"Lo gak mau ke kantin?" tanya Karina yang melihat sahabatnya itu tidak mengajaknya ke kantin padahal bel istirahat sudah berbunyi dua menit yang lalu.
"Gue gak mood ke kantin. Gue mau ke perpus aja. Lo gak papa kan ke kantin sendirian?"
"Santai."
Mereka beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju tujuan masing-masing. Winter ke perpustakaan dan Karina ke kantin.
Sebenarnya ke perpustakaan hanya alibi untuk tidak bertemu dengan Jeno. Winter yakin pasti pemuda itu sedang makan berdua dengan Yeji. Berhubung ia suka membaca novel, ia berjalan menyusuri rak yang berisikan kumpulan novel. Setelah memilih salah satu novel yang menarik perhatiannya, ia duduk di meja untuk membaca.
Di sebelahnya ada seorang siswa berkacamata yang tengah fokus membaca buku pengembangan diri. Winter tidak mempedulikan siswa itu dan duduk di kursi yang berjarak dua kursi dari tempat siswa itu duduk. Kemudian ia mulai membuka halaman pertama novel itu.
Tanpa ia sadari, siswa berkacamata itu melihatnya. Siswa itu beranjak dari kursi dan duduk di sebelahnya. Winter melihat wajah siapa yang duduk di sebelahnya dan ia sedikit terkejut karena orang itu sedang memperhatikannya.
"Astaga!" ujarnya seraya meletakkan tangan di dada.
"Maaf bikin lo kaget," ucap siswa itu yang ternyata adalah Sungchan.
"Eh, gak papa kok. Cuma kaget dikit. Hehe...."
Winter menunjukkan cengirannya, ia menjadi salah tingkah. Namun ia salah fokus dengan kacamata yang dipakai Sungchan. Tumben sekali pemuda itu mengenakan kacamata, padahal kemarin ia melihat Sungchan tidak memakai benda itu. Tetapi anehnya, mengapa ia merasa jika pemuda itu menjadi lebih tampan ketika memakai kacamata?
"Ah, sadar, Win. Lo itu sukanya sama Jeno!" katanya dalam hati.
"Ehm, tu- tumben lo pake kacamata. Kemarin gue liat lo gak pake deh." Winter berusaha mencairkan suasana.
"Sebenernya mata gue minus sih dikit. Jadi gue pake kacamata setiap gue baca buku," jawab Sungchan.
"Oh gitu. Hehe...." Meskipun Winter berusaha mengubah suasana menjadi tidak canggung, ia tetap tidak bisa bersikap santai.
Akhirnya ia memutuskan untuk kembali tenggelam pada cerita dalam novel. Namun beberapa kali ia membaca, tetap saja tidak bisa fokus membaca. Ia masih terbayang wajah pemuda di sebelahnya itu. Ia sedikit melirik Sungchan, terlihat sedang mambaca.
"Lo kenapa sih, Win? Udah, fokus aja baca buku. Jangan mikirin Sungchan, ok?" gumamnya dalam hati sembari mengetuk-ngetuk kepalanya pelan.
Beberapa menit berlalu, ia memutuskan untuk kembali ke kelas. Ia beranjak dari kursinya dan mengembalikan novel yang gagal dibacanya itu ke tempat semula. Sebelum langkahnya sampai di pintu, Sungchan tiba-tiba memegang pergelangan tangannya.
"Mau ke mana?" tanya pemuda itu.
Winter merasakan detak jantungnya yang mengencang. "Ehm, gue m- mau balik ke kelas."
"Loh bukannya bel masuk masih lama?" tanya Sungchan lagi.
"I- iya. Soalnya gue baru inget gue itu, ehm, bawa bekal dari rumah. Jadi gue mau makan bekal. Hehe...."
Sungchan melepas genggamannya. "Kalo gitu bareng ya, gue juga mau balik ke kelas. Kan kelas kita searah. Boleh?"
Winter sedikit tersentak dengan ucapan pemuda itu. "Eh, iya. Boleh kok."
Mereka keluar dari perpustakaan dan berjalan beriringan. Sungchan terlihat santai berjalan dengan Winter. Berbeda dengan Winter, jantungnya berdegup kencang selama perjalanan menuju ke kelas. Anehnya ia merasa perjalanannya sangat lama, seakan kelasnya berjarak satu kilometer. Padahal jarak kelasnya dan perpustakaan hanya sepuluh meter.
