Winter duduk di bangkunya menunggu kedatangan Karina. Ia melihat jam dinding di atas papan tulis. Jarum panjang berada di angka delapan, masih dua puluh menit lagi sebelum bel berbunyi.
"Gimana keadaan lo? Udah sembuh?" tanya Gahyeon.
"Udah kok," jawab Winter dengan senyuman.
"Wah artis kita udah kambek rupanya!" teriak Karina yang berjalan dari pintu.
"Bisa gak sih gak heboh? Kasian telinga gue." Gahyeon memegang telinganya.
Winter tertawa, Karina tersenyum tanpa rasa bersalah tetapi masih meminta maaf kepada Gahyeon. Gahyeon hanya memutar mata dan memaklumi sikap teman sekelasnya itu. Setidaknya Karina tidak separah si ketua kelas, siapa lagi kalau bukan Mark. Sebenarnya Haechan juga terkadang tanpa sengaja mengganggu penghuni kelas dengan suara emasnya yang menggelegar dan berakhir dengan memakan kotak pensilnya sendiri. Ya, Soodam selalu marah jika Haechan bernyanyi ketika ia sedang membaca novel. Kebetulan tempat duduknya tepat di depan pemuda itu.
"Pasti tadi malem tidur nyenyak nih tuan putri," goda Karina.
Winter menunjukkan wajah berpikir. "Hm, biasa aja sih. Gue malah puyeng ngejar ketinggalan pelajaran."
"Ah gak percaya gue. Lo pasti kepikiran Jeno semaleman. Hayo ngaku!"
Ucapan karina hanya dibalas cengiran oleh Winter. Mereka menghentikan percakapan karena bel sudah berbunyi dan sebentar lagi pelajaran akan dimulai. Mereka bersiap dengan duduk manis dan mengeluarkan buku pelajaran.
....
Karena sudah merindukan seblak kesayangannya, Winter bersemangat sekali menuju kantin. Karina membawa dua porsi seblak ke meja yang telah duduk Winter di situ.
Beberapa saat kemudian mereka rasa milkshake yang mereka pesan sudah siap dan Winter berinisiatif mengambilnya. Ini hari spesial karena Winter sudah kembali bersekolah, jadi mereka harus merayakannya, meskipun milkshake lebih mahal daripada es jeruk.
Dan benar, milkshake pesanan mereka sudah jadi. Segera saja Winter membawanya kembali ke meja. Di tengah perjalanan, ia tersandung dan jatuh. Dua gelas milkshake yang ia bawa tumpah ke lantai. Ia melihat orang yang menyandungnya dengan kaki.
"Ups! Maaf, sengaja," ujar orang yang duduk di meja.
Winter berdiri. Terlihat Ryujin dan Yuna di meja. Karina yang melihat sahabatnya terjatuh segera menghampiri. "Woy! Lo nyari masalah ya?!"
Ryujin memutar bola matanya dan berdiri. "Yang ada temen lo nyari masalah duluan!" Bentak Ryujin sambil mendorong Winter.
"Gak usah dorong-dorong lo!" Karina semakin meninggikan suaranya. Ia sedikit bergeser di depan Winter.
"Udah-udah," Winter berusaha menenangkan Karina yang sudah tersulut emosi.
"Jelas-jelas lo yang nyari masalah duluan!" Karina menunjuk Ryujin dan tidak mendengarkan Winter.
Yuna angkat bicara. "Lo harusnya mikir! Temen lo ini pelakor! Kenapa masih lo belain?!"
"Jangan sembarangan ngomong lo! Orang temen gue gak salah!" Karina tidak terima Ryujin menyebut Winter adalah pelakor.
"Lo harusnya sadar! Temen lo ini udah bikin Yeji sama Jeno putus!" teriak Yuna.
Karena kemarahan Karina sudah mencapai puncak ubun-ubun, ia menampar Yuna dengan sekuat tenaganya. Pipi gadis cantik itu kini berwarna merah dan merasa kesakitan.
Tidak terima Karina menampar Yuna, Ryujin memegang kerah kemeja Karina dengan kencang. "Berani lo sama gue?!"
"Udah guys, gak enak diliatin yang lain!" Winter semakin panik karena terjadi kekacauan.
Ryujin dengan dibantu oleh Yuna berusaha memukul Karina. Karina yang memiliki tenaga yang kuat berusaha menangkis pukulan dari kedua gadis itu. Mereka tidak mendengarkan Winter yang masih meneriaki mereka. Murid di kantin hanya melihat dan ada beberapa yang mengabadikannya dengan ponsel mereka.
