20

404 50 7
                                    

"Loh kok bisa nyebar?!"

Winter melihat unggahan yang menampilkan sebuah foto dirinya yang tengah digendong oleh Jeno. Itu saat mereka menuju UKS. Ia tidak tahu bahwa ada seseorang yang memotret dirinya dan pemuda itu. Siapa yang melakukannya?

Ia melihat akun yang mengunggah foto itu. Tertulis infokejadiansmamasdep. Oh tidak! Itu akun yang diikuti oleh para siswa! Tamatlah riwayatnya jika Yeji melihatnya juga.

"Mati gue. Pasti Yeji udah liat," gumam Winter.

"Kenapa lo gak cerita kalo lo sama Jeno kemarin?" tanya Karina.

"Kemarin itu dia manggil gue terus tiba-tiba ngambil buku yg gue bawa, mau bantuin katanya. Gue otomatis berusaha ngambil bukunya balik dong. Terus gue gak sengaja nginjek tali sepatu, gini deh jadinya," jelas Winter.

"Lo tenang aja, kalo Yeji ngelabrak, kita hadepin bareng-bareng," ujar Karina.

Ningning yang sudah kembali dari dapur menambahi, "Bener banget. Kita tahu kok lo gak bermaksud ngerebut Jeno dari Yeji. Pasti Jeno cuma bantuin lo, kan."

"Makasih, guys." Winter menjadi sedikit lega atas ucapan sahabatnya itu.

"Emang lo kapan masuk sekolah lagi?" tanya Giselle.

"Entah, mungkin besok atau lusa. Sampek gue udah bisa jalan lagi."

Setelah itu tidak ada obrolan lagi. Mata mereka tertuju pada layar televisi yang menayangkan sebuah kartun yang baru saja dimulai. Ningning duduk sambil memakan roti, Giselle menonton sesekali mengecek ponsel, dan Karina yang fokus menonton.

Entah apa yang melintas di otaknya, Karina berucap, "Eh tunggu. Kalo Yeji liat fotonya, otomatis dia marah dong sama Jeno terus mereka berantem. Terus mereka pasti bakal putus kalo masalah gak selesai."

"Jadi?" tanya Winter.

Giselle melebarkan mata. "Jadi lo bisa deketin Jeno!" Ia menunjuk Winter.

"Thats right!" Karina menjentikkan jarinya.

....

Jaemin duduk di bangkunya sambil mengusapkan ibu jari pada layar ponsel. Ia berhenti mengusap layar ketika melihat unggahan foto sahabatnya bersama Winter.

"Wah apa nih? Jeno gendong Winter? Gue gak salah liat?" gumamnya.

Beberapa menit kemudian Jeno memasuki kelas. Waktu yang tepat untuk menginterogasi. Jaemin tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya itu. Jeno heran dengan ekspresi Jaemin yang tersenyum melihatnya seperti menginginkan sesuatu darinya.

"Pasti ada maunya nih anak," gumam Jeno yang tentu saja didengar oleh Jaemin.

"Kalem, Bro. Gue cuma mau nanya, kemarin lo ngapain gendong Winter?"

Jeno melebarkan matanya. Bagaimana Jaemin bisa tahu kejadian kemarin? Bukankah sahabatnya itu sedang berada di kantin?

"Kok lo tahu kemarin gue sama Winter?" Jaemin menunjukkan unggahan yang dilihatnya.

"Oh," respon Jeno.

Jaemin merasa heran dengan sahabatnya itu yang biasa saja melihat unggahan yang telah menyebar. Bukankah seharusnya Jeno panik karena Yeji akan marah jika mengetahuinya? Ah, ia lupa kalau Jeno tidak seperti dirinya. Ia tahu betul sahabatnya itu bukan tipe orang yang mudah dilanda kepanikan.

Sekarang masih pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, masih ada lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Jeno dan Jaemin hanya menghabiskan waktu mereka di bangku mereka dengan mengobrol santai.

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang