Sesuai pesan, Winter dan kawan-kawannya datang ke area belakang sekolah seusai bel pulang berbunyi. Mereka tidak menemukan keberadaan Yeji. Apakah mereka ditipu?
"Mana orangnya? Kok gak ada?" Karina mengerutkan dahi.
"Kita kecepetan kali datengnya," jawab Ningning.
Suara langkah kaki beberapa orang terdengar mendekat. Itu Yeji dan kawan-kawannya. "Gue kira gak bakal dateng," ujar Yeji sembari melipat kedua tangannya di dada.
Karina berkacak pinggang sambil memutar bola matanya. "Langsung aja biar cepet selesai ini urusan. Kenapa lo ngajak ketemuan?"
"Gue cuma mau tanya sama temen lo ini," jawab Yeji menunjuk Winter.
"Tanya apa?" Winter penasaran.
"Lo suka sama Jeno, kan? Terus lo seneng sekarang lo bisa deket banget sama dia sampek diundang ke acara tunangan tantenya, kan?"
Seketika itu Winter membeku, ia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Jika ia menjawab jujur, ia tidak mau dianggap terlalu percaya diri. Jika ia berbohong dan menjawab tidak menyukai Jeno, pasti Yeji akan menyuruhnya untuk menjauhi Jeno. Ia tidak bisa melakukan itu.
"Kenapa diem?" tanya Ryujin yang berhasil menyudutkan Winter.
"Ada urusan apa lo nanyain itu? Terserah temen gue mau suka atau gak sama Jeno. Lo gak berhak ngatur-ngatur! Inget, lo udah putus sama Jeno!" Amarah Karina sudah mulai muncul.
Yeji tersenyum miring. "Gue nanya dia, kenapa lo yang jawab?"
"Kalo mau berantem ayo! Kita selesain sekarang!" Giselle melangkah maju.
Tangan Winter mencegah Giselle yang sudah ingin bertengkar. Ia meminta temannya agar menahan emosi mereka sejenak. Kemudian ia melangkah mendekati Yeji yang masih menunggu jawabannya.
"Gue suka atau gak sama Jeno, itu urusan gue. Lo gak perlu repot-repot mikirin hal gak penting kayak gini. Kalo lo emang masih suka sama Jeno, lo bisa main secara sehat. Bukan main kotor kayak gini. Bilang aja lo iri kan sama gue yang sekarang deket sama Jeno?"
plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Winter. Keadaan menjadi hening satu detik. Kemudian Karina mencengkram kerah seragam Yeji dan mendorongnya menjauhi Winter. Giselle dan Ningning juga ikut maju melawan Ryujin dan Yuna. Lia berjalan mendekati Winter dan menarik tangannya.
"Seneng lo bisa deket sama Jeno?" tanya Lia dengan raut marah.
"Gue tahu pasti lo yang ngaduin ke Yeji soal pesta pertunangan, kan?" Winter balik bertanya.
"Iya, emang kenapa? Gue sebagai sahabatnya emang harus bilang masalah itu."
Winter tertawa, membuat Lia menjadi sedikit kebingungan. Apa ada bagian yang lucu dari perkataannya?
"Sahabat? Bukannya lo babunya Yeji? Atau informan? Dasar cepu!"
Sekali lagi tamparan yang lebih kencang mendarat di pipi yang masih memerah. Rasa sakit yang dirasakan Winter menjadi dua kali lipat, namun itu tidak membuat keberaniannya menciut. Ia masih bisa menahan rasa sakitnya.
"Maju lo kalo berani," ucap Winter dengan tangan yang sudah mengepal.
Perkelahian mereka mulai membara. Winter melawan Lia, Karina melawan Yeji, Giselle melawan Ryujin, dan Ningning melawan Yuna.
"Udah, guys! Berhenti! Kenapa jadi pada berantem sih?" Chaeryeong terlihat panik dan berusaha memisahkan para gadis yang sedang berkelahi itu.
"Yeji stop dong! Yun, udah! Kalo ujung-ujungnya bakal berantem mendingan tadi pulang aja gue."
Chaeryeong melihat sekeliling mencari orang yang bisa membantunya menghentikan perkelahian teman-temannya. Di kejauhan ia melihat dua orang siswa. Segera saja ia berlari menghampiri siswa tersebut dan meminta tolong. Dua siswa itu adalah Haechan dan Renjun yang kebetulan ada kegiatan ekstrakulikuler paduan suara.
Beberapa menit kemudian, Haechan dan Renjun berhasil menghentikan perkelahian itu. Chaeryeong merasa lega karena sudah tidak ada yang berkelahi.
"Kalian kenapa berantem sih? Ini sekolah, kalo ada guru liat gimana?" Haechan membuka suara.
"Ini semua gara-gara dia tuh yang mulai duluan." Karina menunjuk Yeji.
"Kok gue sih? Kan lo yang pertama ngajakin berantem!" tukas Yeji tidak terima.
"Udah gak usah tunjuk-tunjukkan! Mendingan sekarang kalian pulang. Ini udah mulai sore. Gerbang depan juga udah mau ditutup. Sekarang pada bubar gih," pinta Renjun kepada para gadis.
Winter mengajak kawan-kawannya segera pergi tanpa kata-kata. Karina, Giselle, dan Ningning hanya menurut dan mengambil tas mereka kemudian pergi dengan keadaan berantakan.
"Urusan kita belum selesai! Inget itu!" ucap Yeji kepada Winter.
"Cukup! Lo juga pulang sana," ujar Haechan yang kemudian berjalan meninggalkan tempat.
🌸🌸🌸🌸
Halo semua^^
Bergelud? Di gelap malam kau ingin bergelud? Hehe😁
Maap kalo gak seru soalnya aku gak bisa mendeskripsikan pergeludan mereka, soalnya gak pernah nulis genre action😭
Tapi semoga kalian bisa ngebayangin sendiri ya^^
Kalo suka sama bab ini jangan lupa vote, komen sebanyak-banyaknya, dan share ke temen-temen kalian^^
Terima kasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanfictionSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...