"Kalian berempat berhenti!"
Teriakan itu membuat mereka berempat berhenti bertikai dan melihat ke arah sumber suara. Mata mereka bulat sempurna karena Bu Sandara berdiri di hadapan mereka. Bu Sandara adalah guru BK. Ia dikenal sangat cantik, namun sangat ditakuti ketika marah.
"Kalian berempat ikut saya ke ruang BK sekarang!"
....
Winter dan Karina bisa pulang dengan tenang. Syukurlah mereka tidak diberi hukuman oleh Bu Sandara. Mereka hanya diberi peringatan pertama. Jika mereka membuat kekacauan lagi, mereka bisa dihukum.
Mereka telah selesai mengemasi buku-buku dan siap pulang dengan perasaan lega. Di lorong sekolah, Sungchan melihat mereka dan segera menghampiri.
"Kalian gak papa? Tadi gue denger kalian berantem di kantin terus dipanggil ke ruang BK."
"Kita gak papa kok. Ya kan, Win?" Winter mengangguk.
"Syukur deh kalo gitu. Gue denger Ryujin jago banget berantem, gue khawatir aja kalo kalian kenapa-napa."
"Kita baik kok," jawab Winter dengan senyumnya.
Karena tidak ada lagi yang dibicarakan, Winter dan Karina pamit pulang. Mereka berpisah dan melanjutkan tujuan masing-masing.
Belum selesai sampai di situ, terlihat Jeno dan Jaemin yang menghampiri Winter dan Karina. Mereka sebenarnya akan langsung menuju ke lapangan untuk berlatih, namun karena melihat kedua gadis itu akhirnya mereka meluangkan waktu untuk berbicara.
Wajah Karina sudah menampakkan ekspresi tidak enak. Sepertinya ia malas bertemu dengan biang kerok dari masalah mereka hari ini. Winter sedikit berdebar dan bersalah kepada Jeno. Rasanya ia tidak bisa menunjukkan wajahnya di depan pemuda itu. Pasti Jeno akan marah besar padanya. Akhirnya ia hanya menunduk dan tidak berani menatap mata Jeno.
"Ngapain kalian ke sini?" tanya Karina dengan wajah datar.
Dengan santai, Jaemin membalas, "Santai dong. Kita ke sini bukannya mau apa-apa. Kita udah denger kejadian tadi."
"Oh, jadi Kalian juga mau nyalahin Winter?"
"Bukan gitu. Dengerin dulu makannya. Jelasin, Jen." Jaemin menyuruh Jeno untuk menjelaskan maksud tujuan mereka menghampiri Winter dan Karina.
Winter masih menunduk. Ia sudah siap dengan apa yang akan Jeno katakan kepadanya. Ia siap menerima semua kemarahan pemuda itu. Ia juga akan bertanggung jawab jika Jeno meminta dirinya membantu untuk berbaikan lagi dengan Yeji. Ia siap.
"Winter," panggil Jeno dengan suara rendah. Winter tidak menatapnya.
"Gue minta maaf. Gara-gara gue, lo diserang sama temen Yeji."
Winter tidak berkedip. Ia tidak menyangka bahwa itu yang dikatakan Jeno. Sekarang ia bisa menatap pemuda itu. Ia menjadi semakin merasa bersalah.
"Harusnya gue yang minta maaf. Gue yang salah udah bikin kalian putus."
"Tunggu-tunggu, ini kenapa kalian pada minta maaf sih?" tanya Karina.
Jaemin langsung mengatakan pendapatnya. "Menurut gue Winter gak salah, soalnya dia emang gak niat bikin Jeno sama Yeji putus. Jadi lo gak usah minta maaf, Win."
"Gue sebagai sahabat Winter tau banget dia sifatnya kayak apa. Emang dia gak salah," bela Karina.
"Jadi lo maafin Jeno kan, Win? Anggep aja dia minta maaf udah maksa bantuin," ujar Jaemin lagi. Winter mengangguk dengan sedikit tersenyum.
Jeno masih menatap Winter. Ia senang gadis itu memaafkannya. Ia juga juga lega karena tidak dibenci oleh Winter. Dan jujur saja, senyum Winter sangat manis.
🌸🌸🌸🌸
Halo semua^^
Aku kembali lagi dengan bab baru hihihi🤭
Siapa yang suka bergelut angkat tangan🙌
Bercanda😅
Gimana sama bab ini?
Kalo kalian suka jangan lupa vote, komen sebanyak-banyaknya, dan share ke temen-temen kalian ya^^
Terima kasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanfictionSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...