Degup jantung semakin kencang, tangan masih gemetar. Beberapa menit lagi Jeno akan menjemput Winter untuk pergi ke pesta pertunangan tantenya. Jeno akan datang pukul setengah tujuh dan ini sudah pukul enam lebih lima belas.
Winter duduk di depan meja riasnya. Ia sudah memakai gaun putih selutut dengan sedikit renda di bagian bawah. Sangat simpel namun tetap terlihat cantik. Ia juga telah selesai merias wajahnya dengan riasan tipis. Ia tidak suka dengan riasan tebal karena itu akan membuat wajahnya terlihat lebih tua. Riasan natural sudah cukup baginya dan itu bisa membuat wajahnya terlihat segar dan cantik.
Rambut panjangnya hanya ia gerai dengan sedikit kepangan di sisi kiri kepalanya. Ia juga telah mencatok rambutnya menjadi sedikit bergelombang di bagian bawah. Sebenarnya ia sedikit bingung dengan tatanan rambutnya akan dibuat seperti apa, namun ia teringat bahwa teman masa kecilnya pernah mengatakan bahwa ia lebih cantik kalau dikepang. Akhirnya ia memutuskan untuk sedikit mengepang rambutnya.
Ah, teman masa kecil. Ia masih ingat dengan anak itu. Namanya Cya, teman masa kecil yang tinggal di depan rumahnya. Sayangnya ketika mereka menginjak usia tujuh tahun, anak laki-laki jahil itu harus pindah rumah.
Winter menggelengkan kepalanya berusaha menepis ingatan menyedihkan itu lagi. Kini ia tidak ingin bersedih, ini adalah malam yang spesial. Tinggal beberapa menit lagi, ia harus sudah keluar kamar.
"Jadi pergi?" tanya Taeyeon yang tengah duduk bersantai di ruang tamu sembari memakan cemilan.
"Iya, Ma."
Ibu satu anak itu tersenyum melihat anak gadisnya yang cantik. Ia tahu bahwa Winter sedang gugup. Melihat anaknya itu ia jadi teringat kencan pertamanya dulu dengan ayah Winter.
"Mama jadi inget dulu pas papa kamu ngajak mama kencan. Waktu itu mama juga gugup kayak kamu gini. Padahal mama gak pake blush on, tapi papa kau bilang blush on mama ketebelan. Hahaha..."
"Mama apaan sih, aku gak gugup tahu," tukas Winter.
Taeyeon hanya tertawa mendengar perkataan Winter. Winter mirip sekali dengan dirinya, sangat pemalu ketika membicarakan lawan jenis.
tok tok tok...
Pintu diketuk dari luar rumah. Jeno sudah datang. Segera saja Taeyeon membukakan pintu dan menyambut hangat pemuda dengan jas hitam itu. Malam ini Jeno terlihat begitu tampan hingga Taeyeon sedikit pangling. Berbeda dengan penampilan kemarin yang sedikit berantakan.
"Eh, Nak Jeno udah dateng. Mau masuk dulu apa langsung berangkat?" tanya Taeyeon ramah.
"Langsung aja, Tante. Soalnya acaranya mau dimulai."
"Yaudah kalo gitu. Ati-ati di jalan, ya. Tante juga mau sekalian ngucapin selamat ya buat tante kamu."
"Makasih, Tante."
Winter dari tadi hanya diam saja menatap Jeno. Ia tidak sadar bahwa ia matanya tidak berkedip sekali pun. Ia terlalu terpukau oleh Jeno. Belum pernah dirinya melihat pemuda itu mengenakan setelan jas dan dengan tatanan rambut yang rapi.
"Win, jangan ngalamun. Liat Jenonya sampe gak kedip gitu." Perkataan Taeyeon mengembalikan kesadaran Winter.
"Eh, siapa yang ngalamun. Yaudah Winter berangkat dulu ya, Ma."
"Iya. Jangan pulang kemaleman, sekarang banyak begal, bahaya."
"Siap, Tante," balas Jeno seraya memberi hormat.
Jeno dan Winter berjalan keluar rumah. Winter sedikit terkejut bahwa malam ini Jeno tidak membawa motornya melainkan sebuah mobil berwarna hitam. Ia baru tahu bahwa Jeno juga memiliki mobil. Apa Jeno sekaya itu? Tanpa memikirkan lebih jauh, Winter segera menaiki mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanfictionSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...