Jeno merebahkan diri di tempat tidur. Perkataan Yeji masih terngiang di kepalanya. Perkataan bahwa ia sama seperti Jaemin. Memang ia dan Jaemin bersahabat. Ia mengakui bahwa ia dan Jaemin memiliki banyak kesamaan. Itulah yang menyebabkan mereka cocok dan bisa bersahabat hingga sekarang. Mereka sama-sama menyukai basket, sama-sama menyukai tantangan, sama-sama tidak menyukai pelajaran ekonomi, dan masih banyak lagi.
Ia tahu yang dimaksud Yeji adalah sifat Jaemin yang suka mendekati perempuan. Tidak usah dikatakan juga ia sudah paham. Namun ia tidak suka jika sifatnya disamakan dengan sifat Jaemin yang itu. Ia bukan laki-laki yang suka mendekati banyak perempuan. Ia tipe yang setia.
"Bodo lah, pusing gue," gumamnya.
Ia memutuskan untuk keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Kebetulan ia belum makan dan cacing-cacing di dalam perutnya sudah berdemo meminta diisi.
"Loh papa udah pulang?" tanyanya ketika melihat Donghae, ayahnya sudah duduk di meja makan menikmati sepiring nasi.
"Iya, baru aja," jawab Donghae setelah menelan makanan yang dikunyahnya.
Ayah dan anak itu duduk di meja makan menikmati makanan mereka sembari berbincang-bincang ringan. Sudah lama rasanya Jeno tidak mengobrol dengan ayahnya. Donghae terlalu sibuk mengurus perusahaannya dan Jeno sibuk berlatih basket. Kini mereka bisa berbincang lama setelah beberapa minggu terakhir.
Bel berbunyi menandakan seseorang datang ke rumah. Jeno bergegas membukakan pintu. Ternyata Jaemin. Segera saja sang tuan rumah mempersilakan tamu untuk memasuki rumah, tentu saja dengan gaya yang santai.
Jaemin melihat Donghae yang telah selesai makan. Dengan sopan ia menyapa ayah satu anak itu meskipun mereka sudah saing kenal. Donghae bahkan sudah menganggap Jaemin sebagai anaknya sendiri.
"Kamu bawa apa itu?" tanya Donghae sambil menunjuk kantong plastik yang dibawa Jaemin.
"Ini, Om. Aku bawa peralatan lukis buat tugas kelompok," jelas Jaemin.
"Jadi kalian mau kerja kelompok?"
"Iya, Pa," jawab Jeno.
Donghae mengizinkan dua pemuda itu mengerjakan tugas kelompok di halaman belakang rumah karena akan lebih mudah membersihkan jika cat tumpah ke mana-mana.
Di halaman belakang mereka memulai mengerjakan tugas mereka. Jeno bertugas menggambar, sedangkan Jaemin yang mewarnai menggunakan cat. Tidak lupa mereka juga memutar musik agar tidak terlalu membosankan.
"Jadi lo putus sama Yeji?" tanya Jaemin memulai pembicaraan.
Jeno yang tengah menggoreskan pensil ke kanvas mengangguk. Jaemin duduk di sebelah Jeno sambil melihat-lihat taman belakang yang dipenuhi oleh tanaman. Suasana yang enak dipandang.
"Padahal dia cantik. Lo harusnya nolak pas dia mutusin lo. Menurut gue dia gak bener-bener pengen putus sama lo. Dia cuma masih emosi aja," jelas Jaemin memberikan pendapatnya.
"Gue tahu," jawab Jeno singkat.
Jaemin menolehkan kepalanya dan melihat Jeno. "Jadi kenapa lo gak nolak?"
Jeno menjelaskan, "Dia bilang gue ketularan lo."
....
Winter merebahkan diri di tempat tidur. Jendela kamarnya sengaja ia buka agar angin malam dapat masuk menemaninya. Bintang bertaburan mengelilingi bulan purnama. Agar tidak merasa kesepian, ia memutar lagu dari ponselnya.
Shiganeul ttara georeumyeon
Jogeumsshik gachi georeumyeon
Eodie isseodo hamkkeil su itgetji (neowa na)
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanfictionSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...