Apalagi, semakin ke sini, ayahnya yang sudah sering sakit itu jarang sekali membawa kendaraan. Lebih tepatnya, sudah dilarang membawa mobil oleh dokter.

Jadi setahun terakhir ini, Diana lah yang merajai si mobil Pajero Sport milik Ayahnya tersebut.

Di jalan pulang, Diana melintas di depan toko bunga milik Fares-memang akan selalu melintas, sebab rumah mereka yang tak terlalu berjauhan, hanya satu kilometer saja kira-kira. Diana menoleh sekilas ke arah toko itu, namun pemiliknya tak terlihat, mungkin di dalam. Seketika, Diana mendapatkan sutu ide yang entah licik, entah nekat.

"Faresta." Ia menyebutkan nama itu masih sambil menjalankan mobilnya.

Diana sudah tak dapat berpikir dengan logika, sebab ia sendiri pun memang sudah kehabisan logika untuk bicara pada keluarganya.

"Apa... Faresta aja, ya? Tapi emang dia mau?" monolognya lagi dalam mobil.

"Tapi sebenernya, aku yang gak mau! Haduh... ini harus gimana? Aku tuh suka geli kalau deket laki-laki, ya ampun.... Terus gimana nantinya kalau dia...." Diana menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha menepis pikiran-pikiran yang membuat bulu lengannya meremang. "Iiih... ya Allah, ya Tuhan... gak mau...." Diana mulai merengek frustasi, masih di dalam mobilnya.

Lantas, Diana mulai berusaha menetralkan irama pernapasan, supaya pikirannya juga bisa ikut menjadi netral.

Setelah 5 menit dalam kegalauan, akhirnya wanita itu sampai lagi di rumahnya. Memarkirkan mobil, kemudian keluar dari benda itu untum memasuki rumah.

MY ASEXUAL WIFE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang