04

533 71 9
                                    

Setelah bersantai di gudang olahraga sekolah, Jeno dan Jaemin memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan menuju ke parkiran untuk mengambil motor mereka.

Jeno yang berjalan sembari mengetik sebuah pesan untuk temannya tidak sengaja menabrak seseorang. Ia segera mengambil tas jinjing yang dibawa orang yang ditabraknya.

"Sorry, gue gak sengaja," ujarnya kepada seorang gadis berkucir kuda.

"Eh, gak papa kok, gue juga lagi gak liat jalan. Gue juga minta maaf."

Dia Yeji, murid kelas XI IPS 1. Jeno sering melihatnya bergentayangan di sekolah bersama keempat temannya. Namun saat ini pertama kalinya ia melihat gadis itu sendirian. Di mana teman-temannya?

"Lo anak IPS satu, kan?" Yeji mengangguk seraya merapikan barang-barang di tasnya yang sempat terjatuh.

"Perasaan lo selalu sama temen-temen lo, tumben sekarang sendiri," lanjut Jeno.

"Eh, iya. Mereka udah balik duluan," jawab Yeji dengan sedikit cengiran.

Tentu saja Yeji tahu mengenai Jeno, ketua tim basket sekolah. Namun ia tidak pernah memperhatikan pemuda itu seperti siswi yang lain. Ia terlalu sibuk mempersiapkan diri untuk masuk di universitas di luar negeri.

"Gue Jeno." Jeno mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Yeji membalas jabatan itu. "Gue Yeji."

"Sekali lagi sorry, ya," ujar Jeno lagi.

"Santai aja. Kalo gitu gue cabut dulu, ya." Ketika Yeji baru ingin melangkahkan kaki, Jeno menghadang dengan tangannya.

"Mau gue anter?" tawar pemuda itu.

"Gak usah, gue bawa mobil kok."

Kemudian mereka berpamitan. Yeji menuju mobilnya dan Jeno menuju motornya. Jaemin yang sedari tadi melihat percakapan sahabatnya itu hanya tersenyum penuh makna. Ia berjalan beriringan dengan Jeno sembari mengalungkan lengannya di leher sahabatnya itu.

"Kayaknya ada yang CP3 nih," goda Jaemin.

Jeno mengerutkan dahi. "Apa tuh CP3?"

"Cinta pada pandangan pertama," jelas sahabatnya itu.

Jeno mulai mengerti arah pembicaraan Jaemin. Ia malas setiap sahabatnya itu menggodanya ketika berhubungan dengan perempuan. Sudah sering sekali Jaemin menggodanya dengan kalimat PDKT, jodoh, gebetan, dan masih banyak lagi. Padahal ia tidak ingin berhubungan dengan perempuan. Ia belum menemukan seseorang yang menarik hatinya sampai saat ini.

"Tadi gue cuma minta maaf doang udah nabrak dia," jelasnya.

Jaemin tertawa. "Gue denger tuh yang lo bilang terakhir kali ke dia. Mau gue anter?" goda Jaemin lagi.

Skak. Kini Jeno sudah tidak bisa lagi membuat alasan. Sejujurnya ia sedikit tertarik dengan Yeji karena gadis itu tidak terlihat seperti siswa lain yang mengaguminya. Ia melihat ekspresi gadis itu yang tidak menampakkan wajah kagum. Ia memang tidak pernah memperhatikan gadis itu, namun sekilas ia pernah mendengar namanya dari teman-temannya.

"Gue dukung lo." Jaemin membuyarkan pikiran Jeno yang ingin menaiki motornya.

"Maksud lo apa?" tanyanya seraya mengenakan helm berwarna merah.

Jaemin mengulangi ucapannya lagi. "Gue dukung lo kalo mau deketin Yeji. Gue bakal bantuin lo."

Pemuda bermarga Lee itu tidak menanggapi perkataan sahabatnya. Ia menyalakan mesin motornya dan melaju mendahului Jaemin yang masih duduk di motornya dengan berteriak memanggil namanya.

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang