"Jen, kayaknya dari tadi ada yang merhatiin kita deh," ucap Jaemin, sahabat Jeno dari TK.
Orang yang diajak bicara hanya fokus memakan baksonya dan menyimak cerita Sungchan. Jaemin meninju lengan sahabatnya itu yang tidak mendengarkan perkataannya.
"Biarin aja."
Jeno sudah terbiasa dengan para siswi yang selalu memperhatikannya di mana pun ia berada. Ia hanya tersenyum jika tidak sengaja bertatapan dengan orang yang melihatnya, namun tidak jarang dia mengabaikan tatapan mereka.
Berbeda dengan Jaemin, ia dikenal playboy oleh para siswi di sekolah. Bagaimana tidak, ia suka sekali menggoda perempuan, bahkan adik kelas pun tak luput dari targetnya. Isi kontak dalam ponselnya sudah seperti asrama putri. Ia memang sering mengirim pesan dengan teman perempuannya. Bahkan ia banyak sekali mengikuti akun sosial media selebgram yang terkenal cantik.
Biarpun begitu, Jeno tidak marah memiliki sahabat seperti Jaemin. Ia sudah terlalu lelah menasihati anak satu itu. Dulu memang ia sering mengomeli, namun Jaemin tidak kunjung kapok dan terus melakukan hobinya itu.
Seiring berjalannya waktu, seluruh siswi di sekolah mengetahui sifat Jaemin dan banyak yang tidak merespon jika digoda olehnya. Tetapi tidak sedikit juga yang masih membalas pesan darinya.
"Kali ini beda. Coba lo liat," bujuk Jaemin kepada Jeno untuk melihat ke arah meja Winter dan Karina.
Jeno melirik sekilas. "Apanya yang beda?"
"Lo tahu dia siapa?" tanya Jaemin, Jeno menggeleng.
"Dia Winter, anak kelas sebelas IPA satu!" lanjutnya.
"Terus?"
"Dia punya followers dua juta lebih di akun instagramnya! Sumpah cantik banget aslinya!"
Jeno melihat sahabatnya itu mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kontak. Ia sudah tahu apa yang akan dilakukan Jaemin jika sudah ada gelagat seperti itu. Terlebih lagi ia melihat anak itu merapikan rambut dengan tangan.
"Mulai lagi ni anak," gumamnya.
Jaemin berjalan mendekati meja kedua gadis itu. Ia duduk di kursi sebelah Winter yang kebetulan kosong. Dengan senyuman khas playboynya, ia berkenalan dengan Winter yang menjadi targetnya kali ini. Kedua gadis itu tampak malas meladeni remaja yang satu ini.
"Nama lo Winter, kan? Gue Jaemin, cowok terganteng di sekolah ini. Lo pasti udah tahu soal gue."
Karina menghela napas malas. Ia kesal bukan karena diacuhkan oleh Jaemin, namun ia kesal karena pemuda itu mencoba mengganggu Winter. "Jangan ganggu temen gue. Pergi sana!"
"Kalem dong. Gue ke sini cuma mau kenalan sama temen lo yang cantik ini, sama sekalian mau minta nomernya. Boleh, kan?" Jaemin melirik Winter, masih dengan senyum yang sama.
Winter memutar bola matanya. Ia juga malas sekali dengan cowok seperti Jaemin. Ia sering mendengar isu soal pemuda itu lewat teman-teman sekelasnya. Kebanyakan hanya hal buruk yang masuk ke telinganya. Tetapi ada satu hal baik yang ia dengar, setidaknya anak itu tidak pernah membuat kekacauan di sekolah.
"Iya, gue tahu tentang lo. Lo playboy, kan?"
Jaemin sedikit terkejut atas perkataan Winter. Sepertinya imagenya selalu buruk di kalangan siswi sekolah. Ia merasa menjadi setan yang berusaha mendapatkan cinta bidadari. Sangat mustahil.
"Gue bukan playboy, buktinya gue masih jomblo sampe sekarang," tukas pemuda itu berusaha mengangkat harga dirinya meskipun sedikit.
"Serah lo deh," gumam Winter.
Jaemin meletakkan ponselnya di meja tepat di depan gadis itu. Winter dan Karina sudah tahu apa yang diinginkannya. Tanpa menyentuh benda persegi panjang itu, kedua gadis itu pergi meninggalkannya sendiri yang melongo.
"Hm, menarik," gumamnya.
Tanpa hasil, ia kembali ke kursinya semula di sebelah Jeno. Sahabatnya itu tampak biasa saja. Memang sudah bukan hal yang mengejutkan bagi seorang Lee Jeno melihat sahabatnya mendapat penolakan dari targetnya.
"Gak papa lah, masih ada Lia," ucap Jaemin membuat pemuda di sebelahnya menggeleng.
"Btw Winter itu yang sekelas sama si Mark, kan?" tanya Winwin yang tampak tertarik arah topik kedua sahabat itu.
"Kayaknya iya, coba deh nanti gue minta nomernya sama Mark. Dia kan ketua kelas." Seketika Jaemin mendapatkan ide bagus.
"Udah bel, cabut yok," ajak Jeno kepada teman-temannya karena bel masuk sudah berbunyi.
"Pulsek mau ke tempat biasa?" tanya Jaemin di tengah perjalanan.
"Gas," jawab Jeno singkat.
Karena mereka anak kelas XI IPS 3, otomatis mereka melewati kelas XI IPS 1 yang mana itu adalah kelas geng paling populer di sekolah yang diketuai oleh Yeji. Geng itu beranggotakan lima orang termasuk Yeji sendiri.
Entah kebetulan atau bukan, Jaemin berpapasan dengan Lia, bisa dibilang ia adalah salah satu anggota geng Yeji. "Halo Lia cantik," sapa Jaemin.
Gadis yang disapanya tidak membalas dan langsung masuk ke kelas kembali setelah membuang sampah.
Mengenai geng Yeji, mereka dikenal karena kecantikan dan kepopuleran mereka di sosial media. Foto-foto yang mereka unggah selalu banjir like dan komentar dari para pengikut mereka.
Yeji, ia yang paling terkenal di kalangan para kaum adam karena memang ia sangat cantik. Namun banyak para siswi yang tidak suka dengannya karena merasa tersaingi dengan kecantikannya. Ia mempunyai saudara kembar laki-laki yang masih satu kelas dengannya, yaitu Hyunjin.
Berkebalikan dengannya, Hyunjin banyak digemari oleh kaum hawa di sekolah. Namun ia juga memiliki banyak teman laki-laki karena ia tipe orang yang mudah bergaul dengan orang lain. Sedangkan Yeji jarang bergaul dengan teman-temannya yang lain selain empat orang anak buahnya.
"Cie yang habis disapa doi," goda Yeji kepada Lia yang baru saja duduk di bangkunya.
"Bukan doi," jawab Lia cuek.
Orang terdekat Yeji bisa dibilang adalah Ryujin. Mereka yang paling sering bersama dibanding ketiga teman yang lain. Ryujin memiliki gaya pakaian yang berbeda dengan Yeji. Ia selalu memakai pakaian yang lebih manly seperti celana joger, jaket bomber, celana baggy jeans, kaos polos oversize, dan tak jarang ia sering menambahkan eksesoris seperti rantai di celananya. Sedangkan Yeji lebih fleksibel, ia bisa memakai pakaian feminim maupun casual.
"Jutek amat neng, senyum kek sekali-sekali." Kini Ryujin yang berkomentar.
Nomer tiga adalah Lia, yang disukai oleh Jaemin. Ia menjadi salah satu target pemuda itu sejak dua bulan yang lalu. Ketika itu Jaemin tidak sengaja melihat Lia tersenyum di taman tidak jauh dari sekolah.
"Kalian kenapa sih seneng banget bikin orang gak mood," komentarnya.
Lia dikenal jarang sekali tersenyum. Ia menjadi yang paling jutek di antara keempat temannya. Bahkan ia jarang berbicara kepada orang lain. Jaemin mengakui bahwa senyumnya sangat manis. Sayang sekali senyum semanis itu jarang ditunjukkannya.
Berkebalikan dengan Lia, Yuna adalah yang paling murah senyum. Ia selalu tersenyum dengan orang yang menyapanya. Ia juga tidak sungkan untuk bergaul dengan teman-temannya yang lain. Bisa dibilang ia yang paling menyenangkan dibanding yang lainnya.
"Luarnya sih cuek, tapi dalemnya berbunga-bunga tuh, hahaha...." Ia juga tidak ingin ketinggalan.
Ia paling dekat dengan Chaeryeong. Chaeryeong dikenal paling polos dibanding yang lainnya. Ia sering tidak memahami topik pembicaraan. Namun ia tertolong oleh kecantikannya yang membuat beberapa siswa di kelas mendekatinya.
"Jadi Jaemin sama Lia pacaran?" tanyanya penasaran.
🌸🌸🌸🌸
Halo semua^^
Gimana sama bab ini?
Kalo kalian suka jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya ya^^
Share juga ke temen-temen kalian yang suka baca ff><
Terima kasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanfictionSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...