Setelah sampai di depan kelas Winter, mereka sedikit berbasa-basi mengucapkan salam perpisahan kemudian Sungchan berjalan sendiri ke kelasnya. Winter berlari menuju bangkunya dan ia duduk sembari memegang kepala dengan kedua tangan. Ia memejamkan mata.
"Tenang, Win. Jangan deg-degan lagi. Lo kenapa sih hari ini?! Jangan sampe lo suka sama Sungchan. Inget, lo sukanya cuma sama Jeno! Cuma Lee Jeno yang ada di hati lo! Gak boleh orang lain!" ujarnya dalam hati. Ia berusaha menyugesti dirinya sendiri agar tidak menyukai orang lain selain Jeno.
....
Di kantin Jeno dan Yeji tengah duduk berdua di sebuah meja. Tepat seperti tebakan Winter. Mereka memesan mie ayam dan es teh untuk mengisi perut mereka.
Setelah kejadian kemarin mereka tampak lebih dekat. Dimulai dari Yeji yang menyapa Jeno tadi pagi. Jeno yang berjalan menuju kelasnya seketika berhenti karena sapaan gadis itu. Mereka kemudian bertukar nomor ponsel dan mengobrol lebih lanjut.
Ketika bel istirahat berbunyi, Jeno yang pergi ke kantin bersama Jaemin dicegat oleh Yeji. Gadis itu meminta Jeno agar mengizinkan ia makan bersama dan dengan mudahnya Jeno membolehkan. Alhasil mereka bertiga pergi ke kantin bersama. Keempat teman Yeji hanya melihat dari kelas. Beberapa dari mereka hanya menggelengkan kepala.
Seusai memesan makanan, Jaemin yang hanya membeli es teh berkata kepada sahabatnya bahwa ia ingin menemui Mark. Kemudian pemuda itu pergi meninggalkan dua insan yang sudah duduk di kursi. Sebenarnya itu hanya alasan Jaemin yang sengaja membiarkan sahabatnya itu dengan Yeji. Sementara ia pergi bukan untuk bertemu Mark, melainkan pergi ke kelas sepuluh untuk menemui adik kelas.
"Kok si kampret belum balik sih?" gumam Jeno yang tengah memakan baksonya.
"Kenapa?" tanya Yeji.
"Gak ada apa-apa. Itu, Jaemin dari tadi belum balik. Pasti lagi godain cewek," jawab Jeno yang mulai curiga.
"Oh. Biarin aja lah, dia kan sukanya begitu."
"Iya. Dari dulu juga gitu. Gak tobat-tobat dia. Hahaha...."
Yeji juga ikut tertawa bersama Jeno. Ia tidak menyangka seorang Jeno yang dari luar terlihat dingin ternyata bisa asik juga dengan perempuan.
"Bentar lagi masuk nih, mau balik ke kelas?" tanya Jeno yang melihat mangkuk baksonya dan Yeji hanya tersisa kuah saja.
"Boleh, yuk."
Mereka beranjak dari kursi dan berjalan menuju ke kelas. Tidak jauh dari mereka duduk, Karina memperhatikan seraya memakan seblak yang dipesannya. Ia sudah memantau mereka sedari mereka datang dan memesan makanan.
"Kasihan Winter, doinya lagi deket sama cewek. Pasti dia galau berat nih kalo gue ceritain kejadian ini. Gimana ya?" batin gadis itu.
Tidak lama kemudian Karina memutuskan untuk segera kembali ke kelas karena makanannya sudah habis. Beberapa meter sebelum masuk ke kelasnya, ia melihat sahabatnya yang berdiri di depan kelas bersama dengan seorang siswa berkacamata. Otomatis ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan dua orang itu.
Segera setelah Winter masuk dan siswa itu pergi, Karina berlari untuk bertanya kepada sahabatnya itu mengenai kejadian yang baru saja dilihatnya. Ia perlu penjelasan. Apakah Winter mencari pelarian setelah sang pujaan hati dekat dengan perempuan lain? Dan ia juga penasaran siapa siswa yang tampak akrab dengan sahabatnya itu?
🌸🌸🌸🌸
Halo semua^^
Gimana sama bab ini?
Apa kalian penasaran dengan bab selanjutnya?
Kalo kalian penasaran terus pantengin cerita ini ya^^
Jangan lupa vote, komen sebanyak-banyaknya, dan share ke temen-temen kalian ya^^
Terima kasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanfictionSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...