26

401 50 5
                                    

Masih pukul setengah tujuh dan Winter baru sampai di sekolah. Rupanya Karina sudah berangkat terlebih dahulu. Gadis itu mengatakan bahwa ia harus berangkat pagi karena semakin sibuk dengan acara pensi sekolah yang akan diadakan dua bulan lagi. Karina sebagai panitia dekorasi harus terlebih dahulu membuat dekorasi bersama beberapa siswa lain.

"Pulsek gas?" tanya Karina membuat Winter mengerutkan dahi.

"Hah?"

"Ngelabrak si nenek lampir," jelas Karina.

Winter segera menolak. Ia tidak mau terjadi kekacauan di sekolah. Bisa-bisa Yeji benar-benar mengibarkan bendera perang dengannya. Ia meminta Karina untuk membatalkan rencananya melabrak Yeji. Yang lalu biarlah berlalu dan ia sudah melupakan kejadian kemarin. Ia tidak mau lagi berurusan dengan Yeji.

"Yaudah kalo lo gak mau ngelabrak dia. Gue juga gak akan maksa lo. Gue cuma gak terima aja lo disiram kayak kemarin."

"Santuy, gue udah lupain kok."

Beberapa menit kemudian masuklah Ningning dan Giselle ke kelas menghampiri Winter dan Karina. Mereka menanyakan bagaimana acara labrak-melabrak yang telah direncanakan di dalam grup.

"Gak jadi. Winter gak mau," jawab Karina.

"Yah, padahal gue udah semangat banget." Giselle tampak kecewa.

Ningning bertanya, "Gue udah kesel banget sama Yeji, kenapa gak jadi?"

"Gue gak mau kalian kenapa-napa. Gue juga udah ngelupain kejadian itu kok. Kalian tahu sendiri, kan Yeji kayak gimana? Pasti dia gak bakal terima kalo kita labrak. Malah nanti bakal jadi tambah parah masalahnya," jelas Winter.

Yang Winter katakan ada benarnya. Ningning setuju dengan pendapat sahabatnya itu. Giselle juga terlihat mengerti. Karina sudah paham bagaimana sifat Winter.

"Ada apa nih labrak-labrak? Siapa mau ngelabrak siapa?"

Tiba-tiba si ketua kelas datang ke meja Karina dan Winter. Mark yang baru memasuki kelas tidak sengaja menguping pembicaraan empat sekawan itu dan menjadi penasaran.

"Gak ada yang mau ngelabrak. Lo gak usah ikut campur deh," tukas Karina.

"Kan gue cuma nanya, apa salahnya? By the way, Win, kemarin lo dicariin Sungchan." Setelah mengatakan itu, Mark pergi ke kursinya.

Winter melebarkan mata. "Sungchan?" gumamnya.

"Ada apa Sungchan nyariin lo?" tanya Ningning kepada Winter.

....

Bel istirahat pertama berbunyi. Winter mengeluarkan jaket merah dari dalam tasnya. Itu jaket milik Jeno yang sudah dicucinya. Ia ingin mengembalikan jaket itu sekalian berterima kasih karena sudah mengantarnya pulang. Sebenarnya ia sudah beberapa kali berterima kasih.

"Ayok," ajak Winter kepada Karina untuk mengantarnya ke kelas Jeno.

Sebelum Winter beranjak dari kursinya, Karina memberitahu, "Kita lewat deket toilet aja."

"Napa emang?" tanya Winter.

"Lo mau lewat kelas si nenek lampir?"

Tanpa menjawab lagi, Winter mengangguk. Benar juga apa yang dikatakan Karina. Ada toilet yang berada di sebelah kiri deretan kelas IPS. Kelas Yeji berada di ujung sebelah kanan, sedangkan kelas Jeno lebih dekat dengan toilet.

Mereka berjalan ke sebelah kiri deretan kelas IPS melewati toilet dan kemudian sampai di kelas Jeno. Winter tidak segera memasuki kelas dan hanya berdiri di depan kelas.

"Ayo masuk," bujuk Karina.

"Gerogi gue," ucap Winter jujur.

Semua orang pasti akan merasa gerogi jika akan menemui orang yang disukai. Seperti halnya Winter, ia merasa tidak bisa melangkahkan kakinya karena terlalu gugup. Tangannya memegang jaket merah milik Jeno dengan kencang. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan.

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang