05

499 68 13
                                    

"Gue sayang sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya pemuda berseragam putih abu-abu.

Pemuda itu memegang kedua tangan Winter. Tatapannya tulus dan penuh harap. Dengan senyum manisnya, ia membuat gadis di hadapannya itu terpaku.

Satu detik, dua detik, Winter menatap Jeno tanpa berkedip. Ya, pemuda itu adalah Jeno yang baru saja menembaknya. Mulutnya ingin sekali berkata iya saat itu juga, namun susah untuk mengatakannya. Jantungnya berdegup kencang hingga ia tidak bisa mengontrol. Ini adalah saat-saat yang ditunggunya.

Di taman itu mereka berdua berdiri, dikelilingi oleh bunga yang sedang mekar. Winter berusaha untuk menjawab, namun bibirnya bergetar. Ia benar-benar tidak menyangka hari ini datang juga. Di kepalanya terputar adegan-adegan menyenangkan yang akan mereka lalui bersama. Ia begitu bersemangat.

"I- iya ak-"

kringgg...

Mata Winter terbuka seketika. Ia terbangun dari mimpi, mimpi indahnya. Tangannya mematikan jam beker di meja nakas dengan malas. Ia duduk dan mengacak rambut.

"Cuma mimpi ternyata," gumamnya sembari memanyunkan bibir.

Kemudian ia mengambil handuk dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu ia memakai seragamnya lalu berjalan menuju meja makan untuk sarapan. Ibunya telah menyiapkan beberapa lauk seperti ayam goreng, salad, dan sup.

"Kok mukanya lemes gitu? Tadi malem begadang?" tanya Taeyeon yang sedang mengambil nasi untuk dimakan putrinya.

"Gak begadang kok, Ma. Cuma kecapekan aja," jawab Winter.

"Papa pulang kapan sih?" tanyanya kemudian.

"Mungkin besok lusa. Mama juga kurang tahu."

Ayah Winter memang sering sekali pergi ke luar kota untuk mengurus cabang perusahaan. Jadi tidak heran jika ayahnya jarang berada di rumah. Ketika ayahnya tidak di rumah, ia hanya tinggal berdua dengan ibunya karena ia adalah anak tunggal. Sampai saat ini ibunya belum berencana memiliki anak lagi.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk gadis itu menghabiskan makanannya. Setelah itu ia berpamitan dan pergi ke sekolah menaiki ojek online yang sudah dipesannya.

Setengah jam kemudian ia sampai di depan gerbang SMA Masa Depan. Ia melangkahkan kaki menuju kelas. Manik matanya sekilas melihat orang yang didambanya tengah berdiri di depan sebuah kelas. Kelas itu adalah kelas XI IPS 1. Otomatis ia berhenti. Matanya membesar ketika melihat Jeno tengah berbicara dengan seorang gadis cantik. Mereka tampak tersenyum, seperti teman yang sudah akrab. Mata Winter semakin membesar ketika melihat tangan Jeno memegang puncak kepala Yeji. Ya, gadis itu adalah Yeji.

Winter tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di kejauhan. Ia menutup rapat mulutnya yang terbuka. Ia sungguh terkejut dengan pemandangan itu. Jeno tersenyum dengan seorang gadis dan mereka terlihat sangat dekat. Apa mereka pacaran? Hal itu tidak bisa dibayangkannya. Jika itu terjadi, bagaimana dengan perasaannya? Ia tahu ia hanya pengagum pemuda itu, tetapi ia juga akan merasa sakit hati ketika sang idola dekat dengan gadis lain.

Ia tidak bisa melihat itu lebih lama lagi, akhirnya ia berjalan cepat menuju kelasnya yang sudah tidak jauh lagi. Ketika sudah sampai di tempat duduknya, ia meletakkan ransel dengan kasar dan duduk dengan menopangkan kepalanya pada kedua tangan di meja.

Karina yang sudah datang melihat Winter dengan penasaran. "Napa lo? Kusut banget kayak kain lap." tanyanya.

Winter memandang teman sebangkunya itu sambil memanyunkan bibir. "Gue liat doi ngobrol sama cewek."

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang